4. Rehat

9 3 0
                                    

Kepala ku terasa berat perlahan kubuka mataku, ruangan warna putih yang mendominasi terlihat. Ada seorang lelaki yang tertidur di samping ku, kepalanya berada di tepi ranjang. Ku elus kepalanya hingga dia terbangun, aku terkejut, ku kira dia Awan tapi bukan, dia Erlangga. "Kau sudah siuman, aku akan panggil dokter untuk mengecek kondisimu" kata Erlangga berbicara dengan setengah sadar.

Tak lama dokter datang dan mengecekku, semua baik-baik saja katanya. Aku mulai kebingungan karena tidak tahu apa yang terjadi padaku. "Memang apa yang terjadi padaku?"

"Kau sudah koma selama satu minggu, tertidur layaknya putri tidur-" hela napasnya "kau terjatuh dari balkon depan kelas mu dan kepala mu membentur tepi lapangan" jelasnya.

"Apa kau tidak sibuk sampai harus ketiduran menjaga ku, kau itu sudah bekerja atau kuliah?" Ya aku sangat penasaran dengan Erlangga seolah aku ingin tahu semua hal tentang dirinya.

"Tidak, aku tidak sibuk dan aku kuliah sambil berbisnis" jawabnya singkat

"Oh, ada hubungan apa kau dengan ayah ku?, Tiba-tiba kau datang begitu saja setelah ayahku tiada"

"Belum saatnya, nanti juga tahu"

"Hmm lalu, dimana Awan?"

"Dia sedang sekolah Anka, lihat jam berapa sekarang" sambil menunjuk kearah jam. Jam menunjukkan pukul sebelas siang.

"kenapa kamu bisa ada disini?"

"Aku selalu tahu apa yang terjadi denganmu, keberadaan mu, selalu ada di manapun kau berada" tatapannya serius tapi juga tulus. Erlangga meraih tanganku lalu ia genggam dan berkata kepadaku, "semoga aku bisa selalu melindungi mu".

"Aku baru saja mengenalmu, mengapa aku harus mempercayai mu?" Menarik tangannya, risih. Raut wajah Erlangga berubah.

"Ya benar, tidak harus sekarang mungkin nanti" ucap Erlangga. Aku sudah berjanji kepada ayahmu An, mungkin kamu belum tau aku sebenarnya siapa dan ada hubungan apa dengan ayahmu.

Sementara disekolah Awan sedang mengurus kasus Anka, ya tepat seperti dugaan Awan bahwa kejadian ini memang sengaja dilakukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Clarissa. Ya, dia sengaja mendorong Anka saat bertikai di balkon waktu itu dengan alasan yang tak masuk akal, tentu sekarang ia dikeluarkan dari sekolah. Awan mengucap syukur atas keluarnya Clarissa dari sekolah hitung-hitung berkurang fans fanatiknya yang sudah seperti psikopat. Entahlah, sekarang ia merasa sedikit lega atas terungkapnya kasus ini, mungkin pulang nanti ia akan menjenguk Anka kerumah sakit.

Awan mengendarai motornya dengan cepat tapi dia mampir sebentar ke sebuah toko bunga. Mawar Jingga, adalah bunga kesukaan Anka, begitu persis seperti dirinya.

Mawar Jingga ini sangat mirip denganmu,

entah bagaimana saat aku melihat bunga ini selalu saja

teringat padamu.

aromanya, warnanya, beberapa kelopak bunga

yang indah.

Duri yang mewakili sulitnya kau didekati

walau begitu aku selalu mencoba walau akhirnya terluka.

Kata yang Awan selipkan buket bunga dengan harapan semoga ia mengerti arti dari kata-kata itu. Ia segera datang kerumah sakit, lorong demi lorong ia telusuri sampailah pada pintu kamar bertuliskan Aster II dihadapannya, Nama bunga yang ia benci karena membuatnya alergi.

Perlahan kubuka menampilkan dua orang yang sedang bercengkrama saling bertukar tawa. Rasa hati ini seperti teriris. pria itu, ya Erlangga lebih tepatnya yang sangat Awan benci semenjak pria itu datang semuanya jadi berubah. "Ehem!" Awan berdehem pelan, semua mata tertuju padanya.

"Awan" matanya berbinar-binar, tanda kebahagiaan akan datangnya sesuatu yang sangat ia inginkan. Awan tersenyum tipis, sebenarnya Awan sedikit kesal.

"Ini untukmu An" memberikan buket bunga mawar itu, Anka terlihat sangat senang.

"Terima kasih Awan, kamu selalu bisa membuatku bahagia" aku mencium harumnya aroma mawar, warnanya yang sangat indah.

"Hmm, aku pergi dulu ya Anka, kalau ada apa-apa hubungi aku saja" ucap Erlangga seraya bangkit dari tempat duduknya dan mengenakan jas nya kembali.

"Bagus lah, seharusnya dari tadi kau pergi" ketus Awan. Erlangga melewati Awan begitu saja, dingin. Sementara itu Anka masih sibuk mencium bunga-bunganya.

"Cepat atau lambat kau akan tahu Anka, apa yang ia inginkan darimu sebenarnya" -kata Erlangga tersenyum tipis

• • • •

Hari ini aku kembali masuk sekolah setelah 2 Minggu lamanya aku beristirahat. Ya semua tidak ada yang berubah hanya beberapa dari mereka menanyakan keadaan ku. Semua baik-baik saja.

Agaknya Awan menjadi lebih protektif kepadaku. Kemanapun ku pergi dia selalu menguntit di belakang,

"Hey, apa kamu akan ikut juga kedalam sini?" Tanyaku, Awan hanya tersenyum kecil lalu pergi. Ya aku ingin ke kamar mandi apa iya dia harus ikut, terlalu berlebihan.

Pulang sekolah aku menunggu Awan latihan basket, tapi tunggu dia yang memaksaku. Tapi tak apa sembari menunggu aku mengerjakan pr Fisika, keringat membasi tubuhnya badannya yang atletis membuatnya terlihat sangat hot. setelah Awan selesai latihan matahari sudah mulai terbenam, sinar oranye menyala di sela-sela dedaunan dan parkiran pun sudah mulai sepi, Awan mengelap keringatnya. Awan menatap mataku memegang tanganku terlihat dari wajahnya dia sedikit gugup dan detak jantung yang cukup cepat, ia menghela napasnya

"Honestly Ann, I like you and I want us more than a friend, do you want to be my girlfriend?"

Tubuhku terpaku terkejut atas pernyataan itu. Benar kata Hara, Awan rupanya menaruh rasa padaku tapi aku hanya gadis biasa, tidak terlalu cantik, berkacamata, tidak tinggi, tidak seperti para penggemarnya, apa yang dia harapkan dariku?

"Ann kamu mau kan?"


a/g : kritik & saran silahkan komen
Vote untuk mendukung cerita ini lebih lanjut!
🥀🥀🥀

ANKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang