Story 11 - Hebi dan Boneka

54 11 0
                                    

Hebi seorang anak perempuan kecil, mempunyai boneka beruang berwarna putih dari ibunya yang sudah lama meninggal, ia sangat senang bermain dengan boneka itu, karena katanya ia seperti merasa bahwa ibunya masih ada disisinya.

Hari ini pengasuh pribadinya akan pergi untuk menghadiri acara pernikahan temannya, sehingga sang pengasuh meminta tolong pada anak tirinya yang bernama Ari untuk menjaga Hebi.

Ari datang bertepatan dengan mbak Rin yang juga pergi. Hebi cukup lama memandang Ari, karena baginya orang didepannya ini sangat asing.
"Ada apa Hebi?" Tanya Ari tersenyum lembut. Yah jika bukan karena uang jajan tidak mungkin Ari sudi berada disini serumah dengan anak kecil yang terus memeluk boneka beruang.

"Ah aku lapar, ada makanan tidak ya" ujar Ari membuka kulkas bak punya sendiri, ia melihat ada sepotong kue dan langsung ia masukan kedalam mulut. Saat berbalik ia terkejut melihat Hebi yang berdiri tepat didepannya. "Haha, dunia itu sangat adil ya. Kau hidup dengan kemewahan namun kau punya gangguan jiwa, aku yang sehat hidup dalam kemiskinan. Haiz" celoteh Ari menyentil jidat Hebi, lalu berlalu meninggalkan Hebi yang siap menumpahkan air matanya.

Ari mengusap wajahnya kasar saat mendengar Hebi yang menangis dengan keras, ia lalu berbalik dan menatap Hebi yang terduduk dilantai sambil memeluk bonekanya. "Ibu..ibu.. aku takut" lirih Hebi memeluk bonekanya kuat.

"Diam! Berisik!" Teriak Ari yang sukses membuat Hebi makin kencang menangis.

Dengan sekali tarikan, Ari menarik tangan Hebi untuk menuju kamar. Menyambar bonekanya lalu mengunci dikamarnya. "Nangis saja disana, jangan ganggu aku lagi!" Sinis Ari membuang boneka beruang itu dilantai. Ia lalu berjalan menuju ruang tengah.

Sudah sekitar 2 jam ia menonton TV diruang tengah, suara Hebi sudah tidak terdengar lagi. Perlahan ia menuju kamar untuk mengecek, Ari benar-benar berharap bocah itu sudah berhenti menangis agar tidak membuatnya pusing lagi.

Perlahan ia membuka pintu kamar itu. Disana Hebi sudah tertidur dengan boneka beruang itu dipelukannya.

boneka beruang? Bukannya..?

Ari terheran, alisnya berkerut menandakan ia bingung. Ia ingin mencoba mengambil boneka itu, namun pikiran negatif terus menghantui, ia mengurungkan niat untuk mengambilnya. Ia kemudian mencoba membangunkan Hebi. Perlahan hebi membuka matanya, Ari cukup terkejut saat mata Hebi berubah menjadi sedikit berwarna merah, namun setelah itu kembali hitam, sangat hitam, bahkan hingga tidak ada yang berwarna putih setitikpun.

Tidak bisa mengontrol ekspresi terkejutnya, Ari perlahan mundur. Hebi menatap Ari sangat dalam dengan mata hitam legamnya.

Hebi mengangkat bonekanya hingga sejajar dengan Ari. "H-Hebi? Kau dengar aku kan? Kumohon sadarlah" ujar Ari tidak tahu harus apa.

"JANGAN BUAT NANGIS PUTRIKU!!"

teriak boneka itu, ah lebih tepatnya Hebi, atau sang boneka yang mengontrol Hebi. Ia tidak tahu mana yang benar.

Ari ingin berteriak namun seketika pita suaranya seperti tidak bekerja, ia ingin lari namun sendinya seakan tidak mau menurutinya. Sehingga yang bisa ia lakukan hanya terduduk dilantai. "Kumohon maafkan aku" teriak Ari menaruh kedua tangannya dikepala seraya menunduk.

Sebuah tangan lalu menyentuh punggungnya, tangan itu tangan Hebi. Ia bersyukur Hebi sudah kembali seperti semula.

Namun

"AAAKKKK!!" Ari berteriak nyaring saat boneka itu mencekiknya dengan sangat kuat, dan seakan seperti menarik jiwanya untuk keluar dari tubuhnya. Ia mencoba melepaskan boneka itu dari lehernya, namun nihil, Boneka itu makin mencekiknya hingga sekujur tubuhnya membiru dan sebuah cahaya dari dalam tubuh Ari masuk ketubuh boneka itu.

"Cih gak enak, Huh mbak Rin sangat tidak ahli dalam memilih makanan" ujar Hebi, yang lebih terdengar seperti suara wanita dewasa.

"Oke...,

Saatnya kembali kedalam wujud kecilku"

Short Horror StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang