7

11 5 0
                                    

"Happy Reading"

Enjoy the story

Setelah semalam ibu di kuburkan dan ayah tak ikut melayat pun tak ku pedulikan

Ntah ku merasa tak ada rasa peduli dari ayahnya untuk ibu nya itu

Yang aku ingat hanya lah ibu ku telah tiada

Aku berada di dalam kamar
Menutup diri dari silau nya mentari
Mengurung diri dari berisik nya  keramaian
Angin pun enggan untuk masuk
Seakan alam tau
Ku hanya butuh waktu untuk sendiri

Mataku bengkak karena menangis semalaman
Ku pandangi album yg ku simpan itu
Ada banyak kenangan-kenangan manis yang kami lalui.

Dan setiap aku mengingat kenangan-kenangan manis itu
Tangis ku kembali pecah

Mengapa ibu pergi begitu cepat
Apa alasan ibu meninggalkan ku sendiri?
Begitu terluka kah engkau sampai-sampai kau melakukannya

Tangis pecahku berhenti karena suara ketukan dari jendela

Tok...tok...tok

"Ais bukain jendela nya"
Aku yang sepertinya mengenal suara tak asing itu langsung mendekati jendela

"Ngapain ?" Tanyaku

" Bukain dulu, tinggi nih takut jatoh gue " ucap nya

"Klo tinggi napain manjat "

"Yee... bukain jendela nya dong cantik " pinta nya

" Gamau"

"Ya udah aku jatoh nih" tantang nya

"Klo mau jatuh tinggal jatuh aja ga usah bilang"

"Ahh Ais nihh ga bisa yahh nyenengin ati babang Raka " ucap nya yang membuat ku geli

Dan akhirnya ku bukakan jendela itu

"Akhirnya " ucap Raka yang langsung lompat masuk ke kamar ku

" Lo tau dari mana rumah gue?" Tanya ku penasaran

"Hehehe dari Anin, sebenarnya gue pen tanya dari Lo, cuma gue chat semalam nggk Lo balas ya udah gue tanya Anin deh" ucap nya
 
Flashback on

Raka POV

Malam yang begitu dingin dengan cahaya rembulan yang menampilkan senyuman nya dan bintang-bintang bertaburan
Angin yang berhembus dingin menusuk hingga ke kulit
Ditemani coklat panas yang masih hangat
Raka hanya memakai kaos dan celana jeans nya duduk melamun di atas balkonnya

Kenapa?
Mata itu, yang membuatku semakin gencar untuk mendekat
Mata itu mengingatkan ku akan sesuatu
Sesuatu yang telah lama hilang...
Jujur, ku sangat merindukan tatapan itu
Tapi dengan org yang berbeda?
Bagaimana bisa?
Ahhhh.....

Raka menjambak rambutnya frustasi
Ia masuk ke dalam kamarnya Menghempaskan dirinya ke dalam ranjang nya yang cukup luas
Berharap dirinya akan tertidur pulas untuk melupakan apa yang ada di pikirannya

Jam terus berjalan
Sepasang bola mata coklat itu tak kunjung jua menutup
Hingga ia terbangun dari ranjang nya berharap rasa kantuk itu datang
Lalu berjalan menghampiri meja belajarnya

"Bukan kah itu buku nya ?
Ucap Raka kepada dirinya sendiri

"Ya sudah, esok saja gue kembalikan "

" Ehh tapi kan gue gatau alamat rumah nya " ucap nya sambil menggaruk tengkuknya

Apa gue chat aja yak pikir ku

Oii

Tak ada balasan...

Gue tanya anin aja lahh yahh

Woii

Anin
Apa

Gw minta alamat Ais dong

Anin
Ngebet pen ngelamar yak abg nya

Apansih
Gw mo ngembalikkan novel yg gw ambek kemarin

Anin
Iyaa canda
Perum Cermai blok 1 no 12

Tq

Flashback off

"Ehh muka Lo kenapa dah kusut bener? Rambut acak-acakan, mata bengkak sama muka Lo pucat" tanya nya

" Lo sakit?" Terkanya

"Enggak, sekarang lo disini tuh mau ngapain sih sebenarnya?" Tanya ku yg tak ingin berbasa-basi dengan nya

" Lo habis nangis?" Terkanya lagi
Dan itu berhasil membuat ku terkejut

"Lo mau ngapain si?cepat atau Sebelum Lo gue suruh lompat dari balkon gue" aku yang tengah berusaha mengalihkan topik pertanyaan nya

"Eh... Ya iya ini gue cuma mau balikin novel yang gue ambil kemarin" ucap nya sambil menyodorkan novel nya

" Ya udah gaad lagi kan? Cepet pergi sana" ucap ku setelah mengambil novel itu dari tangan nya

Raka yang menyadari ada sesuatu yang ku tutupi pun langsung memeluk ku tiba-tiba

" Lo kalo ada masalah cerita aja, Jan Lo tutup-tutupin
Terkadang ada sesuatu yang perlu Lo keluarkan tanpa ada merasa beban di pundak Lo lagi"

"Apaansih" aku yang terkejut dan mencoba sedikit berontak melepaskan pelukannya
Yang mungkin percuma saja karena tenaga nya yang kuat

" Nggk akan gue lepasin sebelum Lo mau cerita"
Timpalnya

Jujur, gue emg lagi butuh seseorang untuk berbagi cerita, gue butuh sandaran buat bersandar  dan butuh pijakan buat berpijak.

Ku diam sejenak

" Kayak nya Lo nyaman bet yak" tukas nya sambil tertawa receh

kalo bolehh jujur Iyaa gue nyaman bangettz malah.

Sehingga dia berhasil membuat tangis ku pecah di dada bidang nya

"Keluarkan, keluarin apa yang ada di unek-unek Lo, percaya itu akan membuat Lo jadi lebih lega
Lampiaskan aja sama gue " ucap nya

Aku yang tengah menangis memukul-mukul pelan dada nya

" Kenapa dia pergi begitu cepat ka.. kenapa hiks...hiks
Mengapa dia pergi ninggalin gue sendirian"

Raka tertegun

" Siapa?" Tanya raka sedikit berhati-hati tak ingin membuat hati ais lebih terluka

"Ibu gue ka... Ibu ninggalin gue sendirian" ucap ku semakin pecah buliran hangat itu membasahi baju Raka

" Jan menyalahkan takdir atas apa yang terjadi, mungkin Tuhan lebih sayang sama ibu Lo" ucap Raka sambil melepaskan pelukannya

" Gue tau Lo ada masalah, maaf gue maksa lo buat cerita
Tapi jika masalah Lo terlalu berat di pundak Lo
setidak nya berbagi kesedihan itu tak masalah bukan" ucap nya sambil memegang  kedua pundak Ais dan mengusap air mata yang ada di pipinya

Aku sedikit tenang karena ucapannya " makasih ka, kalo gaad Lo mungkin gue udah terpuruk banget " seraya tersenyum

" Gue seneng bisa ngebantu Lo, dengan senang hati malah.
Tapi ingat berbagi kesedihan bisa mengurangi masalah dan beban di pundak Lo,
Gue pamit" ucap nya sambil mengacak-acak rambut Ais dan kembali ke jendela lalu melompat ke bawah
Meninggalkan ku dengan sebuah harapan

Mungkin cahaya itu masih ada Bu,
Meski redup
Tapi ia masih bisa memberiku jalan untuk menuntunku.
Secercah harapan itu membuat ku sadar
Bahwa aku tak sendirian

Dia benar Bu,
Tuhan lebih sayang ibu ketimbang ku
Buktinya tuhan gamau liat ibu lebih terluka
Ketimbang aku yang hanya bisa menangis saat ibu terluka
Maaf Bu
Jika aku tak bisa membuat ibu bahagia.
Setidak nya ibu bisa tenang di alam sana

Vote oii🙈

Babay👋😊

-Ay

Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang