Seorang gadis berusia 19 tahun,bersorak ria mengejar bola yang menggelinding di tanah lapang.Rambut kuncir ekor kudanya berayun indah mengiringi langkahnya.
"Kak Dinda...kak Dinda...kak Dinda...!"
"Dinda...Dinda...Dinda...!"
Sorak riuh para penonton yang terdiri dari anak-anak berusia di bawah Dinda dan juga pemuda pemudi seusia Dinda membahana memberi dukungan pada Dinda.Dinda tidak sedang mengikuti perlombaan resmi,ini hanyalah kegiatan sore pemuda pemudi di daerah Dinda.Dinda memang satu-satunya pemudi yang sangat gemar ikut terlibat dalam permainan ini.
Seorang pemuda yang berusia lebih muda dari Dinda mengoper bola pada Dinda,yang tak jauh dari gawang.Dinda lekas menangkap bola dan menggiring lebih dekat dengan gawang.Dengan tendangan yang tepat Dinda berhasil menendang bola yang kini menggelinding memasuki gawang,tanpa dapat dihentikan oleh kiper lawan main Dinda.
"Gollllll.....!"teriak Dinda,beserta timnya dan juga para pendukungnya.
Tubuh mungil Dinda segera ditangkap oleh dua pemuda tampan tim mainnya,lalu disusul tim lainnya ikut mengerubuti Dinda.Diatas tumpuan tangan para timnya Dinda tertawa lepas menikmati perlakuan anggota timnya,sesekali Dinda melirik ekspresi kesal para lawan.
Beberapa saat kemudian Dinda bersama timnya dan juga tim lawannya duduk bersama di atas tanah lapang,para penonton sudah bubar.Ada yang pulang,ada yang masih asyik menikmati suasana senja di tanah lapang.
"Kapan sih Din,kamu nggak bikin kita malu?"celetuk seorang pemuda yang menjadi tim lawan
"Ya ampun Za,ini kan hanya permainan.Kalau tanding beneran kita kan satu tim!"saut Dinda
"Iya Za,jangan baper deh!"saut pemuda lainnya
"Tau nih,si Eza!"yang lainpun ikut menyaut,berakhir dengan mengacak-acak rambut Eza.
Dinda tertawa melihat teman-temannya menyerang Eza,tenang saja mereka hanya bercanda.Dinda juga tahu gerutuan Eza tadi tidak sampai hati Eza.
"Eh...aku pulang dulu ya,sudah mau maghrib!"ucap Dinda,lalu setelah mendapat tanggapan dari teman-temannya Dinda bergegas menuju sepedanya,dan pulang ke rumahnya.
******
Sedangkan di rumahnya, Rahul ayah Dinda tengah berbahagia karena Jacky kawan lamanya dari Jakarta mengunjunginya."Kenapa tidak memberitahuku dulu,Jack!"gerutu Rahul seraya menurunkan teh hangat dari nampan untuk Jacky,beserta 3 toples kecil berisi kue.
"Kalau aku memberitahumu,kamu pasti akan sibuk menyambutku layaknya seorang pejabat!"saut Jacky
"Kamu memang pejabat kan,lebih tepatnya Direktur utama.!"goda Rahul, disambut tawa segan dari Jacky
"Aku bangga padamu,Jack.Kamu sukses dengan karir dan keluargamu.!"ucap Rahul nampak bangga pada Sahabatnya.
"Aku sukses di kaririku karena do'a darimu,dan juga saat kuliah kamu banyak membantuku!"saut Jacky mengingat memory masa lalunya bersama Rahul.Dua sahabat yang berbeda karakter itu begitu akrab, hingga membuat beberapa teman Jacky iri pada Rahul sang pria sederhana yang berhasil menjadi sahabat dekat Jacky sang putra pengusaha ternama di Jakarta.
"Seharusnya kamu tetap di Jakarta,dan sukses bersamaku.Aku yakin kamu akan lebih sukses dariku!"celoteh Jacky,seraya mulai mengangkat gelas tehnya
"Mau berapa kali kamu berkata seperti itu?,kau tahu jawabannya.Cintaku ada disini,jadi aku harus kembali kesini!"saut Rahul seolah dibawa pada kenangannya pada sang istri yang telah tiada.Rahul ke jakarta hanya untuk mencari ilmu,setelah dia berhasil lulus kuliah Rahulpun kembali ke desanya meninggalkan sang sahabat demi kembali pada cintanya juga tanah kelahirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikuti Takdir
FanfictionDinda hanya bisa mengikuti kemana takdir akan membawanya,setelah kepergian sang ayah.Tanpa Dinda duga,sahabat sang ayah memintanya untuk menikahi Imran,putra dari sahabat ayahnya itu.Dan disana dia bertemu dengan Rizky,adik Imran yang sepertinya men...