07.

32 13 4
                                    

Hari ini cuaca sangat mendung awan hitam sudah menggumpal tanda akan turun hujan.

Hujan turun sangat deras membuat Dhita tidak bisa pulang hawa dingin sangat menusuk, hari ini ia tidak membawa kendaraan. Ponselnya juga sudah mati hanya bantuan seseorang yang dibutuhkan Dhita sekarang.

Dhita hanya berdiri di koridor sambil menggosok gosokkan tangannya beberapa kali, ia berharap hujan bisa berhenti.

Hari sudah makin gelap dan Dhita masih belum pulang ia sudah pucat badannya gemetar tadi Keisha sudah menawarkannya pulang bareng tapi Dhita menolak karena rumah mereka emang beda arah.

Satu lagi Dhita tidak menyukai hujan karena hujan pernah membawa kenangan buruk baginya.

Ia hanya bisa memejamkan mata sambil menutup telinga setiap kali bunyi guntur, tak sadar air matanya sudah menetes bersama percikan air di wajahnya ia sangat takut.

*****


Varo mengunci ruangan musik dari tadi ia hanya di ruangan itu menunggu hujan reda tapi tak kunjung reda juga jadi ia memutuskan untuk pulang saja.

Varo berjalan di koridor ia mendengar suara di ujung koridor Varo mendekati asal suara itu.

Ia mendapati Dhita duduk sambil memeluk dirinya "gue takut..." lirih Dhita
Berkali kali sudah ia mengucapkan kata takut.

Tak mungkin Varo meninggalkan cewek itu sendirian apalagi kondisi seperti sekarang ia juga tak tega.

Varo melepas jaket yang di kenakannya lalu memakaikannya di punggung Dhita.

Dhita mendongak melihat Varo memasangkan jaket di tubuh mungilnya ia tersenyum kecil dengan bibir pucat dan mata sayunya.

Kalau Dhita nggak sakit sekarang sudah pasti ia lompat kegirangan karena di perlakukan seperti ini oleh Varo.

"Var gue takut" ucap Dhita yang sudah setengah sadar.

Pandangan Dhita sudah berubah semua terasa berputar.

*****

Sinar matahari masuk ke dalam kamar yang empunya masih setia di kasur kesayangannya.

Hari ini Dhita tidak masuk sekolah karena masih sakit.

Dhita meringis memegangi kepalanya yang masih pusing ia melihat semangkok bubur dan segelas air sudah di sediakan di atas nakas.

'CLING'
Bunyi ponsel Dhita menandakan ada notif masuk ia segera mengambil ponselnya di atas nakas.

Mama❤

Maaf sayang mama harus
Ke Bandung nyusul papa
ada urusan mendadak tadi
mama gak tega bangunin
Kamu.

Iya ma hati hati

Obatnya jangan lupa
Diminum jaga diri baik
Baik.

Dhita melempar ponselnya di sampingnya ia mengusap kasar wajahnya.

"Sendiri lagi deh"


Tiba tiba Dhita tersenyum lebar mengingat kemarin Varo yang mengantarnya pulang dan memakaikan jaket miliknya.

Dhita langsung beranjak dari kasurnya mengambil jaket itu dari keranjang.

"Wanginya Varo banget" Dhita mencium aroma Varo pada jaket itu ia tidak berhenti tersenyum.

"Ternyata Varo perhatian juga apa dia udah suka sama gue?" Dhita semakin ngelantur.

Ekspetasinya sudah terlalu jauh lagi pula Varo bersikap seperti itu karna gak tega ngeliat Dhita sendirian itu juga rasa kemanusiaan.

Tadi ia hanya berdiam di kasur dengan tubuh lemahnya sekarang ia kembali sehat hanya karena barang milik Varo.
Varo memang sangat berdampak bagi Dhita.

"Terus Varo gimana yah?"

"Dia nggak sakit juga kan kayak gue?"

"Yah nggak lah Varo kan kuat masa gitu aja sakit"

Dhita semakin tidak waras ia terus bertanya tapi dia juga yang menjawabnya.

"Pokoknya besok gue harus sembuh biar bisa ketemu Varo" ucapnya sambil senyum senyum tidak jelas.

TBC

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN

NEXT CHAPTER BERIKUTNYA

cheerful vs cold (CVC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang