Langit malam yang gelap, dan suasana sunyi di jalanan, tak cukup untuk membuat seorang gadis seperti Cassheva merasa takut. Ngomong-ngomong ia baru saja pulang dari tempatnya bekerja. Di sebuah bar yang cukup terkenal di Australia. Tenang, Sheva hanya menjadi bartender di sana, bukan pekerjaan yang macam-macam.
"Aku pulang," ujarnya saat memasuki sebuah flat kecil yang sudah ia tinggali bersama sang adik selama lima tahun ini.
Seorang gadis cantik yang tak berbeda jauh dari Sheva parasnya, ke luar dari arah dapur. "Tepat banget, Sya baru selesai masak. Ayo Shev, kita makan."
Sheva hanya tersenyum tipis, ia melihat jam di dinding. Pukul 02.15. dini hari, dan ia baru pulang. Sedangkan sang adik? entah apa yang ia lakukan tengah malam ini.
"Aku udah sering bilang, nggak perlu kamu nungguin aku kaya gini. Kamu harus sekolah besok."
Kepalanya menggeleng sedangkan tangannya tengah sibuk meletakan piring dan mangkuk ke lantai. "Sheva, udah ya. Nggak bahas hal gini lagi. Ayo makan!" Selalu seperti itu.
Sheva menurut dan duduk di lantai, lantai ruang tengah yang menyatu langsung dengan kamar. Flat yang benar-benar kecil. "Kenapa nggak ikut makan?" Bukannya melihat sang adik ikut makan, ia malah melihat adiknya yang termenung menatap piring yang tertata rapih di atas lantai
"Abang, Abang udah makan belum ya. Dia makan teratur nggak? dia istirahatnya bener nggak? She, kapan Abang pulang?"
Sheva menghela nafasnya dengan kasar. Abang, abang, abang. Kenapa seorang Chellsya selalu memikirkan abang? Sedangkan yang dia pikirkan belum tentu memikirkan mereka.
Meletakan sendok yang ia genggam tadi dengan kasar, lalu menatap Sya tajam, "udah ya Sya, aku capek dengar kamu nyebut Abang terus. Stop, udah! dia nggak peduli sama kita. Percuma kamu mikirin dia, hidup kita kaya gini semuanya karena dia! Dia penyebabnya! Dia udah memutuskan untuk pergi, jadi jangan mengharapkan kepulangannya. Aku muak!" Sheva mengambil segelas air, ia minum sampai habis. Lalu berjalan ke arah kasur. Memilih untuk tidur.
Sya memandang Sheva sendu, ia tahu bagaimana perasaan Sheva. Sheva yang menanggung beban berat ini semua. Sheva kecewa ia tahu. Andai kejadian dulu tak terjadi, maka mereka semua akan baik-baik aja. Ayah, ibu, bang Chan, ia dan juga Sheva.
Tapi apa salah jika ia merindukan Chan? kakak pertamanya, apa ia salah?
'Hah hah hah'
Nafas memburu, keringat membahasahi hampir seluruh tubuh. Lagi-lagi, selama lima tahun ini, ia tidak dapat tidur dengan tenang. Ingatan tentang kedua adiknya itu selalu memburunya.
Chan bangkit dari tidur. Ia duduk menyender ke dinding. Pandangannya lurus kedepan.
"Aaakh! Sheva, Sya, jangan bikin Abang gila!" Chan berteriak. Teriakkannya menembus heningnya malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Pulang [Bangchan]
FanfictionOneshoot Collaboration Ft. Bangchan Straykids Setelah perceraian orangtua mereka, dan Chan memilih pergi tanpa membawa serta kedua adiknya, malam-malamnya selalu diliputi kecemasan. "Aku pulang."