it's time to say goodbye - to our bond

1K 110 64
                                    

HELAAN napas panjang dari pemuda yang berada di pertengahan umur 20 tahunnya membuat beratnya rindu yang ada di dada semakin membuncah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HELAAN napas panjang dari pemuda yang berada di pertengahan umur 20 tahunnya membuat beratnya rindu yang ada di dada semakin membuncah. Ah, sosok itu—sosok yang akan pertama ditangkap oleh indera penglihatannya, aromanya, jemarinya. Seluruh hal-hal yang dulu terasa familiar, kini menjadi asing untuk Seongwu.
Kini ia berada di apartemen baru yang dibelinya dari hasil pekerjaan selama satu tahun lebih sebagai seorang anggota dari grup idola populer Korea yang baru saja dihentikan masa promosinya pada awal tahun 2019. Seongwu terus menangis saat memikirkan perpisahan itu, namun ternyata yang lebih menyakitkan dari perpisahan adalah menahan rindu.

Sekarang adalah bulan Oktober, sudah lebih dari sepuluh bulan ia meninggalkan embel-embel nama grupnya di belakang. Sekarang ia hanya Ong Seongwu, seorang idol serba bisa yang memiliki wajah kecil dan aktor pendatang baru yang memenangkan penghargaan belum lama ini. Tapi di saat ia tidak berada di balik sorot kamera dan di bawah lampu pentas, Seongwu hanyalah Seongwu.

Ia tidak merasa menjadi siapapun saat ini dan hal itu membuatnya kosong, hanya ada denting jarum jam yang memenuhi keheningan menyesakkan di sekelilingnya. Seongwu ingat hari terakhir ia berada di asrama tempat member lainnya berada, ia mengingat saat ia memilih pamit terlebih dahulu dibanding yang lain. Keputusan itu diambilnya dengan emosi yang masih tersisa, ia lelah. Ia tidak mau menuruti seluruh ucapan pria itu lagi, ia tidak mau diperbudak oleh sesuatu yang tidak jelas akan dimilikinya atau tidak. 

Karena itu, meskipun ada raut kebingungan dari beberapa member terutama para maknae-line yang paling sering diajak Seongwu bercanda. Namun Sungwoon dan Jisung sudah mengerti dan membarikan persetujuan pada Seongwu untuk pergi terlebih dahulu. Sosok itu masih tidak mengetahui tentang mengapa Seongwu mengambil langkah dramatis itu, karena Seongwu tidak ingin terluka lebih parah dengan berada di sisinya. 

Seongwu langsung menyibukkan dirinya dengan syuting drama dan juga acara on-air yang membanjiri jadwalnya. Kesibukan itu membuatnya lupa akan masalah yang terus memenuhi pikirannya dan membuatnya jadi tidak produktif. Namun hari-hari sibuk itu sudah berlalu, ia memang masih memiliki banyak jadwal pemotretan dan list undangan untuk menghadiri acara penghargaan dan menjadi pembaca nominasi. 

Ah Seongwu ternyata masih memikirkan soal pria itu. Seseorang yang menjadi selamat pagi dan selamat malamnya, ia mengambil ponselnya dan hal pertama yang ditemukannya adalah berita kalau ia telah baik-baik saja. Ia tidak membutuhkan Seongwu lagi, mungkin selama ini memang hanya Seongwu sendirilah yang bergantung pada sosok itu. Selama ini hanya ia sendiri yang berpikir kalau saat mereka bersama, mereka bisa melawan dunia bersama. 

tiriring tiririring....

Bunyi ponsel Seongwu membuatnya tersadar. Saat ia melihat panggilan masuk dari salah satu teman yang beberapa waktu belakang ini dekat dengannya membuat Seongwu sering menghabiskan waktu dengan pergi bersama di saat senggang. 

"Halo?" sapa Seongwu ramah.

"Seongwu, kau sedang senggang?"

"Iya, ada apa?"

"Ingin pergi denganku? Aku berencana untuk pergi berlibur ke Eropa."

"Ah, bisa. Kau ingin aku memesan tiketnya?"

"Boleh, kalau kau mau ... biar aku yang mengurus hotel tempat kita menginap nanti." 

Perjalanan ke Eropa, tentu saja Seongwu menginginkan untuk pergi ke tempat yang jauh. Tempat di mana ia tidak perlu merasa khawatir untuk dikenali dan menghabiskan waktu. Tidak perlu bersembunyi. 

| i t ' s   t h e  e n d |

Seongwu menikmati matahari senja hari ini, ini adalah hari pertama ia menginjakkan kaki di daratan Eropa. Mereka sedang berada di Spanyol, setelah menikmati bangunan-bangunan cantik yang dahulu hanya bisa dinikmati Seongwu lewat layar ponsel kini bisa ditatapnya langsung. Jimin yang berada di sisinya tertawa geli melihat bagaimana wajah bersemangat Seongwu membuatnya gemas, perjalanan mereka sejauh ini berjalan lancar. 

"Ingin pergi ke daerah pantai?" tawar Jimin. 

"Kau harusnya menyimpan yang satu itu untuk esok, kita tidak perlu terburu-buru untuk menikmati semuanya. Aku ingin mengambil lebih banyak gambar di sini."

"Kalau begitu ambil gambarku juga!" 

Jimin mulai berpose dan Seongwu mengambil gambar dengan kamera yang dibelinya. Mereka bersenang-senang, ia melupakan segala kegundahan dan rasa lelahnya selama perjalanan. Ini adalah perjalanan menuju utopia di mana Seongwu bisa melupakan sosok itu setelah pertemuan penuh arti, setelah tiap detik yang dilaluinya dengan berharap bertemu dengan sosok itu lagi. Seongwu tidak menyadari kalau airmata itu telah meleleh, Jimin mendekat ke arahnya dan menarik Seongwu pergi sebelum ada lebih banyak orang yang menyadari apa yang terjadi. 

Saat mereka kembali ke hotel, Jimin mengembuskan napas panjang. Ia membiarkan Seongwu yang wajahnya sembab untuk mandi terlebih dahulu, saat ia menatap keluar jendela. Ia menyadari kalau rintik hujan yang turun menjadi alasan mengapa aroma petrichor sangat kuat sepanjang perjalanan pulang. 

Beberapa menit kemudian Seongwu keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai mantel mandi.  Jimin yang mengambil satu botol wine dan dua gelas memberikan gestur agar Seongwu mendekat, sejujurnya Jimin mengetahui apa yang terjadi pada temannya itu. Berita kencan dari pria yang membuatnya begitu berani dalam memandang dunia, membuatnya merasakan lonjakan adrenalin setiap kali sentuhan dan perkataan pemuda itu selalu ditujukan untuknya.

"Kau harus beristirahat, pikirkan dirimu sendiri. Sungwon-hyung mengatakan kalau kau tidak tidur selama empat hari setelah kabar itu naik ke permukaan," Jimin menatap Seongwu yang hanya terdiam.

Ia meraih jemari Seongwu yang berada di atas meja, membuat Seongwu kini menatapnya tepat di kedua manik matanya. 

"Jangan tersiksa karena perasaan yang kau miliki, cinta seharusnya tidak sesakit itu."

Kembali pecah. Pertahanan rapuh itu kembali runtuh.

"Jimin-ah, apa yang sebenarnya telah kuperbuat? Kenapa aku tidak bisa bersamanya? Kenapa saat itu aku membiarkannya memiliki seluruh hatiku? Hatiku sakit. Saat dia memilih untuk melepaskanku, membuangku. Apa aku tidak sepenting itu untuknya? Apa perasaan yang aku miliki untuknya hanyalah sebuah perbuatan sia-sia?"

Jimin memeluk Seongwu erat. Ikut merasakan setiap beling dari hati yang hancur, merasakan duri yang tumbuh demi melindungi diri. Jimin paham, ia tahu rasa sakit itu. Di dunia ini, tidak ada satupun manusia yang dapat memiliki setiap hal yang mereka inginkan. Selalu ada harga yang harus dibayar dari mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan, ia ingin memberitahukannya pada Seongwu. Tetapi bibirnya kelu, ia tidak mampu. 

"Kau boleh menangis saat ini Seongwu-ah, tapi ... kau harus bangkit lagi. Kita harus melawan dunia ini, kita harus berdiri dengan kedua kaki kita sendiri. Biarkan luka ini menjadi pengingat untukmu bekerja lebih keras lagi."

Seongwu mengangguk pelan. 

Ia tahu, dirinya harus bangkit. Ini adalah saat di mana ia harus mengembalikan mimpi yang dulu menjadi miliknya sendiri. Karena itu Seongwu ingin mengatakan pada dirinya sendiri, pada sosok yang begitu naif mengira dunia ini akan berputar sesuai keinginanya.

"Selamat tinggal, berbahagialah .... Niel."







|t o   o u r   b o n d|

it's time to say goodbye | ongniel [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang