Jika ada kesalahan, silahkan kasih kritik dan saran, ya.
Selamat membaca❤
♤
Februari 2019
Bel masuk sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, tapi Pak Darso--Guru Fisika-- yang saat ini ada jadwal di kelas 11 MIPA 1 belum juga terlihat batang hidungnya.
Sebenarnya, Pak Darso memang sering telat, jadi semua murid yang ada di kelas ini sudah terbiasa dan berlalu-lalang mencari kegiatan, contohnya kegiatan bergosip.
"Perut gue sakit banget sumpah," keluh Tari yang kini tengah duduk di samping Ora sembari menopang dagu. Yang sakit perut, tapi keliatannya yang diratapi itu nasib. Aneh, kan?
Tapi Ora terlihat tidak peduli, karena buktinya, ia malah menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. Dan itu membuat Tari berdecak.
"Lo emang gak pernah peduli sama temen, ya."
"Iya."
Tidak ada gunanya bicara dengan Ora. Menyebalkan memang.
Tak berselang lama Mitha menghampiri dan langsung duduk di atas meja memindahkan tangan Tari ke pahanya.
"Kenapa kamu, Tar?"
"Biasa pms pertama, sakit perutnya naudzubillah."
"Mau ke uks?"
Tari menggeleng.
Terlihat Ora kini mengangkat kepalanya dan menatap Tari. "Harusnya lo bersyukur, Tar."
"Apa yang perlu disyukurin, setan?"
Ora kembali menenggelamkan wajahnya.
Dan Tari kembali berdecak. "Gue nanya woy!"
"Elo 'kan nanya sama setan," gumam Ora.
Mitha yang melihat interaksi keduanya terkekeh pelan. Ia tak bisa membayangkan seberapa sabarnya Tari saat berbicara dengan Ora, melihat pertemanan keduanya sudah terjalin dari kelas sepuluh. Sedangkan ia hanya tamu baru di pertemanan mereka saat kelas sebelas ini.
Ngomon-ngomong, Mitha memang menyandang status siswi baru saat semester 2 dimulai. Semuanya menyukai sikap Mitha yang lugu. Tapi Mitha lebih memilih untuk berteman dekat dengan Ora dan Tati, rasanya ia tak asing dengan salah satu dari mereka.
"Gak jelas emang lo."
Tari menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya yang ada di paha Mitha. "Usapin kepala gue, Mith."
Mitha tersenyum dan menurut. Yang Mitha tahu, ini adalah kebiasaan Tari saat sakit perut. Katanya, berasa disayang-sayang.
"Manja," cibir Ora yang entah sejak kapan sudah memperhatikan keduanya.
Tari memutar bola mata malas.
"Lo tuh harusnya bersyukur karena perut lo cuma sakit, bukan ilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Teen Fiction"Aku yang lengah dan kau yang tak mau mengalah." ♤ Melody Aurora. Tidak ada yang tak mengenal Ora. Ora dengan penampilannya yang jarang rapih. Ora dengan wajah juteknya yang sangat menyebalkan. Ora dengan kemalasan yang mendarah daging. Ora dengan u...