Bab 17: Ratatouille | 2

3.9K 433 16
                                    

Shalu mendapat tugas untuk membuat sauce ratatouille, sementara Brahma yang akan mengolah sayuran. Dokter hewan itu segera memotong paprika merah, kuning, hijau, dan tomat dalam bentuk dice atau kotak-kotak kecil. Kemudian dia juga mencincang kasar bawang putih, bawang bombai, daun basil, serta menumisnya bersama thyme dan bay leaf menggunakan olive oil. Setelah bau harum tumisan menubruk indra penciumnya, Shalu menambahkan paprika dan tomat yang sudah dipotong dice tadi.

"Kalau udah semua lo tambahin pasta tomat Shal, masak sampai mendidih sampai semua bahannya layu. Terus lo tambahin gula, garam, sama merica bubuk. Dikira-kira aja sambil dicicipin." Brahma memperhatikan Shalu sambil memberi instruksi.

Sang chef sudah selesai memotong terong, zuchini, dan tomat dengan ukuran sedang---tidak terlalu tebal atau pun terlalu tipis. Cekatan, Brahma segera menata slice sayuran tersebut secara melingkar ke dalam ring yang sebelumnya sudah dioles olive oil. Dia lalu membubuhkan sauce yang telah dibuat Shalu di bagian dalam lingkaran, menutup dengan sayuran, dan menambahkan sauce-nya lagi.

"Lo mau coba?" Brahma bertanya pada Shalu yang dari tadi cuma sibuk mengamati.

"Nggak, deh. Lo aja."

"Oke. Kalau gitu lo siapin oven gih, di suhu dua ratus derajat," titah Brahma yang segera dilaksanakan oleh Shalu.

Brahma melanjutkan kegiatannya tadi sampai seluruh sauce ratatouollie itu habis, dan menutup lapisan teratasnya dengan parutan mozarela. Setelah mengalasi ring dengan alumunium foil, sang chef memasukkan ratatoullie tersebut ke dalam oven.

*

"Yeay, akhirnya! Selamat makan!" Shalu mengangkat kedua tangannya yang memegang sendok dan garpu tinggi-tinggi, girang karena ratatouille-nya jadi juga.

Durasi memanggang ratatouille selama dua puluh menit sudah berlalu, dan mereka tidak sabaran membawa makanan itu ke ruang santai. Perut Shalu yang memang sudah keroncongan makin tersiksa saja karena aroma ratatouille yang sangat menggoda. Hasil dressing akhir dari daun basil, bawang, garam, dan merica yang dicampur benar-benar membuat si ratu vegetarian ini semakin menggiurkan.

Sementara Brahma sibuk mencari film Ratatouille yang sepakat akan mereka tonton, Shalu menjajal suapan pertamanya. "Emm ... hmm, ya ampun ini enak, Brahma!" Mata gadis itu membulat sempurna.

Tanpa banyak berkomentar lagi, Shalu langsung lahap menyendoki suap demi suap ratatoullie yang terhidang di piringnya. Brahma tertawa senang menyaksikan gelagat Shalu yang sibuk mengunyah. Dia sendiri mengakui, hasil olahan mereka berdua enak kali ini.

"Kalau pakai roti Perancis bakal lebih enak, nih," celetuk Brahma.
Shalu menggeleng tidak setuju. "Pakai nasi begini juga enak, kok," jawabnya dengan mulut yang masih penuh.

Sebenarnya, di pertemuan kursus hari ini Shalu sudah berencana untuk menanyakan perihal masa lalu sang chef. Bukan apa-apa, dia hanya ingin menyampaikan rasa prihatinnya, dan syukur-syukur bisa memancing obrolan tentang masalah Brahma dengan Evans. Namun, saat sudah berhadapan dengan Brahma begini, keberanian yang dipupuknya sejak semalam menguap begitu saja. Bukan takut kalau cowok itu akan marah, Shalu lebih cemas jika pertanyaannya akan menggores hati Brahma. Gimana kalau selama ini Brahma mencoba lupain masa lalunya, terus jadi keingat lagi gara-gara pertanyaan gue?

"Mau nambah nggak? Gue mau nambah nih, sekalian gue ambilin maksudnya kalau lo mau." Alih-alih perihal masa lalu, malah kalimat tersebut yang terlontar dari bibir Shalu.

Brahma menaikkan sebelah alisnya, tak percaya mendengar ucapan Shalu barusan. "Gue baru tahu lho, kalau ada Tuan Puteri yang makannya banyak," ledeknya sambil terkekeh.

"Nggak jadi ngambilin lo! Ambil aja sendiri!" Shalu mendengus kesal dan berlalu ke dapur, meninggalkan Brahma yang tertawa lepas di belakangnya.

Cowok itu segera menyusul Shalu, dia juga ketagihan dengan ratatouille buatan mereka. Bukan dengan ratatouille-nya, tapi lebih tepatnya bersama siapa dia makan. Menu apa saja mungkin akan membuat Brahma tambah terus-terusan kalau teman makannya adalah Shalu. Ya, cinta memang kadang seaneh itu. Tepat ketika mereka kembali melangkah ke ruang santai, terdengar suara mobil yang berhenti di halaman.

"Tante Mira udah pulang dari Bangkok? Katanya baru pulang Selasa?" Shalu bergumam sendiri, tidak jelas bertanya pada siapa.

Brahma mengedikkan bahu dan memilih duduk di sofa, kembali menikmati ratatouille sambil menonton film Ratatouille. Beda dengan Brahma yang bersikap bodo amat, hati Shalu justru merasa tidak tenang. Ketukan high heels Tante Mira yang terdengar kian dekat semakin membuatnya gusar. Shalu seperti menangkap ketukan langkah-langkah lain yang membersamai Tante Mira. Siapa?

Sepuluh detik berikutnya gadis itu memasang senyuman termanis saat Tante Mira memasuki ruang santai. Seperti biasa, Shalu selalu dibuat terpesona oleh sang calon mertua. Dress panjang berwarna maroon membalut tubuh semampai Tante Mira. Dipadukan dengan scarf yang tersampir anggun di pundak dan tas tangan Gucci yang dibawanya, mau tak mau membuat Shalu meneguk ludah. Dilihat dari sisi mana saja, Tante Mira memang high class.

Namun, bukan itu yang membuat Shalu nyaris menjatuhkan piring berisi ratatouille-nya, melainkan seseorang yang menyusul Tante Mira beberapa detik kemudian. Benar dugaannya, ternyata ada orang lain yang mengikuti sang calon mertua---seorang cowok yang kini berdiri dengan jarak tiga meter dari tempat Shalu terpaku.

Setelan kemeja dan celana hitam rapi dengan satu tangan menenteng jas menegaskan status cowok itu. Eksekutif muda. Rambut klimis ala Kapten Amerika, rahang yang kokoh, dan berewok tipis menggoda semakin menyempurnakan kerupawanan wajahnya. Langkah-langkahnya tegap dan mantap, dengan sorot mata tajam yang penuh kepercayaan diri.

Bvlgari Extreme beraroma maskulin menggelitik indra olfaktori Shalu, bersamaan dengan merekahnya senyum si cowok yang membuat Shalu mendadak susah bernapas.

"Hai, Babe ...." Si tampan itu merentangkan kedua tangannya, siap merengkuh Shalu ke dalam pelukan di dadanya yang bidang.

===&===

HAI BAAABBEEEE, ABANG PULAAAANG!

😲😲😲

Salam Spatula,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam Spatula,

Ayu 😘

The Last Recipe (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang