Bab 13: Beef Bulgogi Bowl | 2

4.1K 496 20
                                    

Shalu termenung di gazebo lantai dua rumah Tante Mira. Sadar kalau Brahma tidak mencoba menghentikannya, gadis itu memilih lebih dulu pergi ke rumah sang calon mertua. Tadinya, Shalu pikir dia dan Brahma bisa sama-sama ke rumah Tante dari hotel. Sayang, Brahma sepertinya tidak menginginkan kehadiran Shalu di dapur hotel bintang lima itu.

Pasti gara-gara si nenek lampir centil tadi! Si siapaitunamanya! Huh!

Dia mendengus kesal sambil memainkan anak rambut. Setelah ditelaah lebih jauh, Shalu menyadari suatu keganjilan dari sikap Brahma sejak pertemuan terakhir mereka--tragedi teriris pisau seminggu yang lalu. Biasanya, setiap hari Brahma selalu iseng mengirim foto-foto menu yang akan dieksekusi setiap weekend. Namun, satu minggu lalu?

Shalu meraih ponselnya buru-buru, membuka aplikasi WhatsApp, mencari chat-nya dengan Brahma. Ya ampun, satu minggu ini Brahma sama sekali tidak mengirim pesan apa pun padanya. Sikapnya yang dingin tadi membuat Shalu semakin bertanya-tanya. Brahma kenapa, sih?

Sementara itu, sisi lain hati Shalu merasakan kebingungan. Harusnya kan, gue nggak perlu bereaksi lebay gini, ya. Mungkin si siapaitunamanya tadi emang ceweknya Brahma. Terus kenapa gue marah-marah nggak jelas gini?

Shalu menyeruput jus strawberry buatan Bi Nah dengan gusar. Dia sungguh tidak mengerti perasaannya sendiri. Atau mungkin, ini kaya yang dirasain Rossie Dunne ke Alex Stewart? Yah, ngerasa nggak terima gitu karena teman terbaiknya dimiliki sama cewek centil kaya gitu. Batinnya sambil mengingat-ingat jalan cerita film romcom yang pernah dia tonton, Love Rossie.

Tapi kan, Rossie sama Alex emang udah sahabatan dari jebrol. Jadi pantas kalau ada rasa posesif antara satu sama lain di antara mereka. Nah gue, kenal Brahma aja baru sebulan. Terus apa sebabnya?

Cemburu! Otaknya membisikkan sesuatu yang membuat Shalu berjengit. Nggak mungkin! Tepisnya buru-buru.

*

"Lo udah ke rumah duluan? Kenapa nggak bilang? Gue pikir lo ke mana tadi." Brahma berseru dari jarak dua meter, tangannya menenteng bingkisan plastik.

Shalu berdiri menghampiri. "Iya sorry, tadi gue mendadak pusing. Dan gue lihat lo lagi sibuk banget, jadi gue langsung ke sini," ucapnya sambil lalu.

Keduanya duduk di pantry dapur Tante Mira tanpa gairah. Wajah Brahma bahkan terlihat lebih muram dibandingkan tadi saat Shalu menemuinya di hotel. Tangannya cekatan mengeluarkan bahan-bahan dari keresek yang ditentengnya. Kali ini mereka akan membuat beef bulgogi bowl, makanan khas Korea favorit Evans.

"Cepat dieksekusi, Shal, ikuti resepnya. Gue nggak punya banyak waktu," ujar Brahma dingin.

Shalu terhenyak mendengar perintah yang meluncur dari mulut Brahma barusan. Tak mau memperpanjang masalah, gadis itu memilih diam. Mungkin Brahma emang lagi bad mood.

Shalu mengeksekusi beef bulgogi bowl-nya tanpa banyak tanya dan bicara, sementara Brahma hanya sibuk dengan ponselnya. Sesekali dia melirik Shalu, lalu fokus pada ponselnya lagi. Shalu mendengus sebal. Berkali-kali dia memberi kode dengan berdeham atau mempercepat ritmenya saat mengiris bumbu-bumbu beef bulgogi, tapi Brahma tetap tidak peduli.

"Udah jadi, nih, benar nggak? Lo kok nggak merhatiin gue sih, dari tadi?" Shalu menyodorkan semangkuk sirloin yang sudah diiris tipis-tipis. Daging itu juga sudah dibalurinya dengan saus bulgogi seperti yang tertulis di resep; bawang putih yang sudah dirajang, daun bawang irisan, jahe, biji wijen yang sudah disangrai, minyak wijen, kecap asin, jus apel, garam, gula, dan lada.

Brahma mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ke mangkuk tersebut, lantas melengkungkan bibir. "Masukin ke kulkas kira-kira lima belas menitan biar sausnya meresap," ucapnya.

Shalu menurut. Detik demi detik berlalu dalam keheningan, membuat perasaan Shalu tidak keruan. Dia ingin sekali bertanya lo kerasukan apa sih, Brahma? Atau, si siapaitunamanya tadi cewek lo, ya? Tapi entah apa sebabnya, lidahnya begitu kelu. Setelah lima belas menit yang pilu itu, Shalu segera menyalakan kompor untuk memanaskan minyak, dan menumis sirloin yang sudah berbalur saus tadi.

"Kalau udah matang lo tambahin minyak wijen sama biji wijennya, Shal. Siapin mangkuk sama garnish-nya, dan sajiin," ujar Brahma kaku.

Dengan rasa kesal dan semangat yang sudah tak tersisa, Shalu menyajikan beef bulgogi bowl perdananya pada Brahma. "Cobain lo dulu sebelum dicicip Tante Mira," ucapnya.

Sang chef mulai menyendok sepotong beef bulgogi tersebut, mengunyah dan merasainya dengan saksama. Di luar dugaan Shalu, Brahma meletakkan sendoknya dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi berkelontangan saat sendok itu menyentuh mangkuk porselen.

"Kursus ini udah berapa kali pertemuan, sih? Lo nyadar nggak sih, Shal, kalau gue tuh kayanya cuma buang-buang waktu aja tiap weekend? Gue ngajarin lo tapi lo-nya nggak becus-becus. Apa susahnya sih, bikin beef bulgogi ini? Coba lo rasain sendiri hasil olahan lo! Lo mau ngeracunin Tante Mira sama Evans? Sirloin ini kelewat gosong, Shalu!" Brahma mengangsurkan mangkuk berisi beef bulgogi itu dengan kasar pada gadis di hadapannya yang sudah berkaca-kaca.

Kalimat demi kalimat Brahma barusan begitu menusuk hati Shalu. Dia benar-benar tidak percaya Brahma bisa menyatakan hal semenyakitkan itu. Tanpa mengindahkan perintah Brahma, Shalu melepas celemeknya tergesa, menyentakkannya begitu saja di hadapan sang chef bintang dua.

"Oke! Ini pertemuan terakhir kita! Persetan dengan dua puluh lima menu sialan ini, Brahma! Dan lo mesti ingat, bukan gue yang minta lo buat ngabisin waktu lo yang berharga itu di sini tiap weekend!" Shalu menghardik dengan airmata yang sudah satu dua menuruni pipinya.

Dia lantas beranjak dari dapur dengan langkah-langkah panjang, keluar dari rumah kotak kayu Tante Mira menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Tanpa merasa perlu berpamitan dengan siapa pun, Shalu melesat pergi dengan perasaan yang tercabik-cabik.

Sepeninggal Shalu, Brahma membenamkan kepalanya di atas mini bar. Vena di pergelangannya terlihat menyembul jelas saat dia meremas-remas kasar rambutnya. "Maafin gue, Shal." Sang chef bergumam lirih, menahan perasaannya yang juga hancur lebur.

===&===

😔😔😔
Apa aku mesti nyuruh mereka berdua buat kawin lari aja? Makasih buat yang masih setia ninggalin voment-nya, ya! ❤

Salam Spatula,

Ayu 😘

The Last Recipe (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang