Happy reading 🤗
...
♡permintaan Izza♡
Izza pov
Aku menikmati masa liburku di rumah Bunda, tidak bisa apa-apa hanya disuruh untuk selalu istrahat. Mas aldzi harus menempuh jarak yang jauh, saat berkerja.Setelah kegiatan lamaran untuk dik alzya, harus kuakui memang calon suami dari Dik alzya itu terlihat sangat mapan dan dewasa. Dan tampan.
Mengingat saat pagi hari setelah malam lamaran itu, aku mengakuinya kepada bunda dan dik alzya. Yang tidak kuketahui ternyata mas aldzi ada dibelakangku.
Dan membuat mas aldzi merajuk sepanjang hari padaku, tapi akhirnya dia sendiri yang menegurku katanya nggak tahan diemin istri.
Kebetulan hanya aku yang free dirumah, menjadikan aku bosan sendiri. Karena semua penghuni rumah kerja dibidang masing-masing.
Suara mobil yang masuk dipekarangan rumah, membuat aku berdiri sekedar ingin tahu siapa yang datang.
Assalamu'alaikum, sayang..
Suara itu membuatku diam ditempatku berdiri, aku tersenyum saat mas aldzi sudah melihatku.
"Wa'alaikum salam, kenapa sih mas? Teriak-teriak ini bukan hutan ya" ucapku menegurnya. Dia hanya tersenyum kemudian mencium pipiku dengan sayang.
"Kangen sama kamu, ke kamar yuk" ajaknya yang hanya kuikuti. Kami sudah pindah kekamar bawah, karena kekhawatiran mas aldzi, bunda, begitupun ayah karena perutku yang besar.
"Mas bersih -bersih dulu, habis itu terus tidur istrahat" ucapku mengelus lengannya lembut. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum menungguku mengambilkan handuk.
"Makasih sayang" ucapnya setelah kuserahkan handuk untuknya. Menunggu sambil menyiapkan baju ganti untuknya.
Selang 10 menit mas aldzi sudah keluar dari kamar mandi, memakai baju yang sudah kusiapkan. Kemudian menghampiriku yang duduk diranjang.
Mengambil minyak kayu putih, kemudian mengangkat kakiku yang bengkak. Mengolesinya dengan.minyak kayu putih dengan lembut.
"Mas.. cincin Izza udah sempit banget mas"ucapku dengan menunjukan jariku yang sudah bengkak. Mas aldzi mengangguk saat melihat jari manisku yang terlingkar cincin nikah.
"Bisa dilepas?" Aku menggeleng karena memang cincin itu sudah sangat sempit dijariku.
"Nanti kita bawa ketempatnya, biar emasnya dipotong biar bisa keluar" ucap mas aldzi sambil mengelus cincin nikah itu. Aku mengangguk.
Keheningan melanda kamar yang sudah berganti aroma minyak kayu putih. Sesekalu mas aldzi menggelitik telapak kakiku, yang membuatku melotot padanya.
"Jangan dipelototin itu matanya, kalau jatuh gimana?" Goda mas aldzi yang asyik memijat kakiku.
"Mas mau cerita sesuatu sama kamu" ucap mas aldzi serius yang kujawab anggukan kepala "kandungan kamu udah 6bulan kan?" Aku mengangguk
"Jalan 7bulan mas, ada apa?"
"3bulan lagi berarti lahirannya twins, kamu mau tinggal dirumah ibu atau disini aja?" Tanya mas aldzi lagi. Aku bisa menangkap sesuatu yang ganjal disini.
Aku merubah posisiku yang semula bersandar dikepala ranjang, menjadi duduk.
"Mas.. ada apa? Ada masalah?" Tanyaku lagi. Mas aldzi hanya melihatku kemudian tersenyum tipis.
"Kamu kapan ambil cutinya, sayang?" Tanya mas aldzi lagi mengalihkan pertanyaanku. Aku beranjak turun dari ranjang. Menarik tangan mas aldzi untuk mencuci tangannya.
"Mas ikut izza, cuci tangannya biar nggak pedis" mas aldzi hanya mengikutiku. Selesai mencuci tangannya, aku duduk ditepi ranjang dengan mas aldzi berjongkok didepanku memegang tanganku.
"Izza ambil cutinya kayaknya nanti udah sembilan bulan, mas. Iya lahirannya juga masih 3 bulan lagi. Mas ada apa? Mas mau pergi, kemana?" Ucapku. Mas aldzi tersenyum.
"Mas... jangan cuma senyum terus ih. Ditanyain juga cuma senyam senyum nggak jelas" aku mulai kesal sendiri dengan kelakuannya mas aldzi ini. Dan lihatlah sekarang di hanya cekikikan melihatku kesal.
Aku menghempaskan tangan mas aldzi yang memegang tanganku. "Mas ada misi, nggak lama kok. Hanya 3 bulan, dan mas pastikan sebelum lahirnya twins mas udah balik dari misi" jawab mas aldzi tersenyum kecil. Aku mendengarkan dengan seksama.
Misi selama 3 bulan, dan itu belum tentu mas aldzi belum bisa kembali. Aku masih ingat misinya yang katanya hanya 2 minggu, pulangnya nanti 1 bulan kemudian
"Mas nggak bisa tinggalin kamu sendirian dirumah sayang" ucap mas aldzi lagi. Aku hanya diam. "Tinggal dirumah ibu atau bunda? Tapi kalau disini, kamu nggak ada temennya"
"Mas.. gimana dengan 7bulanan nya twins? Syukuran rumah kita biar nanti mas pulang misi aja. Tapi 7bulanannya kan ndak mungkin tungguin mas pulang" ucap ku mengutarakan alasan mungkin saja mas aldzi bisa meminta waktu kepada komandannya.
Aku hanya diam setelah mengutarakan isi hatiku, mas aldzi juga hanya diam.
"Izza mau tidur, capek hati dan pikiran" ucapku sambil membaringkan tubuhku diranjang. Rasanya tanpa jawaban mas aldzi membuatku capek.
Aku berbaring dengan memunggungi mas aldzi yang mungkin saja masih tetap diposisinya.
***
Aldzi pov
Aku hanya diam setelah memberitahukan perihal misiku, ikut berbaring dan melihat Izza yang memunggungiku.Aku juga sudah memikirkan tentang tujuh bulanan Izza, yang wajib dilakukan.
"Sayang.. dosa loh tidurnya munggungin suami" ucapku memegang punggungnya lembut. Izza hanya diam."Mas mau berangkat misi, nanti kamu kangen loh dielus-elus sama mas" ucapku mencolek punggung Izza. Aku tahu Izza belum tidur, mengingat kebiasaannya saat hamil kalau ada aku pasti minta dielus perutnya.
Aku mendekati Izza, kemudian memeluk tubuhnya setelah itu Izza lansung menangis dengan tubuh bergetar.
"Eh jangan nangis, sini hadap sama mas aldzi nangisnya sanderan sama mas" ucapku sambil menarik tubuhnya Izza. Izza lansung memeluk tubuhku erat tapi terganjal dengan perut Izza.
"Izza ndak pernah ngidam aneh-aneh, kan? Izza cuma minta sampai acara 7bulanan selesai mas, setelah itu mas bisa pergi misi mas" ucap Izza memandang wajahku sambil dengan uraian airmata yang terus mengalir dipipi chubbynya.
"Mas.. izza cuma minta itu. Anggap saja itu ngidamnya Izza. Nanti baby twins ileran kalau ndak dituruti mas" ucap Izza semakin terisak saat aku hanya tersenyum kecil.
"Kita istrahat ya, magrib nanti mas bangunin" ucapku sambil mengelus rambutnya. Izza menggeleng dan mengeratkan pelukannya padaku.
Aku hanya terus mengelus lembut rambut Izza, dan juga punggungnya. Sampai deru nafas Izza mulai teratur, izza sudah terlelap dengan sisa air mata yang masih ada dipipinya.
"Mass.. jangan pergi" ucap Izza meracau dengan mata tertutup. Aku masih terus mengelus lembut punggungnya.
Apa yang harus kulakukan, menolak panggilan misi sama saja aku melanggar sumpah dan janjiku kepada negara ini. Tapi mengingat acara tujuh bulanan Izza, dan mungkin juga pernikahannya Mas aizar setelah acara 7bulanan selesai mungkin, dan tentang pernikahan Alzya juga.
"Semoga mas bisa menemani kamu saat melahirkan nanti sayang, dan bisa melihat Twins lahir kedunia, aamiin"
.
.
.-Tbc-
Maunya sad ending atau happy ending?
Aldzi nya tugas sebelum acara tujuhbulanannya twins.Jangan lupa vote dan komentarnya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is MARINIR [END] Terbit Ebook
Fiksi UmumSequel SYAR'I KU DALAM ABDIMU [Terbit Ebook) Link https://play.google.com/store/books/details?id=KOEIEAAAQBAJ Serial ♡Abang Aldzi♡ Genre cerita (Romance-Spiritual) Tidak semua Tentara menikah dengan yang bersneli putih, stetoskop selalu tersemat di...