s a t u

102 20 21
                                    

Vote comment ya guy's

~o0o~

Peluh sebesar biji jagung bercucuran dari pelipis para murid-murid nakal yang melanggar peraturan sekolah. Dibawah terik matahari, mereka melaksanakan sesi hukuman dengan berjalan jongkok mengitari lapangan upacara yang luasnya bukan main. Tak sedikit siswa yang mengomel atas hukuman tersebut.

Nyatanya sejauh manapun murid-murid bersembunyi mereka juga akan tertangkap oleh lima belas anak buah pak Bahrun.

"Sial! make up gue disita," ucap gadis berambut coklat itu bersungut-sungut.

"Bukan lo doang Run, masker jualan gue juga diambil, gue jajan pake apa coba?!" ujar gadis berpipi chubby itu mengomel.

Kedua gadis itu terus merepet seraya berjalan jongkok, sesekali keduanya menyeka peluh yang mengalir.

"Kenapa razianya dadakan sih?" tanya Runa yang masih kesal karena make up terbarunya disita.


Vela mengedikkan bahu. "Lagi gabut kalik pak Bahrun."

Runa terkekeh mendengar penuturan Vela,"gabutnya unfaedah banget dah."

Pak Bahrun menyilangkan kedua lengannya didepan dada, ternyata ia mendengar percakapan kedua gadis bandel itu, kini mata tajamnya menyorot  hingga siapa pun yang melihatnya pasti akan merasa bahwa dirinya ditelanjangi abis-abisan."Runa! Vela! mau saya tambah hukumannya?!"

"Eh! enggak... enggak pak." Runa dan Vela serempak menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Aish! berapa puteran lagi sih Vel? Dengkul gue mau copot nih,"bisik Runa selirih mungkin sedangkan Vela sibuk menyeka peluh yang membanjiri wajahnya , "dua puteran lagi Run."

"Pingsan aja deh gue!"ucap Runa asal.

Vela memutar kedua bola matanya jengah. "Pingsan ya tinggal pingsan aja, pake ngomong-ngomong segala."

***

Sesi pemberian hukuman telah usai dua puluh menit yang lalu. Murid-murid nakal itu telah bebas dari hukuman seusai mencantumkan namanya pada daftar buku hitam. Runa dan Vela kompak menuju kantin, mereka berniat menyegarkan tenggorokan yang sempat kering sekaligus mengistirahatkan tubuh yang terasa pegal-pegal.

Keduanya duduk berhadapan tepat dibawah kipas angin—yang memang sengaja dipasang dikantin, sesekali Runa menggerutu kesal ketika mengingat betapa kejamnya Pak Bahrun tadi. Sementara Vela sibuk dengan kalkulator diponselnya. Seperti biasa, ia sedang memperhitungkan jumlah kerugian atas penjualan maskernya.

"Ck. Kurang kerjaan banget sih Vel?sempet-sempetnya ya lo ngitung rugi, "cibir Runa heran.

Vela mendecak mendengarnya."Lo yang gak tau bisnis mending diem deh, banyak customer yang komplain nih."

Sudah tidak heran lagi bagi Runa jika Vela memanglah tipe gadis serba perhitungan, bagi dia masalah kembalian kurang seribu rupiah sekalipun ia akan mempermasalahkannya selama sebulan kedepan.

"Buk Wit ... nutrisari jeruk perasnya dua ya!"kelakar Runa kepada wanita paruh baya bercelemek SpongeBob itu.

Karena merasa namanya dipanggil, Buk Wiwit selaku penjaga kantin pun menolehkan kepala. Kemudian ia tersenyum lebar tatkala melihat siapa orang yang memanggilnya. Buk Wiwit pun berseru, "Asssiyap!"

Seruan itu mengundang kekehan geli bagi Runa. Ia merasa malu, karena ia memang sering berucap seperti itu, ia  memang suka mengikuti gaya seorang vlogger sekaligus youtuber yang tengah naik daun dikalangan publik. Sehingga orang-orang pun telah hafal dengan tingkah seorang Aruna Rensia Denada.

Kita Cerita LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang