chapter 2

126 18 0
                                    

{ 2 JULI – HAZEL}

Diawal bulan Juli ini pada akhir pekan, aku memutuskan pergi ke agensi de Lucas. Ya.. aku sadar bahwa hanya orang orang kaya yang bersekolah disitu.

Tapi ini tidak akan membuatku mengurungkan niat. Aku akan menggunakan segenap kemampuanku saat tes nanti. Aku berangkat mengunakan bis kota dengan membawa surat yang tadi malam ditujukan padaku.

De Lucas sendiri adalah agensi untuk mencetak aktor, aktris, penyanyi, model dan sebagainya. Kurikulumnya juga berstandar internasional dan muridnya pun dari berbagai dunia. Kemudian jika sudah lulus biasanya langsung di rekrut berbagai agensi entertainment.

Jadi sudah dipastikan jika biaya disitu mahal.
Sekitar 20 menit berkendara, aku tiba disebuah gedung pencakar langit berwarna abu abu. Nama De Lucas terpampang besar di pintu masuk. Aku memberanikan diri masuk melangkah, dengan pakaian terbaik yang ku punya. Sebuah jeans biru, kemeja dan kardigan. Ya setidaknya aku terlihat rapi.

Aku memdorong sebuah pintu kaca tinggi yang terasa berat dan langsung menuju resepsionis. Seorang wanita cantik dengan jas hitam memperhatikanku dari balik meja.

“Ada yang bisa saya bantu?”

“S-saya ingin um, ingin mendaftar disini lewat program beasiswa” kata kataku membuat beberapa pasang mata menengok . Wanita itu pun terdiam sesaat.

“Tapi disini tidak ada program beasiswa”

“Oh, b-begitu?”

“Um, Tapi kemarin saya mendapat surat yang mengatakan di agensi ini ada beasiswanya. Tapi kalau tidak ada saya permisi dulu”

“Tunggu sebentar!” akupun menoleh kearah suara.

Tiba tiba seorang pria yang lumayan tambun muncul dan mencegah kepergianku, dia pun menggantikkan posisi wanita resepsionist.

“Kau pasti Tuan Hazel Milverton ya? “ tanyanya sambil tersenyum

“ Iya benar”

“Di sini memang ada untuk program beasiswanya. Kau ingin mendaftar disini?”
Hatiku girang mendengarnya “Ya tentu!”

“Kalau begitu ikuti saya”
Aku pun berjalan dibelakang pria itu yang berjalan kearah lift. Setelah didalam lift pria itu menekan tombol teratas dengan tulisan GL, dan menempelkan sidik jarinya.

‘Itu lantai berapa…?’pikirku

“Anda bisa memanggil saya Joseph”

“Oh baiklah, terima kasih Tuan J-joseph“

“Tidak perlu pakai Tuan hahaha”

“Ohh baik”

“Nanti anda tinggal mengisi data pribadi ditempat yang sudah disediakan ya”

“Apa saya akan dites dulu?”

“Um, sepertinya tidak. M-mungkin bukan hari ini hahah”

“Begitu… ngomong ngomong, GL itu lantai berapa?”

TING

Sebelum Joseph menjawab pertanyaanku pintu
lift sudah terbuka.

“Nah, lurus saja ya. Nanti akan ada ruangan untukmu”

“I-ya terima kasih”

Lift itupun sudah kembali melaju ke lantai
bawah.

‘Disini kok tidak ada orang ya’ aku mulai berjalan sesuai dengan arahan Joseph, dihadapanku terpampang pintu besar yang ia ragu untuk membukanya.

A Letter For You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang