"Hati-hati dijalan, Mas…"
Jefar tersenyum, menghangatkan Rosi yang diterpa udara dingin subuh hari di Nyablak. Ia lantas menautkan bibir masing-masing dengan lembut dan pelan. Memastikan semuanya akan baik-baik saja.
"I love you. Tunggu sebentar lagi aja, semuanya pasti kembali seperti semula"
"Mas it's okay, aku masih sanggup dan anak-anak juga udah mulai terbiasa. You're doing great and I love you too" Rosi mengakhiri ucapannya dengan kecupan manis di bibir suami.
Keduanya tersenyum dengan mata yang saling bertatapan. Saling menguatkan dan meyakinkan. Dan dengan satu ciuman penuh bhakti dari Rosi di punggung tangan kanannya, Jefar beranjak masuk mobil.
Rosi menatap sendu mobil Jefar yang kian melaju. "Tuhan… please protect him"
• • •
Setelah perjalanan panjang penuh kemacetan, Jefar akhirnya sampai disebuah gedung perkantoran di bilangan Thamrin. Terlihat, seorang pria jangkung melambaikan tangan padanya begitu sampai di lobby.
"Joni!"
"Ugh! Been a long while, bro…" gumamnya ketika mereka saling merangkul.
"Ayo, di ruangan gue aja!"
Kurang-lebih 27 lantai yang mereka lalui, akhirnya kedua pria itu duduk dengan nyaman di sofa salah satu ruangan cukup luas disana.
"Berangkat jam berapa darisana?"
"Abis adzan subuh, langsung"
"Jauh juga ya… sarapan belum lo? Mau dibawain apa? Kopi?"
"Teh aja, udah makan gue"
"Tumben amat?"
"Rosi larang gue minum kopi sekarang"
Joni terkekeh, "Puppy penurut…" ledeknya, yang tentu saja langsung dibalas tatapan tajam dari Jefar. Joni lantas beranjak ke meja kerja, memanggil sekretarisnya lewat telepon. "Tolong minta OB anterin teh sama snack buat tamu saya"
"So… how's life, bruh?" tanya Joni dengan semangat sambil berjalan kembali ke sofa.
Jefar tersenyum miris, "So so"
"You're doing great, tho. Lo sama Rosi"
"She is great. Gue bisa survive karena dia. Tiap gue down, dia bisa bikin gue semangat lagi dan selalu meyakinkan gue kalo all of this is temporary"
"Indeed. Anak-anak gimana?"
"Kacau, awalnya. Si kembar ngambek beberapa hari. Tapi gak tau gimana, sore itu, pas mereka balik rumah langsung ikutan nangis bareng gue sama Rosi. Dan makin ajaib pas malem harinya, mereka bertiga udah mau nerima ini semua. Sampe sekarang, mereka keliatan udah bisa menyesuaikan"
"Puji Tuhan…"
Obrolan mereka lantas berlanjut hingga seorang pria muda membawakan jamuan makanan ringan.
"Terus, lo mau gimana sekarang?"
"End this mess" tegas Jefar. "Damn! Gue gak tahan liat Rosi kesusahan. Seminggu yang lalu dia sampe sakit, lo bayangin ancurnya gue, Jon"
Napas Jefar yang mendesis kesal, membuat Joni makin prihatin. Jefar memijit pelipisnya frustasi, "Sekali pun, dia gak pernah ngeluh tentang semua kesulitan itu. Tiap gue pulang, selalu senyumnya yang gue dapatkan. Dan dengan naifnya, gue pikir semua baik-baik aja"
"…kemaren lusa, gue gak sengaja buka handphonenya. Dan gue langsung berasa dicabik-cabik pas tau kalo dia ternyata jual-jualin beberapa tasnya di grup chatting"
KAMU SEDANG MEMBACA
La Familia ✓
FanfictionSELESAI Dalam binar gemerlap Ibu Kota hingga semak belukar di pelosok desa, mereka tetap bersama dalam pelukan yang saling menguatkan. "Family means nobody gets left behind or forgotten" La Familia ©2019, versatilemons.