6 : thank's for you

39 7 0
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
.

"Bagaimana, jika nanti kita bicaranya di tempat lain?" ujarku dengan tampang malas. Kini, aku dan Jeno tengah berada di sebuah kantin sekolah. Dia seperti ingin membicarakan suatu hal yang penting. Tetapi aku tidak mengetahuinya, dia belum mengatakannya padaku. Di saat dia ingin mengatakan, ada saja halangan. Ada teman yang memanggilnya, sepertinya dia sedang sibuk.

"Baiklah, jangan lupa kirim pesan padaku!" Dia mengatakan, sembari meletakkan tangannya pada pundakku.
Kemudian pergi menjauh dari hadapanku.

Waktu sekolah sudah berlalu, kini aku pulang dan segera mempersiapkan diri untuk pergi menemui Jeno. Tadi, aku sudah mengirimkan pesan padanya untuk bertemu di sebuah pantai sore ini. Herin dan Yuqi bilang di sana ada para pedagang yang menjual makanan yang sangat unik dan lezat. Jadi aku ingin pergi kesana dengan Jeno. Padahal aku ingin pergi dengan seseorang tapi, sungkan untuk mengatakannya. Jika dengan Jeno, sudah terbiasa.

Aku berjalan melewati pasir-pasir sangat lembut yang terlepas luas di pinggir pantai. Tempat ini begitu indah. Jalanku terhenti, saat aku melihat sosok laki-laki yang berdiri dan sibuk dengan ponselnya.

Dari punggungnya saja aku yakin itu Jeno"Jen-no?" Seruku.

Dia membalikkan tubuhnya ke arahku. Ternyata aku tidak salah, dia benar Jeno. "Chae, baru saja aku ingin menghubungimu" lalu menyimpan ponsel yang tadi dia mainkan itu, ke dalam saku celananya.

Aku tersenyum "Apa yang ingin kau katakan padaku tadi" tanyaku to the poin, tanpa basa basi terlebih dahulu "aku sangat ingin tahu." Ya, saat tadi Jeno berbicara di kantin perkataannya selalu saja terpotong oleh temannya. Sehingga, membuatku penasaran dan segera mengetahuinya apa yang akan dia bicarakan.

"Ayolah Chae, kita duduk terlebih dahulu. Bagaimana kita membeli makanan atau minuman gitu" Ucap Jeno padaku yang tengah melihat beberapa warung dan mas-mas yang berjualan.

"Baiklah baiklah, ayo cepat" Jeno menggenggam tanganku. Lalu, menariknya ke arah sebuah restoran.

Restoran bagus, aku yakin harganya mahal. Aku tahu itu. Aku sudah menolak Jeno untuk tidak makan di tempat ini, terlalu mahal membuang-buang uang saja. Lebih baik uangnya disimpan, untuk membeli buku. Tapi dia menolak dan tetap ingin makan di tempat ini, dan dia lah yang akan membayar.

"Pesanlah sepuasnya, aku yang membayarnya kau tidak usah khawatir padaku" Remaja tampan ini memiliki banyak uang, walaupun di gunakan untuk membeli barang apapun, tidak akan habis.

"Tidak, aku ingin minum saja Jeno.." jawabku.

"Itu saja? pesanlah Chaeyun. Kau ini selalu saja begitu" ucap Jeno di akhiri dengan decakan yang keluar dari mulutnya.

Dia memanggil beberapa pelayan, untuk memesannya. Setelah beberapa menit, pelayan tadi datang dengan membawa beberapa porsi makanan yang berbeda. Pantas saja harga makanannya tinggi, disini pelayannya cukup banyak, cara penyajian mewah, baru saja memesan, sebentar lagi juga akan ada pelayan yang mengantarnya, tidak lama. Tapi aku heran, siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini. Jika tidak habis lalu di buang sia-sia, begitu?

"Banyak sekali, apa kau yang akan menghabiskannya" tanyaku serius pada Jeno.

"Tidak.." belum selesai untuk mengatakannya ponsel Jeno berbunyi, seperti ada orang yang menghubunginya. Selalu saja seperti itu. Tetapi, dia tidak mengangkat panggilan itu, melainkan membiarkan ponsel itu berdering terus menerus.

"Jawablah, mungkin penting" pintaku padanya. Iya, aku lihat Om Donghae, papanya terus saja menghubungi Jeno berkali-kali. Menurutku pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Jika mengangkatnya ak -"

"Ayolah Jen.."

"Baiklah" tegas Jeno, membuatku sedikit terkejut. Dia mulai menjauh dariku dan mengangkat panggilan Om Donghae.
Aku melihat ke arah Jeno yang sedang menerima panggilan itu. Seperti kesal dan ingin marah.

Usai mengakhiri panggilannya, Jeno kembali ke tempat yang ia duduki tadi.
Dengan raut wajah hambar, tak ada rasa nyaman seperti sebelum dia menerima panggilan dari Om Donghae.

Dia menatapku "Sorry, aku pergi terlebih dahulu, aku sudah membayarnya tadi. Kau tak apa 'kan seorang diri?" Perkataan Jeno sejujurnya membuatku ingin sekali marah. Tetapi, aku tidak boleh seperti itu untuk sekarang. Mungkin ini berhubungan dengan Om Donghae.

"Baiklah" ucapku tanpa menatapnya.

Jeno menjauh dari tempat ini. Aku tebak, dia seperti frustasi. Dari punggungnya saja aku tahu. Kebahagiaan Jeno tak sebahagia saat dulu. Iya, sejak Om Donghae mengatakan bahwa Jeno akan di jodohkan dia terlihat tidak hidup bebas seperti dahulu.

Aku meninggalkan restoran itu. Soal makanan yang Jeno pesan tadi, aku belum menyentuh sedikit pun, tak peduli. Aku sekarang berjalan tak tahu arah dengan kaki yang ngilu, tatapan kosong dan pikiran yang tertuju pada Jeno. Aku khawatir dengan kondisinya.

"Jung, Jung- Chaeyun..," Seseorang memanggil nama ku dengan marganya sekaligus.

Aku, memutarkan kepala pada arah suara itu. "Oh, kau sedang apa disini?" Aku bertanya pada seorang yang telah memanggil namaku tadi. Seorang pria, berbaju putih.

"Aku.., ah tidak. Kau sedang apa?" bukannya menjawab pertanyaanku dia bahkan bertanya balik padaku.

Aku masih bingung menjelaskannya bagaimana. Sedangkan dia, masih menunggu jawabanku. Seolah mengerti, dia menyuruhku untuk duduk di tepi pantai bersama dengannya.

"Sebenarnya tadi aku kesini dengan Jeno" ucapku ragu-ragu.

"Jeno? Oh," sahutnya.

"Dia pergi, meninggalkanku setelah menerima telepon dari Papanya" ucapku dengan melebarkan senyum di mulut. Sebenarnya, aku kecewa dengan Jeno. Sebelumnya, dia mengatakan akan mengantarkanku pulang. Sehingga, aku tidak meminta kepada kak Jaehyun untuk menjemputku. Tapi ternyata, dia tidak mengantarkanku. Karena Jeno tidak bisa, aku memutuskan untuk memesan ojek online saja. Sialan, ponselku saat ini sedang mati.

Ingin menangis saja rasanya,

Aku melirik arah sebelahku setelah usai menatap ombak laut yang berlarian. Dan aku tidak dapat melihat keberadaan pria tadi yang mengajakku bicara. Aku mencoba mengabsen seluruhnya, yang berada di sekelilingku.

"Hei, kau mencariku?" Serunya yang membuatku menoleh ke arah suara itu. Dia tengah duduk di sampingku dengan membawa minuman dingin, dan memintaku untuk meminumnya.

"Untuk kamu mana?" Tanyaku, karena dia hanya membawa satu botol minuman.

"Aku sudah meminumnya tadi" ucap pria itu diiringi dengan senyuman manis yang ia miliki.

Pemandangan yang indah, di pinggir pantai saat ini. Pria itu terus saja menatap arah langit, entah apa yang ia lihat.

Setelah aku meminum habis minuman itu. Pria itu, mengantarkanku pulang sampai rumah dengan menggunakan motor yang ia sering gunakan. Sungguh, aku ingin berterimakasih banyak padanya.

To Be Continued

[✔️] About you : Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang