Langkah Yeji terhenti melihat tulisan didepan pintu kelasnya, dadanya mulai sesak hingga sendi-sendi nya menjadi lemas.
' Hwang Yeji bukan murid dikelas ini lagi. '
"Kalian apa-apaan sih! " teriak dari dalam kelas.
Yeji tahu itu suara siapa, Ryunjin. Gadis berambut sebahu itu meronta minta dilepaskan, karena sangat tidak setuju dengan keputusan dan tindakan murid sekelasnya.
"Apa kalian pernah lihat Yeji beneran kayak gitu? Kalian kenal Yeji enggak seminggu dua Minggu, tapi satu tahun. Masa kalian percaya gitu aja sama berita yang baru dua hari dirumorkan? " tungkas Ryunjin.
Kakinya menginjak salah satu kaki seorang siswi yang menahannya, ia menghempaskan tangan Lia yang memegangi tanganya.
"Gue enggak nyangka lo percaya juga! " cerca Ryunjin pada Lia, lalu beralih membuka pintu.
Ryunjin mematung.
"Ji, lo–
"Maaf. " ucap Yeji, gadis seperti Yeji memang tidak mudah percaya pada seseorang.
Tapi melihat Ryunjin yang sepedulinya denganya ini, membuat Yeji menyesal karena tidak membagi kisah nya dengan temanya ini.
"Ngapain minta maaf Ji, harusnya kita semua yang minta maaf sama lo. Maaf gue enggak bisa bantu banyak, maaf kita enggak percaya. Tapi yakin Ji, gue percaya sama lo kalau lo enggak mungkin ngelakuin itu kan? "
"Iya, gue enggak ngelakuin apa-apa. Tapi, "
Yeji berhenti melihat sekeliling yang menatapnya remeh, seakan dia tidak diinginkan lagi.
"Tapi kenapa Ji? " tanya Ryunjin sembari menatap Yeji penuh harapan.
"Gue emang tinggal berdua sama cowok, "
"HAH KAN! "
"Gue bilang juga apa, " sewot salah satunya.
"Njir, banyak drama. "
"Udahlah minggat aja, susah amat. "
"Bitch naneun solo, "
"Aih, diklarifikasi. "
Ryunjin menengok dengan memutar bola mata menatap keadaan kelas yang ricuh setelah Yeji berargumen.
Dengan dalam Ryunjin menghela nafas dan kembali menatap Yeji, sahabatnya.
"Ji, gue percaya banget sama lo. Jangan pernah buat kepercayaan gue terkhianati yah, gue sahabat lo. Lo bisa cerita apapun ke gue, ingat! Shin Ryunjin sahabatnya Hwang Yeji! "
Guratan senyuman semangat terpancar diwajah Ryunjin, meski dalam tatapan matanya tersimpan kekecewaan.
Ryunjin tahu bagaimana Yeji, Ryunjin tahu Yeji menganggapnya hanya sekedar teman biasa. Namun, Ryunjin ingin menjadi sosok teman setia bagi Yeji.
"Hm, siap Shin Ryunjin. " kata Yeji meniru penghormatan bendera di Senin pagi, dengan senyuman semuringah memandang Ryunjin.
"Anggap aja mereka semua setan! " sarkas Ryunjin lalu tertawa mengajak Yeji masuk dan menghiraukan tatapan menusuk.
"Ingat mereka hanya setan, " bisik Ryunjin lagi.
Yeji terkekeh dan melanjutkan tujuannya ke sekolah, menuntut ilmu.
Sedangkan Soobin? Lelaki itu masih senantiasa bertengger di balkon kamarnya, tidak mau sekolah ataupun sekedar keluar kamar.
Dikepalanya masih terngiang-ngiang perkataan Yeji malam itu.
"Emangnya kenapa? Terserah gue, hidup-hidup gue bukan hidup lo. "
Kalimat itu terasa seperti kecaman, sebuah tanda nyata jika selama ini Yeji memang tidak pernah menganggapnya.
"Kenapa juga gue harus suka sama dia, dari awal kan gue yang enggak suka dan benci dia. Menyalahkan dia tentang segala hal, "
Soobin berbicara sendiri, memarahi dirinya sendiri. Ia mendecih dan turun dari pembatas melihat isi kamarnya, melihat memori yang pernah dia lalui dikamar ini.
"Sini loh bangsat! "
"Mweeee enggak kena, hahah. "
"Nyebelin lo heh! "
"Coba aja kalau bisa mweee! "
"Turun lo, jangan naik kasur. Sok tinggi! "
"Emang gue tinggi mweee, "
Soobin menggelengkan kepalanya dengan gusar, kenangan itu terasa lucu terpandang. Namun itu adalah suatu kenyataan, bukan hanya candaan.
"Gue adalah penyebab hidupnya sengsara, seharusnya gue dulu enggak nyoba iseng ikut seleksi akselerasi. " monolog Soobin.
Matanya tersorot pada bingkai foto disudut kamar, itu fotonya ketika menginjak usia 10 tahun dengan seorang gadis kecil yang 4 tahun lebih muda darinya.
"Wonyoung bantu Abang, "
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakel Choi vs Dekel Hwang「Byuntae Namja」
FanfictionEND [ Suatu kejadian membuat mereka menjadi pasutri ] "Lo enggak hamil kan? " ☑nonbaku ☑up kadang ☑banyak typo start: end: