Part 9

33 8 0
                                    

Vote dan coment ditunggu!!!
Tandai jika ada typo.

Happy Reading ~~~

*************

"Sebenarnya apa yang sedang kau cari?". Tanya shaka dengan wajah geram. Sepertinya dia sudah jengah mengekoriku yang sedari tadi sibuk berkeliling dipasar barter.

Kami memang sedang berada disini saat ini, dengan pemuda menyebalkan seperti shaka.
Sebenarnya aku merasa tidak nyaman pergi dengannya. Disepanjang jalan dia tak henti hentinya bertanya
" sudah selesai kah?". Yang hanya kutanggapi dengan gelengan.

Sekarang dia bertanya lagi dengan memberikan tatapan geram seperti itu. Apa yang dia pikirkan,bahkan aku tak memintanya menemaniku. Dia sendiri yang mengikutiku sedari tadi.

" Jika kau bosan, pergilah!
Aku tidak memintamu untuk menemaniku kan?".

" Tapi ibumu yang menyuruhku!" Sergahnya.

" mengapa tidak kau tolak saja?". Tanyaku dengan tatapan tajam.

" Tidak sopan menolak perintah orang tua!". Jawabnya tak kalah tajam.

" bersikap menyebalkan terhadap seorang gadis juga tidak sopan!" jawabku dengan penuh penekan.

"Siapa?" ucapnya dengan tampang polos.

" Tentu saja gadis sepertiku!". Jawabku ketus.

" Siapa peduli!". Jawabnya sarkastik

Aku hanya bisa merutukinya dalam hati. Siapa sangka pemuda sepertinya ternyata bermulut pedas.

" Lebih baik kau enyah dari hadapanku sekarang". Aku terkikik geli dalam hati dengan ucapanku sendiri yang dengan lancang mengusirnya.

" Kau berlaga seperti seorang ratu saja!"

Bukan hanya karena sikap menyebalkannya yang membuatku ingin mengusirnya,tapi tatapan tidak suka yang ditunjukkan beberapa orang apalagi para gadis yang ada disini yang begitu mengintimidasiku.

Aku mencoba menghiraukan pelototan tajam mereka. Aku tidak tahu mengapa mereka sampai segitunya menatap kearah kami.
Ku palingkan pandanganku ke arah shaka yang ternyata juga sedang memandangiku. Tentu saja aku kaget ketika menyadarinya.

" Apa?" tanyaku dengan nada ketus.

" kau tidak perlu menghiraukan tatapan para gadis itu!" jawabnya sembari mengarahkan bola matanya ke arah mereka.

" Jangan SOK TAU,memperhatikan mereka saja tidak!!" balasku tajam.

" mengaku saja,lagipula hal itu sudah biasa. Setiap ada gadis beruntung SEPERTIMU yang bisa bersama dengan pemuda tampan sepertiku,pasti banyak yang iri denganmu. harusnya kau bangga!" Ucapnya dengan begitu angkuh sambil menaik turunkan alis lebatnya kearahku. Apa maksudnya itu?

"Dan apa dia bilang tadi?"
"Gadis beruntung? Beruntung apanya?? Sial yang ada!" Sergahku dalam hati dengan nada mencemooh.

" Huahah.... Kau bilang apa tadi,gadis beruntung?? Kesialanku bahkan dimulai ketika bertemu denganmu!".
Cercaku tak kuasa menahan tawa.

" Dan satu lagi kamu bilang pemuda tampan?? , bahkan orangan sawah lebih menarik untuk dipandang dibandingkan dengan wajah tembokmu itu!". Ledekku sembari menyeka air mataku karena tidak kuat tertawa.

Tentu saja aku berbohong ketika mengatakan bahwa orangan sawah jauh lebih menarik daripada pemuda disampingku ini. Kenyataannya sangat berbanding terbalik sekali. Tapi aku tidak ingin mengatakan hal itu padanya. Bisa - bisa dia semakin besar kepala nanti.

Sepertinya matamu bermasalah. Mau kucarikan tabib?". Tanya- nya dengan nada cemas yang dibuat buat . Aku bisa menebaknya karena kulihat sudut bibirnya berkedut menahan tawa.

" Tidak terimakasih!" Ucapku sambil berlalu meninggalkannya dan menghampiri seorang lelaki paruh baya yang sibuk menenteng beberapa Ubi dan daun singkong ditangannya.

Aku terus berjalan kearah bapak tadi.
Dan benar saja ternyata shaka masih saja mengikutiku. Tapi aku tidak ingin ambil pusing dengan sikapnya, Jangan salahkan aku jika dia sendiri lelah mengikutiku. Aku sendiri tidak menyuruhnya.

" Paman, bolehkah paman menukarkan milik paman denganku?" Tanyaku dengan hati hati.

Lelaki paruh baya tersebut menatapku ragu lalu meralih menatap apa yang ada ditanganku dengan mata berbinar. dan kemudian mengangguk semangat.

" Tentu saja nak!" jawabnya antusias.

Aku segera menyerahkan hasil kebunku berupa pisang dan pepaya matang kepada bapak tersebut.
Ia juga menyodorkan ubi dan daun singkong tersebut kepadaku.

" Terima kasih paman!" ucapku dengan tulus.

" Sama sama, Paman permisi ya. Mari!" jawabnya.

Aku merasa bahwa seseorang disampingku ini terus saja memandang kepergian lelaki paruh baya tadi dengan tatapan menyelidik.
Ku edarkan pandangan ke arah sampingku, tepat ke arah shaka dengan tatapan bingung.

" Ada apa denganmu? Kau melihat paman tadi seperti sedang mencurigai" Ucapku menyelidik.

"  Tidak, Mungkin perasaanmu saja!
Jawabnya dengan gamblang. kulihat dia hanya diam memperhatikanku. Dan tentu saja, diperhatikam seperti itu membuatku sedikit ngeri.

" eh memangnya kamu punya perasaan?" Sambungnya dengan senyum mengejek yang sukses membuatku ingin sekali memberi pelajaran pada mulutnya itu dengan daun singkong yang sedang ku tenteng. Tapi kuurungkan niat itu.
Aku tidak ingin daun singkong yang sedang kupegang ini tercemar air liurnya yang bisa membuat orang yang memakannya keracunan.

" Bicara seperti itu sekali lagi,kupastikan ubi ini akan melayang ke wajahmu dengan anggun". Ujarku mengancam.

" Heheh maaf ya aku hanya bercanda". Jawabnya dengan menarik kedua daun telinganya dengan tangan. Aku tidak bisa menahan tawaku melihatnya bertingkah seperti anak kecil.

" Ya sudahlah lagipula aku sayang pada ubiku,kasihankan kalau ubi ini harus mendarat dikepalamu yang keras seperti batu itu. Pasti sangat sakit". Ucapku dramatis

" Ya sangat kasihan. Jadi jangan pernah lakukan itu!". Ujarnya sembari memegangi kepalanya sendiri.

" Kita sudah mendapatkan apa kita cari,jadi kita pulang kan?" Tanya Shaka kepadaku.

" Tentu saja, ayo!".

Kamipun berjalan menjauh dari keramaian dipasar barter  untuk kembali ke rumah. Hari sudah mulai terik, itu artinya kami harus segera sampai rumah agar ibu bisa memasaknya dan menjadikannya hidangan makan siang.

🍁🍁🍁🍁🍁

Cukup di chapter ini !
Untuk word - nya lumayan menurun.
Aku hanya sanggup sampai di 800+ :'(

Tapi semoga kalian menikmati jalan ceritanya.

Sampai bertemu di next chapter.

Rabu, 30 Oktober 2019

Salam

Fitri Maulida🌞

Princess Of The VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang