Sekarang dia tau kenapa sang kakak tidak pernah menunjukan sisi lemahnya pada Yoongi. Kepada semua orang. Sang kakak terlihat kecil, lemah dan ringkih hingga mungkin tidak ada yang menyangka kalau itu adalah Jin yang mereka kenal.
Sangat berbeda dengan Jin yang biasanya. Yoongi berfikir, apakah dia sudah melakukan tindakan yang benar? Hanya diam saja menemani sang kakak. Mungkin ini bukan keputusan terbaik, tapi dia tidak pernah menyaksikan sang kakak seterpuruk ini.
Ketika dia menunggu sang kakak menyelesaikan tangisnya dan menyadari kehadiranya, dia mulai mencoba. Dia mencoba berbicara kepada sang kakak tapi Yoongi gagal menemukan kata-kata yang hangat untuk menenangkan sang kakak. Dia tidak bisa menemukan kalimat yang cocok untuk menenangkan sang kakak. Dia takut jika kata-katanya malah akan memperburuk situasi. Dia takut akan membuat Jin merasa lebih buruk. Dia takut sang kakak akan lebih hancur dari saat ini. Setelah melihat sang kakak terpuruk, sekarang Yoongi tahu dan sadar bagaimana susahnya menenangkan orang yang tengah terpuruk.
Dia benar-benar mengagumi dan menghormati Jin untuk apa yang sudah Jin lakukan pada mereka. Dia bersyukur karena ada orang seperti Jin di group mereka. Satu-satunya yang menenangkan member lain tanpa salah. Satu-satunya yang selalu menemukan kata-kata yang tepat, kalimat yang tepat, ekspresi yang tepat, tindakan yang tepat untuk menenangkan mereka semua. Dia sangat bersyukur. Sekarang dia baru menyadari bagaimana beratnya tanggung jawab sang kakak, dia merasa bersalah tapi juga bersyukur dengan eksistensi sang kakak. Yoongi tidak bisa membayangkan group mereka tanpa Jin di dalamnya sebagai yang tertua, dia tidak bisa membayangkan BTS debut tanpa Jin di dalamnya.
Mungkin dia bisa dibilang egois karena merasa senang dengan tanggung jawab yang di emban Jin tapi dia hanya merasa bersyukur dengan adanya Jin. Dia benar-benar menyukai eksistensi Jin, dia hanya terlalu menyukai sang kakak dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Yoongi menatap dalam lantai di bawahnya ditemani suara isakan Jin di sampingnya. Di dalam pikirannya, dia ingin mengatakan sesuatu tapi urung. Dia tidak bisa mengakatannya. Terlalu berat baginya untuk berucap. Terlalu berat untuknya menenangkan sang kakak. Dia hanya terlalu takut untuk mengatakan sesuatu, akhirnya dia hanya bisa terdiam sambil duduk di lantai dengan punggung bersandar di ranjang milik Jin.
Sebenarnya, Jin sadar akan presensi Yoongi di kamar itu di sampingnya, tapi dia tetap menangis terisak tanpa henti. Dia tidak bisa berhenti. Mungkin beban di pundaknya terlalu berat, terlalu keras dan terlalu lama dia bawa. Mungkin itu adalah alasan dia menangis saat ini. Dia ingin berhenti menangis tapi dia tidak bisa. Jin tidak mau membuat Yoongi khawatir tapi entah kenapa dia tidak bisa menghentikan tangisnya sendiri. Dia menanggung beban pikirannya terlalu lama dan sekarang dia belum bisa menenangkan dirinya. Ini adalah kehidupan yang dia pilih. Dia harus menjalaninya dengan beban pikiran itu, tapi bagaimana dia bisa menjalaninya jika dia merasa bersalah?
Tidak ada tempat untuknya di BTS dari sejak awal tapi dia memaksakan dirinya untuk tinggal. Dia menempati posisinya saat ini dengan mengorbankan mimpi orang kain, cita-cita orang lain. Dan orang lain itu adalah sabahat dekatnya sendiri. Bagaimana dia bisa melanjutkan kehidupan ini dengan bahagia? Dia benar-benar tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Cinta dan Penghargaan [Love And Appreciate by RosellyJin]
FanfictionSatu member harus memohon kepada member lain yang tidak lain adalah produser lagu-lagu mereka agar suaranya dimasukan kedalam lagu baru mereka. Kim Seokjin harus memohon kepada Min Yoongi dan Kim Namjoon untuk bagiannya dalam lagu baru mereka. Betap...