WARNING!!!! ADEGAN DEWASA!!
"Sialan!!!! BANGSAT KALIAN!!!!!" Albi menjambak rambutnya sendiri merasa frustasi.
Dengan tubuh serasa terbakar, keringat bercucuran, gairahnya sudah tidak bisa terpendam lagi dia membutuhkan pelepasan! Lalu dengan perlahan dia mengamati tubuh gadis itu. "Fuck!" Albi mengumpat pelan. Bagaimana tidak, gadis itu memakai baju putih dan dia dalam keadaan basah kuyup. Dalamannya terlihat jelas. Bra berwarna hitam kontras dengan baju dan kulit putihnya. Albi semakin menggeram. Dia melihat wajah gadis itu, wajahnya tampak pucat mungkin karena terkejut.
"Lo siapa?" Tanya albi dengan suara serak karena menahan gairahnya.
"Sss-saya.."
Belum selesai Ara menjawab, Albi sudah menarik paksa gadis itu dan menjatuhkannya ke atas ranjang lalu menindihnya.
Tersadar dirinya sedang dalam bahaya, Ara mulai menjerit dan memberontak. Namun perlawanannya sia-sia, tubuhnya tidak sebanding dengan tubuh pria yang berada diatasnya saat ini.
"Maafin gue" Bisik albi. Lalu dengan gerakan cepat Albi merobek paksa baju Ara. Ara semakin menjerit, Ara mulai menangis.
"JANGAN! JANGAN! JANGAN!" Jerit Ara.
Albi menulikan pendengarannya. Tubuh dan hatinya juga merasakan sakit yang sungguh sangat menyiksa. Albi mulai melepaskan celana bahan Ara. Dan tampaklah celana dalam ara yang juga berwarna hitam. Albi terpaku takjub melihat betapa putih dan lembutnya tubuh Ara. Melihat kesempatan dalam kesempitan itu, Ara dengan cepat memundurkan tubuhnya lalu merangkak turun dari ranjang itu. Namun dengan cepat Albi menarik kakinya hingga dia kembali berada dibawah pria itu.
Ara mulai memukuli dada pria itu secara brutal. Hingga wajah Albi mendapatkan sebuah tamparan. Albi terdiam, sebenarnya bukan karena tamparan itu, tapi karena melihat wajah Ara yang merasa bersalah. Hei, disini harusnya dialah yang merasa bersalah, kenapa malah gadis ini? Albi terheran didalam hati. Namun denyutan nyeri itu menguasai tubuhnya lagi, apalagi pada kejantanannya, miliknya sudah sangat keras.
Tanpa babibu, Albi langsung merobek bra dan celana dalam Ara. Srek.. srek..
Ara menjerit histeris. Tangisannya semakin kencang. Ara kembali memberontak dan memukuli albi berharap Albi memberi belas kasihan padanya lalu mau melepasnya. Namun, semua itu sia-sia.
Ara sudah telanjang. Tanpa satu helai kainpun yang menutupi. Albi? dia terdiam kembali merasa takjub dengan keindahan yang terpampang nyata dibawahnya saat ini. Payudara yang putih bersih, ranum, dan puting merah mudanya yang indah. Pandangan Albi semakin menurun, menatap area kewanitaan Ara yang sama putih bersih dan labianya yang merah merekah semakin membuat kejantananya mengeras seperti batu. Albi meringis merasakan denyutan yang menyiksa itu lagi.
Albi menatap lekat wajah ara yang memerah menangis semakin histeris, tangan mungilnya masih memukuli dadanya. Mata albi memerah dan mulai berkaca-kaca.
"Siapapun anda, tolong jangan lakukan ini sama saya" Ara memohon dengan derai airmata yang mengalir menganak sungai. Tanda bahwa hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Maaf, maafin gue. Gue nggak bisa nahan ini lagi. Maafin gue" Albi yang saat ini berada diatas tubuh Ara juga meneteskan air matanya, tak berdaya dan tersiksa menahan gairah akibat obat perangsang yang diberikan diam-diam oleh teman bangsatnya itu.
Albi melepaskan kemeja dan gespernya. Dia mengeluarkan kejantanannya yang sudah tegak mengeras. Membuka paksa kaki Ara, lalu mengarahkannya pada liang intim Ara.
"Salah saya apa? Saya mohon, maafkan kesalahan saya. Jangan lakukan ini" Gadis itu gemetar ketakutan merasakan ujung kejantanan pria itu sudah menempel pada labianya.
"Kesalahan lo cuma satu, lo datang ke tempat ini saat gue butuh pelepasan. Maafin gue!" Lalu Albi mendorong masuk kejantanannya.
"Akh.. sakiiiittttttttt.." Jerit gadis itu merasakan selaput daranya telah terkoyak.
Menyadari gadis dibawahnya ternyata masih tersegel, pria itu terkejut, terdiam, tubuhnya kaku, namun ada perasaan lain yang dia rasakan mungkin semacam bahagia atau bangga karena menjadi yang pertama?
"Gue yang pertama?" Albi menatap lekat mata basah gadis itu. Ara menangis pilu. Menyadari bahwa apa yang selama ini dia jaga, terenggut paksa oleh pria yang tak dikenalnya.
"I'm really sorry but.." Albi mendekatkan bibirnya pada telinga Ara. lalu kembali berbisik "Thank you"
Mendengar itu, Ara kembali memberontak lagi "Kamu Jahat! Kamu Iblis!" Namun sia-sia karena kedua tangannya sudah tercekal erat oleh tangan Albi.
"Iya, gue emang jahat, gue emang iblis. Pukul gue sepuas lo. Tapi, gue nggak bisa berhenti" Sambil mengusap kasar air mata dipipinya, Albi melepas kedua tangan Ara. Lalu mendorong sekali lagi hingga penisnya masuk seluruhnya, tenggelam dalam liang kehangatan gadis itu.
"Akhhhhhh.. sakittt.. hiks" Ara merintih menahan perih hingga kukunya menancap pada punggung Albi. Menangis, memohon, mengiba namun sia-sia.
"Ahhh,." Albi mendesah merasakan kejantanannya serasa diremas-remas oleh liang senggama milik gadis itu.
Kemudian dimulailah persetubuhan itu, persetubuhan yang hanya dinikmati oleh satu pihak, sedangkan pihak lain hanya bisa menangis pilu merasakan hujaman sentakan yang hanya terasa menyakitkan.
Setengah jam Albi memompa Ara, Akhirnya pelepasan itu sebentar lagi akan datang. Albisemakin gencar mencecapi leher Ara, banyak sekali bercak-bercak kemerahan disana. Ara? Dia masih terisak dan sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Kedua tangannya hanya bisa meremas sprei dia sudah sangat lelah memukuli pria brengsek ini, Ara juga menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan. Ara mulai merasakan kewanitaannya yang awalnya perih dan nyeri kini mulai terasa aneh, Nafasnya mulai memberat dan merasakan denyutan-denyutan yang terasa menggelitik.
Menyadari raut wajah ara yang gelisah, Albi tersenyum merasa senang setidaknya dia akan memberi pelepasan juga pada gadis itu. Dan ini adalah pelepasan pertama bagi gadis itu, dia tidak akan melewatkan momen ini. Albi mulai memompa lebih cepat sembari menatap Ara yang mulai mendongak, tangannya semakin kuat meremas sprei, tubuhnya semakin melengkung dan inilah saatnya Ara mendapatkan klimaksnya. Bibir Ara terbuka, Albi tak ingin kehilangan kesempatan ini. Albi langsung melumat dan menghisap bibir Ara.
Albi menggeram karena miliknya terasa diremas-remas di dalam lembah kenikmatan Ara. Dia tau pelepasan sudah berada di ujung siap dilepaskan, hingga hanya butuh beberapa detik Albi mendapatkan pelepasannya, menenggelamkan miliknya sedalam mungkin pada liang senggama Ara, menyemburkan cairan sperma sebanyak-banyaknya. Hanya deru nafas tersengal-sengal mereka yang terdengar memenuhi kamar itu.
Albi memeluk erat tubuh gadis dibawahnya itu. Ups, bukan gadis lagi. Tapi wanita. Iya, dia telah merenggut kegadisan wanita itu secara paksa. Namun entah bagaimana caranya, Albi bukannya merasa bersalah tapi dia malah merasakan kebahagiaan yang entah bagaimana rasa itu berbeda dari rasa-rasa yang lain. Dia merasa benar-benar lepas, dia ketagihan ingin merasakan perasaan ini lagi.
Ara masih memejamkan matanya, tubuhnya terasa lemas sekali setelah merasakan sesuatu yang dianggapnya aneh tapi enak itu. Dia membiarkan tubuhnya dipeluk oleh pria itu. Tenaganya sudah terkuras habis untuk melawan pria itu lagi. Beberapa menit kemudian Ara sudah terlelap. Sedangkan Albi, Dia mulai melepaskan pelukannya, lalu mencabut perlahan miliknya, Cairan yang berwarna merah muda itu keluar dari liang hangat Ara. Cairannya bercampur dengan darah perawan Ara. Sprei putihnya juga terdapat percikan darah. Melihat itu Albi tersenyum senang.
"Kamu milikku" Bisik Albi sembari menatap lekat wajah wanita yang baru saja diklaim sebagai miliknya itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella
RomanceWARNING!!!!!!!! 21+ area!!!! Karena mengandung adegan ranjang, kekerasan dan kata-kata vulgar. Arabella (19 thn), Gadis desa yang mempunyai paras jelita, Hidup sebatangkara tanpa orang tua tanpa keluarga, dia besar dipanti asuhan lalu setelah lulus...