Halo, my beloved readers❤
mungkin ada yang lupa cerita di chapter 5 karena terlalu lama ga update chapter selanjutnya, jadi author kasih potongan akhir chapter 5. happy reading❤
Setelah itu, Lina beranjak dari duduknya. Bergegas ke kamar. Tiba-tiba, tangan Kevin mencekal lengannya.
"Gue belum selesai ngomong, Lin." Entah kenapa suara Kevin agak melembut.
"Lepas, gak?"
"Gue minta maaf, Lin. Gue lupa kalo gue cuma temen buat lo. Lo tau, kan, Lin. Gue sayang sama lo. Banget. Dan gue gak mau lo kenapa-kenapa," Ujar Kevin pelan.
Lina melepas paksa genggaman tangan Kevin. "Pulang sana! Gue mau istirahat."
"Enggak. Sebelum lo maafin gue," sahut Kevin terkesan memohon.
"Gak ada yang salah, Vin. Udah, deh. Mendingan lo pulang."
"Yaudah, gue pulang. Kita bahas ini lagi kalo mood lo baik."
Lina berdecak sebal. "Gak ada yang perlu dibahas, Vin."
-chapter 6-
Hari ini adalah hari minggu. Seperti biasa, Lina tidak akan benar-benar bangun sebelum seseorang mengajaknya keluar. Seperti mengajaknya jogging atau menemani Mamanya belanja bulanan. Tapi hari ini, Lina tidak mengacuhkan ajakan dari siapapun. Ponsel Lina terus menerus berdering, mengharuskannya segera membuka mata untuk melihat siapa yang menelfonnya.
20 missed call from Kevin
Lina terhenyak. Ada apa lagi, sih, Vin? Lina sama sekali tidak berminat menghubungi cowok itu. Sifat protektif Kevin kemarin masih membuatnya kesal. Bagaimana bisa Kevin semarah itu hanya karena Keenan? Lina memutar bola matanya malas. Menghembuskan napas pasrah. Tak lama, satu notifikasi masuk.
1 message from Keenan
"Biang kerok, nih," gumamnya pelan. Lina membuka pesan itu. mencerna setiap kata yang tertera di dalamnya.
Keenan : Jalan, yuk. Gue udah di depan rumah lo, nih.
Lina berlari menghampiri jendela kamarnya. Menyibak gorden yang masih tertutup rapi. Yang benar saja, cowok itu duduk di atas motornya sembari memainkan ponsel. Lina bergumam tak jelas. Ia tak ingin pergi kemanapun hari ini. lina mengambil ponselnya. Mengetikkan sesuatu.
Lina : Gue males keluar hari ini.
Setelah itu, ia melihat ke bawah. Keenan melihat Lina yang sedang melihatnya. Bibir Lina mengerucut. Rambutnya acak-acakan. Melihat itu, Keenan tersenyum samar.
Keenan : Lo gak mau bukain pintu gerbang buat gue? Gue capek berdiri terus.
Lina melihat ke bawah lagi setelah membaca pesan tersebut. Keenan melambaikan tangan, memberi isyarat agar Lina segera turun. Lina menggeleng. Wajah Keenan memelas.
Keenan : Sebentar aja, Lin.
Lina menghembuskan napasnya pasrah. Ia menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf O. Mengiyakan pesan Keenan. Kemudian bergegas ke kamar mandi tuk cuci muka. Setidaknya ia tak terlihat terlalu berantakan layaknya orang yang baru saja bangun tidur.
Keenan tersenyum lebar seakan teriak tertahan. Ia kembali memainkan ponselnya dengan posisi tetap duduk di atas motornya sembari menunggu Lina membukakan pintu pagar untuknya.
●●●
"Mau apa lo kesini?" tembak Lina lansung.
"Lo sendirian di rumah?" Keenan tak menjawab pertanyaan Lina. Lina mengernyit. "Iya. Eh enggak, sih. Sama bibi," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT
Teen Fiction"Bersama lo, gue memang bukan yang terbaik. Tapi tanpa lo, gue belajar memperbaiki. Yang gue mau, kita satu tanpa dustai dia." -Lina. "Gue sayang sama lo dari dulu, Lin. Tapi lo gamau ngertiin itu." -Kevin. "Gue sayang lo. Lo sayang dia. Gapapa deh...