🐇Prolog🐧

491 46 26
                                    

Author's note :
Silahkan membaca chapter Valentine Day (Nayeon Ver.) di dalam Book From Y to Z
Untuk lebih memahami cerita ini

Happy reading!
😄

Pernahkah kalian bertemu dengan seseorang yang sudah lama sekali tidak kalian jumpai dari masa lalu, namun kemudian kalian menyadari bahwa orang itu sudah sangat berubah?

Pernahkah kalian merasakan kecanggungan yang luar biasa saat mencoba mendekati seseorang yang dulunya adalah sahabat kalian, namun kini dirinya justru seperti tak pernah kalian kenali sebelumnya?

Jika jawabannya iya, maka kalian mungkin bisa mengerti ketidaknyamanan yang tengah dirasakan oleh Im Nayeon.

Ya.

Gadis itu kini benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi sahabat lamanya, D.O, yang kini sudah berubah menjadi manusia setengah patung dalam kurun waktu 12 tahun sejak kelulusan mereka dari SMA yang sama.

Umumnya, jika ada dua orang yang bersahabat dan tidak berjumpa dalam waktu yang lama, maka kedua orang itu akan langsung saling menumpahkan rasa rindunya ketika mereka bertemu. Saling menanyakan kabar, saling menceritakan pengalaman hidup, saling mengenang kejadian konyol di masa lalu, kemudian saling bertukar nomor dan berjanji untuk kembali bertemu. Namun tidak dengan Nayeon dan D.O.

Sejak peristiwa di hari Valentine dimana D.O menolong Nayeon yang sempat pingsan di tangga karena mabuk berat, mereka memang sering bertemu. Namun hanya Nayeon yang mencoba untuk bersikap akrab pada pria itu. Sementara D.O sendiri justru bertingkah seakan Nayeon adalah tetangga baru yang tak pernah dekat dengannya di masa lalu.

Berbagai macam spekulasi menghampiri pikiran Nayeon mengenai apa penyebab dibalik sikap D.O, yang berubah 180° derajat dari yang dulunya sangat periang, lugu, dan ramah, kini menjadi pendiam, suram, dan senang menjaga jarak dengan orang lain. Terutama terhadap dirinya.
Nayeon bahkan sempat mengira jika D.O terkena amnesia karena benturan di kepalanya. Namun momen dimana D.O langsung menyebutkan nama lengkapnya cukup membuktikan bahwa pria itu tidak memiliki masalah dengan ingatannya.

"OOIII!!"

Nayeon tersentak begitu ia merasakan sebuah tangan tiba-tiba menggelitiki lehernya. Gadis itu mendelik ke arah Jihyo dan Jeongyeon yang kini sedang menertawakannya. Siang itu seperti biasa, ketiga dokter muda berbeda spesialisasi itu tengah menghabiskan jam istirahat dengan menikmati makan siang di kantin rumah sakit.

"Kau lihat wajah terkejutnya tadi?" Tanya Jeongyeon, yang segera dijawab oleh Jihyo dengan anggukan cepat.

"Sayang sekali, tadi kita tidak merekamnya. Padahal jarang-jarang Nayeon eonnie menampilkan ekspresi bodoh dengan natural."

"Yah!" Seru Nayeon kesal yang justru membuat Jihyo dan Jeongyeon kembali terbahak-bahak. Gadis bergigi kelinci itu kemudian mengerucutkan bibirnya. "Lihat saja nanti. Kalian pasti kualat karena sudah mengusili orang yang lebih tua."

"Hei! Jangan bicara begitu, dong. Eonnie tidak kasihan pada Jeongyeon? Dia sedang hamil muda. Kalau terjadi sesuatu padanya dan janinnya, bagaimana?"

Raut wajah Nayeon berubah menjadi penuh dengan rasa bersalah begitu mendengar ucapan Jihyo. Gadis itu segera menangkupkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya ke arah Jeongyeon. "Tolong maafkan aku! Aku berbicara tanpa pikir panjang dulu. Aku sama sekali tidak serius saat mengatakannya."

"Tidak masalah. Aku tahu kok kalau kau tak pernah bermaksud begitu." Jeongyeon menyunggingkan senyum tipisnya. "Tapi aku jadi penasaran. Apa sih yang membuatmu melamun, padahal dihadapanmu ada sahabat yang sedang berbahagia karena baru saja dilamar oleh seorang pria."

IT'S YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang