Chapter 3: Kenyataan dan fiksi yang menjadi satu

33 6 0
                                    

Chapter 3

Kenyataan dan fiksi yang menjadi satu

Aku benar-benar tak percaya kalau yang kami buru adalah seekor makhluk mitologi yang menjadi kenyataan.

"Oh ayolah yang benar saja, kau pasti bercanda..." Ucap Lia.

"Jeamiy monster ini adalah..." Ucap Lia kaget.

"Dia adalah chimera, dari yang aku tahu dia hanyalah sebatas makhluk mitologi yang tidak nyata, tapi kenapa dia bisa jadi kenyataan sekarang? karena dia ada dihadapan kita sekarang itu artinya pelaku dari tiga jenis sebab kematian yang berbeda adalah dia..." Ucapku.

"Kau yakin Jeamiy dia adalah pelakunya....?" Tanya Lia.

"Tidak salah lagi, dia bisa menyemburkan api dari mulutnya dan ular diujung ekornya juga pasti memiliki racun yang sangat mematikan." Ucapku.

"Hei kalian bicaranya nanti saja, musuh ada didepan mata...." Ucap Rika.

"GgrrrHhhhrraaaagghhh....!!" Teriak chimera itu.

Karena sebelumnya chimera ini datang terlalu cepat akibatnya tebasan yang aku dan Lia berikan tidak terlalu dalam, itu benar-benar hanya terasa seperti luka gores biasa baginya.
Dia datang dengan cepat, serangan dimulai dengan serudukan tanduk panjangnya kearah Lia namun karena tenaganya terlalu besar serangan itu membuat Lia terpental meskipun ia berhasil menangkisnya.

"Aarrgghh....kau lumayan juga sialan.." Ucap Lia berusaha bangkit sembari menahan rasa sakit.

"Lia kau baik-baik saja?" Tanyaku.

"Jangan hiraukan aku, dia mulai datang kearahmu...!" Ucap Lia.

Serangan kedua dilancarkan dengan menggunakan kuku kaki depan sebelah kirinya, aku berusaha menahan serangannya hingga gesekan antara pedangku dan kukunya menimbulkan percikan api. Tenaga yang dimilikinya benar-benar luar biasa dan ini terasa seperti menahan serangan dari seekor badak.

"Cih...kau hebat juga, tapi ini tidak cukup untuk membunuhku..." Ucapku sembari menahan serangan.

Ketika aku tengah menahan serangan kaki depannya tiba-tiba ekor ularnya mulai bergerak maju dan hendak menggigitku, aku tak bisa mengatasi serangan ular itu dan Lia masih berusaha bangkit.
Tidak mungkin aku akan mati semudah ini, aku hanya boleh mati jika keadaan dunia sudah bersih dari kejahatan.
Aku berusaha memutar otak untuk menemukan cara menahan dua serangan ini tanpa terluka. Tiba-tiba suara tembakan terdengar dan peluru melesat kekepala ekor itu hingga membuatnya terhempas.

"Jangan lupa kalau aku masih disini untuk membantumu" Ucap Rika.

"Terima kasih Rika..." Ucapku.

Karena ular itu sudah tidak menyerang aku mengendorkan pertahanan dan menggeser posisi kekanan agar membiarkan serangan kuku besar itu melesat menghancurkan tanah yang ada disisi kiriku.
Chimera itu lengah dan aku mengambil celah dengan menebas wajahnya secara tegak lurus keatas.

"Aarrgghh...." Teriak chimera itu kesakitan.

"Ternyata tubuhmu keras juga..." Ucapku.

Meskipun aku mengerahkan seluruh tenagaku dalam serangan tadi namun kulitnya cukup keras hingga luka yang diperoleh chimera itu tidak terlalu dalam.
Aku melompat beberapa meter kebelakang untuk menjaga jarak dan mengantisipasi serangan berikutnya, ekspresi chimera itu terlihat sangat marah, sepertinya aku sudah membuat emosinya meluap-luap. Dia mulai mengambil posisi merendahkan tubuh depannya dan menaikkan tubuh bagian belakangnya seperti seekor banteng yang hendak menyerang.

"Kau ingin aku menjadi seorang matador hah... sayangnya kau bukan banteng kawan.." Ucapku dengan senyum meremehkan.

Tiba-tiba saja Lia datang dari atas dan menancapkan pedangnya tepat diatas kepala kambing chimera itu, teriakan kesakitan yang memekakkan telinga terdengar begitu keras dan membuat chimera itu mundur beberapa langkah, dia terus meronta-ronta untuk menjatuhkan Lia yang terus memperdalam tusukannya.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang