Tentu saja dia di kelas ini lagi.
......
Hwang Hyunjin sepertinya tidak keberatan Chaeyoung mengambil kursinya, atau mungkin dia tidak peduli sama sekali di mana dia akan duduk. Terbukti dengan pemuda itu sembarang menarik kursi di belakang Chaeyoung dan mendudukinya, meskipun itu kursi barisan paling belakang. Padahal Chaeyoung kira dia akan kena semprotan minggir darinya dengan suara dingin.
Yaah mau gimana lagi, semua kursi aman dan strategis sudah berpenghuni.
Mungkin dia memang tidak mencari kursi ‘aman’ dari awal. Hyunjin tak pernah peduli dengan hal seperti itu. Lagipula dia peringkat tiga dan seorang Hwang, pikir Chaeyoung, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan kan untuk Hyunjin.
“Siapa yang kedua puluh lima?”
Seluruh ruangan hening.
Chaeyoung berjingkat kecil di kursinya saat pemilik suara itu masuk ke ruangan.
Padahal cuma mendengar suaranya saja sudah membuat Chaeyoung duduk tegak dan menahan nafas. Dia cukup was-was kalau pemilik suara itu tiba-tiba muncul tepat di belakangnya, bukannya menakutkan tapi itu menjijikan. Kadang itu lucu kalau Chaeyoung pikir-pikir lagi. Mungkin sekarang Hwang Hyunjin sedang menertawakannya dengan diam dari belakang melihat reaksi Chaeyoung tadi.
Gadis itu tidak peduli, sekarang ia merasa beruntung Hwang yang di belakangnya bukan si pitbull itu. Dan baginya pemilik suara tadi lebih mengerikan dari Hwang Hyunjin. Tanyakan saja pada murid-murid kelas tiga, atau mungkin seluruh sekolah juga akan setuju kalau Kim Sunwoo seperti anjing pitbull yang dilepas tali kekangnya, mengejar sampai dia mendapatkan kakimu dan mungkin tidak akan dilepaskan lagi.
Dari meja barisan depan satu tangan terangkat dengan pelan, pemiliknya tentu saja Jo Selim. Gadis dengan rambut hitam panjang medium dengan poni yang hampir menutupi pandangan, apalagi saat menunduk seperti saat ini mirip sekali dengan hantu Jepang. Chaeyoung pikir pasti dia juga akan seperti itu saat melihat namanya di belakang angka 25. Tapi pilihan meja Selim cukup bagus karena jauh dari Kim Sunwoo dan minionnya. Chaeyoung akan memberikan doa Minggu depannya khusus untuk keselamatan gadis itu.
Mungkin kalau Chaeyoung lebih berani dia akan membantu secara nyata gadis malang yang duduk di pojok depan. Hanya mungkin.
“Yaah, dia cewek.” Suara Sunwoo seperti menggema di ruangan kosong, dengan santai dan terdengar jelas nada kecewa yang dibuat-buat.
Sementara dua minions yang masing-masing duduk di meja sampingnya tertawa.
Chaeyoung menahan tangannya untuk tidak melempar buku atau apapun di depannya ke arah pemuda di kursi tengah barisan belakang.
Untung otaknya lebih sabar dan rasional.
Peraturan untuk bertahan hidup di kelas ini dari Chaeyoung,
Pertama, jangan sekali-kali lewat depan Kim Sunwoo. Jika tidak ada jalan, lebih baik putar balik grak jalan.
Kedua, sabar.
Ketiga, abaikan sekitarmu.
Dia hanya tak ingin berurusan dengannya dan membuang waktu untuk menanggapinya.
Kemudian detik selanjutnya sepasang derap langkah memasuki kelas.
Sekarang datanglah pemilik hierarki tertinggi, dan tentu saja sang putri kelas.“Pagi!”
Suara pemuda di depan dengan eyesmiles itu terdengar menyapa hangat, tapi bagi Chaeyoung entah kenapa ia masih merasa ‘tidak perlu berbincang-bincang hangat dan panjang lebar saat suara itu menyapanya di koridor.’
Mengabaikan adalah tindakan yang tepat. Itu yang dia dan orang-orang kelas lakukan selama dua semester kemarin untuk terhindar dari hal-hal yang menyusahkan.
“Bu Cha menyuruhku untuk membagikan pin ini ke kalian sementara dia sedang rapat awal semester. Sesuai urutan ya.”
Senyum lebar muncul di beberapa wajah orang.
Satu lagi yang didapatkan dari kelas elite ini, yaitu ‘pengakuan’, tapi hanya untuk 10 siswa terbaik. Pin itu juga kadang memberikan proteksi.
Chaeyoung menunggu giliran.
Tak perlu menunggu lama, dengan bangga dia menyematkan lagi pin emas bulat kecil dengan ukiran satu bintang dan kata elite tepat di atas logo SMA-nya. Ibu dan ayahnya pasti tertawa gembira melihat pin itu kembali terpajang di seragam putrinya, tak peduli dengan berapa uang mereka keluarkan dan cara licik yang mereka sudah gunakan.
Sepuluh terbaik di salah satu SMA privat terbaik di Busan.
Mereka pasti akan gila jika nanti putri mereka bekerja hanya sebagai penjaga minimarket.
“Hwang Hyunjin.” Si putri kelas sebagai sekretaris yang belum resmi memanggil.
“Hyunjin-ie.” Dan sekarang si peringkat pertama sekolah.
Tiba-tiba Chaeyoung ingin menarik lagi ucapannya tadi yang merasa beruntung Hwang di belakang. Posisinya yang berada di depan si tersangka, merasa dijadikan tameng pemuda itu untuk menerima sorotan mata dari anak-anak kelas, apalagi posisi mereka di pojok belakang.
Chaeyoung kurang suka menjadi pusat perhatian. Dia menengok ke belakang dan menemukan si muka dingin dengan kepala di atas meja dan wajah ke arah dinding.
Tidak mungkin dia tertidur di hari yang masih pagi ini. Yang benar saja.
Chaeyoung memutar bola matanya.
Sebagai penghuni kelas yang baik, gadis itu menepuk pundak pemuda di belakangnya itu.“Hwang,” “Hwang Hyunjin.”
Dan untunglah cowok itu tidak begitu keras kepala. Tapi telat, Lee Jeno si peringkat pertama tadi datang langsung menghampiri si tersangka Hwang, membawakan pinnya.
Jeno menaruh pin itu di meja, sementara Hwang Hyunjin dengan akting yang jelek menurut Chaeyoung, bersikap seolah dia habis bangun dari tidur 12 jam.
“Tolong sikapmu, ini hari pertama.” Ucap Jeno sangat pelan ke pemuda dengan bibir tebal dan mata menyipit ke arah dirinya seolah pemuda itu masih mengantuk.
Kalau ada air di dekat mereka mungkin Chaeyoung akan siram ke mukanya itu.
Lee Jeno kembali ke depan kelas setelah memberikan Hyunjin peringatan, meskipun dengan suara hangatnya, masih terdengar seperti peringatan bagi Chaeyoung.
Gadis itu membalikkan badannya ke depan juga, untuk sekilas dia menangkap senyuman sinis Sunwoo yang ditujukan ke arah cowok di belakangnya itu.
“Dan itu yang terakhir, mungkin Bu Cha sekarang sudah mau selesai rapatnya. Kita tunggu saja.”
Mendengar pernyataan sang ketua kelas yang disepakati dengan diam, orang-orang kembali ke aktivitas mereka masing-masing sambil tetap di luar radar Kim Sunwoo dan minionnya.
Sekarang para hierarki atas telah lengkap di kelas.
.......................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
elite(s) (ON HOLD)
Fiksi RemajaKelas 3-1, kelas di mana para Elite Changan Jeil berada, yang merupakan salah satu sekolah prestisius di Busan. Namun saat kekacauan datang, apa yang harus dipilih penghuninya, diam dan buta atau... ? Semua orang berdoa untuk tidak bersanding dengan...