Chapter 4: Sang Predator Anak

25 6 0
                                    

Chapter 4


Sang Predator Anak

Sore hari yang indah dengan langit berwarna jingga dan angin berembus kencang membelah kesunyian kota, aku dan Jeamiy sedang berjalan pulang setelah membeli beberapa kebutuhan rumah karena stok disana sudah menipis.

Suasana kota begitu tenang dengan udara yang sejuk membuat semua orang termasuk kami menjadi sangat nyaman. Sesekali kami berbincang selagi berjalan agar tidak terlalu bosan.

"Masih sulit kupercaya beberapa hari yang lalu bahwa makhluk mitologi bisa jadi kenyataan." Ucapku
"Lia, Aku juga merasa demikian, yang pasti kita harus selalu siap untuk menghadapi sesuatu yang tidak terduga dikemudian hari." Ucap Jeamiy.
"Dia sampai meretakkan tengkorakmu dan mematahkan beberapa tulang rusukku sebagai salam perkenalan, betapa baiknya iya kan...?" Ucapku sembari tersenyum.
"Hahahaha....ya begitulah, tak kusangka itu akan terjadi.." Ucap Jeamiy sembari tertawa.
"Ini kencan yang tidak buruk..." Ucapku sembari tertawa kecil.
"Oh ayolah kita belanja kebutuhan rumah bersama saja kan...." Ucapku Jeamiy sembari tertawa kecil dan memukul lengan kananku dengan pelan.
"jeamiy kau lihat itu?" Ucapku.
"Yah...semoga ini bukan pertanda buruk..." Ucap Jeamiy.

Selang beberapa menit kami melihat sebuah mobil Van yang menabrak pohon dengan mesin yang sudah mengeluarkan asap, karena merasa ada yang tidak beres kami memutuskan untuk memeriksanya.
Mobil itu sudah ditinggalkan pengemudinya dan dia tidak meninggalkan jejak apapun, tercium bau yang sangat tidak asing dihidungku dari mobil ini dan jika bau itu tercium disuatu tempat maka ditempat tersebut telah terjadi sesuatu yang mengerikan.

"Jeamiy kau mencium sesuatu yang sama denganku..?" Tanyaku.
"Bau ini... jangan-jangan... Lia cepat periksa bagasi belakang aku punya firasat buruk." Ucap Jeamiy kaget.
"Baik." Ucapku.

Aku segera memeriksa bagasi belakang karena aku punya firasat buruk tentang ini.
Betapa terkejutnya aku karena melihat banyak sekali mayat anak-anak tanpa organ dalam didalam bagasi itu, semua organ dalam mereka sudah diambil dan beberapa dari mereka juga sudah tidak punya tangan dan kaki serta bola mata.
Melihat pemandangan itu aku merasa sangat sedih karena orang-orang itu tega menyakiti anak-anak tak berdosa dengan sangat brutal.

"Apa-apaan ini...." Ucapku kaget.
"Hei hei Yang benar saja...." Ucap Jeamiy kaget.
"Apa tidak ada yang selamat?" Tanya Jeamiy.
"Entahlah, akan kucoba memeriksanya.." Ucapku.

Aku masuk kedalam untuk memeriksa apakah ada korban yang masih selamat atau tidak.
Bau didalam sangat menyengat dan beberapa dari mereka ada yang sudah membusuk dan tubuhnya membengkak serta beberapa jenis serangga dan belatung sedang memakan mayat-mayat tersebut, ditengah ladang mayat tersebut terdengar suara rintihan dan meminta tolong. Saat aku hampiri ternyata ada satu anak yang masih hidup.

"To....long....a-aku....!!" Rintih seorang anak.
"Ya ampun masih ada yang selamat...." Ucapku kaget.
"Jeamiy masih ada yang selamat." Ucapku.
"Bawa dia kemari.." ucap Jeamiy.

Segera aku membawanya keluar untuk memeriksa kondisinya.
Namun naas kondisi anak itu benar-benar sangat kritis, kedua bola matanya dicungkil secara paksa hingga menimbulkan pendarahan hebat, bagian letak kedua ginjal didadanya berada sudah berlubang dan kedua tangannya sudah dipotong secara paksa hingga terjadi pendarahan hebat, aku tak tahu harus bagaimana untuk menolong anak malang ini. Tanpa pikir panjang Jeamiy merobek kemeja yang ia pakai untuk menutup luka-luka dari anak itu dengan harapan dapat meminimalisir pendarahan.

"Bagaimana kondisinya Jeamiy...?" Tanyaku khawatir.
"Entahlah, meskipun aku sudah menutup lukanya tapi dia sudah terlalu banyak kehilangan darah dan aku tidak yakin dia masih bisa diselamatkan atau tidak." Ucap Jeamiy.
"Bu...nuh....aku....." Ucap anak itu.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang