“Kenapa aku harus membelamu? Anggota tubuhmu masih lengkap kan? Kau itu kan hanya pesuruhku, bukannya begitu Jo Selim?”
......
Nafas Chaeyoung tercekat keras, mungkin suaranya hampir saja memberitahu kedua orang di dalam bahwa ada orang lain yang menguping, kalau saja tidak ada tangan yang membekap mulutnya.
Bekapan itu hanya berlangsung sedetik dan dilepaskan sebelum Chaeyoung sempat menggigitnya.
Dan dia mendapati Lee Jeno dengan muka datar menyuruhnya diam.
Kalau itu tentu saja Chaeyoung tak usah diberi tahu. Dengan muka kesal dia diam.
Kemudian Jeno mengajaknya berjalan lebih jauh lagi dari ruang fotografi sambil bertanya pelan tanpa sekalipun menengok ke belakang, ke arahnya.
“Sedang apa di sini?”
“Ambil tas.” Timpal Chaeyoung singkat.
Jeno berhenti melangkah dan berbalik badan.
“Ini.” Senyum kecilnya kembali menutupi aura dinginnya yang sedari tadi muncul.
Membuat gadis itu sedikit was-was.
Tasnya langsung digantungkan ke pundak Chaeyoung oleh cowok itu sendiri.
Untuk apa dia di sini?
"Tadi diminta ibumu ke sini buat ambil tasmu."
Wah, dia pembaca pikiran juga?
Dalam hati Chaeyoung mengangguk paham. Ibunya memang tukang ikut campur.
"Ayo, Pak Choi udah nunggu." Ajak cowok itu.
Chaeyoung jadi lebih penasaran dengan pemuda yang berjalan di depannya.
Pertanyaan yang terus melintas di otaknya, kenapa?
Hening menyelimuti.
"Mereka, sejak kapan? Apa kau sudah tahu? Terus gimana Jo Selim? Apa dia juga oke-oke aja?" Tanyanya mengganti topik.
"Oh, itu."
Dan sudah, hanya itu jawaban Jeno pelan. Sementara Chaeyoung tanpa sadar mereka sudah di pintu gerbang yang terbuka dengan satpam sekolah yang telah menunggu.
Chaeyoung pikir mereka akan dicatat namanya dan dikurangi poin mereka besok karena dia menyelinap masuk ke sekolah malam-malam.
"Sudah saya ambil pak, terima kasih."
Ucap Jeno tanpa senyum atau apa ke satpam itu sekilas yang dibalas dengan 'iya' dan senyum. Bahkan satpam itu tidak menanyakan keberadaan Chaeyoung yang mengekori Jeno.
Aneh.
Apa hal ini sebenarnya boleh juga dilakukan?
Pak Choi, supir Jeno, yang melihat mereka dari kejauhan siap-siap menyalakan mesin mobil.
Jeno membukakan pintu untuknya dengan wajah datar dan langsung menutup pintunya lagi begitu gadis itu masuk.
Dan saat Jeno duduk di kursi sampingnya terus menutup pintu mobil lalu menyuruh Pak Choi untuk jalan, Chaeyoung baru tersadar, kapan dia mengiyakan untuk diantar ke rumahnya dan mau-maunya aja langsung masuk mobil?
Terlambat.
Hening kembali menyelimuti mereka lagi selama perjalanan.
Akhir-akhir ini pertama kalinya Chaeyoung sedikit menjadi lebih dekat dengan Lee Jeno yang berada di atas terus, dan meskipun begitu Chaeyoung masih segan berbicara panjang lebar dengan teman sekelasnya ini. Sikap Jeno tidak bisa terbaca olehnya, mungkin karena dia juga sepertinya lebih pendiam(?).
KAMU SEDANG MEMBACA
elite(s) (ON HOLD)
Fiksi RemajaKelas 3-1, kelas di mana para Elite Changan Jeil berada, yang merupakan salah satu sekolah prestisius di Busan. Namun saat kekacauan datang, apa yang harus dipilih penghuninya, diam dan buta atau... ? Semua orang berdoa untuk tidak bersanding dengan...