Pitu: Anyang

935 119 5
                                    




"Annyeonghaseyo, halmeoni."

Mingyu menaruh buket bunga mawar biru di atas nisan neneknya.

Neneknya dimakamkan di dekat pohon beringin belakang rumahnya.

Mingyu teringat dikala neneknya bercanda dengannya.

———
"Halmeoni. Nanti kalau Mingyu tidak lagi tinggal dengan halmeoni, halmeoni kemana?"
"Halmeoni tidak akan kemana-mana. Halmeoni akan jaga Mingyu sampai Mingyu bisa jaga diri sendiri."
"Tapi kan Mingyu sekarang sudah besarrr."
"Kamu baru 7 tahun, Mingyu. Masih panjang perjalananmu."
"Ehehe. Iyaaa, halmeoni."

"Halmeoni. Alat itu namanya apa?"
"Itu namanya kremator."
"Apa itu kremator?"
"Kremator itu alat untuk mengkremasi orang. Kamu ingat harabeoji?"
"Iya. Mingyu ingat. Harabeoji sudah jadi abuuu."
"Nah.. Itu namanya dikremasi. Bukan dikramasi loh ya."
"IYA, HALMEONI. ADUHHH AKU GEMES SAMA HALMEONI."
"Lah. Yang ada halmeoni dong gemes sama kamu."

"Halmeoni.."
"Ya?"
"Mingyu lihat, teman Mingyu keluarganya yang meninggal tidak diabukan."
"Lalu?"
"Mereka didandani dengan rapi. Terlihat sangat tampan dan cantik."
"Oh, ya?"
"Iyaaa..."
"Kalau menurut Mingyu bagaimana?"
"Tidak tahu. Kan kata halmeoni perjalanan Mingyu masih panjang, jadi Mingyu belum tahu."
"Hmm... Begitu yaa.."
"Iya, halmeoni.."

"Kalau begitu, halmeoni juga seperti mereka ah. Tidak diabukan."
"Kenapa, halmeoni?"
"Biar tetap terlihat cantik."
"Halmeoni. Aack! Halmeoni. Geli~"
———

Mingyu terkekeh sendiri.



"Ternyata aku masih mengingatnya."



"Mingyu merindukan halmeoni."

"Apakah halmeoni baik-baik saja?"




Mingyu pun pergi ke rumah abu yang bertuliskan
"KIM
Kim Gyujin
Kim/Cha Seolbin
Kim Minsoo"

Ia menanggalkan sepatu di depan pintu dan memasuki rumah itu.

Ia menyalakan dupa dengan wewangian yang menenangkan. Ia menyalakan lilin dan membuka korden agar menjadi lebih terang.

"Allah yang bertahta di dalam kerajaan sorga.
Selamat Malam.
Hari ini Mingyu berkesempatan untuk menemui sisa-sisa kehidupan keluarga Mingyu.
Kiranya keluarga Mingyu mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Jika boleh, Mingyu ingin titip salam untuk Ayah Gyujin, Bunda Seolbin, dan Adik Minsoo.
Mingyu sangat menyayangi mereka.
Mingyu merindukan mereka.

Kiranya Engkau memberkati seisi rumah dan keluarga ini, juga sekitarnya.

Amin."

Mingyu selesai berdoa dan menatap foto keluarganya.



"Aku bisa melihat roh.."

"..tapi aku tidak bisa melihat roh keluargaku sendiri."

Tangisan Mingyu pecah dan ia terduduk di lantai dengan melipat kakinya.



























"Halo, Wonwoo sunbaenim." Sapa Vernon.
"Oh. Halo, Vernon."
"Apa sunbae melihat Mingyu-hyung? Aku tidak melihatnya sejak rabu."
"Dia sedang pulang ke Anyang dan baru kembali hari Senin. Apa ada sesuatu?"
"Ah. Tidak, sunbae. Hanya saja kami tidak mendapat kabar darinya. Ah. Mungkin Mingyu-hyung sedang berkumpul dengan keluarganya."
"E-eh. He- hehe. I-iya. Bisa jadi."
"Baiklah, Sunbae."
"Panggil aku hyung."
"Ahaha. Iya. Wonwoo-hyung. Terima kasih. Kalau begitu, aku pergi ya."
"Ya, Vernon."









Wonwoo segera pergi ke asrama dan merebahkan diri di kasur.



"Benar juga. Mingyu tidak bisa ku hubungi. Apa tidak ada sinyal di sana? Atau dia membutuhkan waktu?"

"Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?"

"Ah. Seharusnya aku ikut dengannya."

"Ia akan kembali senin kan.."

"Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi padanya."




















"Jadi, trauma akan menjadi hal yang serius jika tidak segera ditangani." Pak Siwon menjelaskan.

"Pak." Wonwoo mengangkat tangannya.
"Ya. Jeon Wonwoo?"
"Bagaimana jika orang selalu ingat pada kenangan buruknya? Seperti misalnya di dalam mimpinya."
"Mereka perlu diberikan kesadaran. Mereka butuh sandaran. Dan ju- Heh! Kok pada ketawa sih? Ini hal yang serius, wahai Manusia. Mereka belum punya hal yang mampu mematahkan ingatan itu. Ingatan-ingatan itu akan muncul dengan sendirinya di luar kesadaran mereka. Mereka butuh sandaran alias teman untuk menghadapi ingatan itu."

Sementara Pak Siwon masih menjelaskan, Wonwoo termenung dan memikirkan Mingyu.















"Hyung? Ayolah. Baru ditinggal Mingyu-hyung berapa hari sudah pundung saja kau." Minghao meledek Wonwoo.
"Aku hanya kuatir- Ah. Tidak. Ia akan baik-baik saja."

Minghao tidak paham dengan apa yang Wonwoo katakan sehingga mereka kembali menghabiskan waktu Malam Senin dengan permainan-permainan.


















Tok
Tok
Tok

"Aish. Siapa yang mengganggu tidur pagiku?"

Tok
Tok
Tok

"IYA. IYA. SEBENTAR."

Wonwoo membuka selimutnya dengan asal dan beranjak untuk membukakan pintu untuk orang yang—

...berhasil membuat matanya melek.

"Mingyu!"
"Sshhhtt.. Ini masih pagi. Jangan buat keributan."
"Mengapa kau mengetuk? Bukannya kau punya kuncinya?"
"Bagaimana aku bisa membukanya dari luar jika kuncimu yang di dalam tidak kau lepas?"
"Ah. Iya. Iya. Maaf. Itu kesalahanku. Ayo masuk."

Setelah Mingyu masuk, Wonwoo pun mengunci pintu dari dalam.

"Bagaimana Anyang?"
"Tidak banyak berubah."
"Kalau begitu, kapan-kapan kita kesana, ya?"
"Baiklah."

Mingyu selesai membereskan barang bawaannya dan duduk di kasurnya.

"Lelah, Gyu?"
"Hmm.. Lumayan."

"Kau sulit dihubungi."
"Aku hanya menonaktifkan gawaiku."
"Apa baik-baik saja?"
"Ya. Disana baik-baik saja."
"Tidak. Maksudku, apa kau baik-baik saja?"
"Uhm... Ya. Aku baik-baik saja."

Wonwoo mendekat padanya dan memeluk Mingyu dengan duduk di sampingnya. Lalu mengusap kepala Mingyu.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu, Hyung."
"Hey. Tenang saja. Aku sudah bilang padamu kalau aku ini akan baik-baik saja."
"Hanya saja-"
"Sshhttt. Sudah. Sudah."

Mingyu membalas pelukan Wonwoo dan menenggelamkan wajahnya di dada Wonwoo.

⏸️The Boy || MEANIE (WONGYU) | IDN ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang