Gwin tua sudah renta, jenggotnya bahkan sudah memutih hampir seluruhnya. Tapi ia selalu memperbaiki ayunan di depan rumah yang terikat pada cabang pohon akasia untuk Lolita, anaknya.
Setelah membenahi ayunan, gadis kecil itu akan langsung bermain di sana, setiap hari bahkan di malam hari.
Gwin sangat senang meskipun ia sudah sangat pikun. Sekali ia pernah tersandung sebuah batu berukuran balok sedang yang ia tanam sendiri di samping rumah. Gwin lupa dengan batu itu.
Tetangganya pun berkata, "Pak Gwin, kenapa kau tendang nisan anakmu?"