Bagian 13

622 15 0
                                    

sorry ya gaes baru bisa update sekarang ☹️
kemaren kemaren bener bener sibuk sama ospek kuliah ☹️ dan banyak deadlien tugas
aku baru sempet sekarang lanjut nulis ceritanya karena butuh mood juga buat nulis 🙂

dah gak banyak cakap
enjoy this story! 🥀

dont forget to vote and coment ✨

🍃🍃🍃

S

aat ini Karin dan Sekar sudah berada di rumah sakit dimana putra Sekar dirawat. Tampak sekali dari raut wajah Sekar, dia sangat khawatir. Setelah bertanya kepada resepsionis, Sekar dan Karin menuju ke ruang perawatan intensif dimana itu merupakan ruang rawat Ray, putra Sekar.

Karena itu adalah ruang intensif, Karin dan Sekar hanya bisa menunggu di luar tanpa tahu bagaimana keadaan Ray sebenarnya.

“Apa yang harus kulakukan?” gumam Sekar terlihat panik dan sudah sesenggukan.

“Mbak Sekar, jangan panick, ini semua akan baik-baik saja,” ujar Karin mencoba menenangkan Sekar sambil menepuk-nepuk punggung Sekar supaya lebih tenang.

“Mari kita menunggu disana, oke?” ujar Karin membujuk Sekar untuk duduk dan langsung menuntunnya. Sekar pun menurut walaupun dia sudah menangis.

Tidak lama kemudian, ada perawat yang menghampiri mereka dan meminta mereka untuk ke laboratorium guna mengambil hasil pemeriksaan Ray. Karena Sekar masih shock, akhirnya Karin pun menggantikan Sekar.

Saat Karin sudah mengambil hasil laboratium Ray dan kembali ke ruangan dimana Ray dirawat dan Sekar menunggu disana, ternyata disitu sudah ada mantan suami Sekar dan ia terlihat sedang terlibat keributan dengan Sekar.

“Bukankah kau bilang hak asuh anak akan menjadi milikku setelah perceraian?” ujar Sekar pada Toni, mantan suaminya.

“Itu dulu, tapi sekarang aku ingin melihatnya. Bisa kan?” ujar Toni, seperti memaksa.

“Tidak, kau tidak bisa,” ujar Sekar kekeh, “ aku tidak bisa membiarkan dia hidup dalam ketakutan dan kegelapan setiap hari!” lanjut Sekar.

“Jadi kau telah mengambil alih dan mengurus dia dengan baik sehingga dia bisa berada di ruang intensif sekarang?” ujar Toni dengan nada agak tinggi. Perawat pun menghampiri mereka dan menegur mereka karena mereka gaduh di ruang rawat intensif.

Setelah perawat itu, Toni mendekati Sekar untuk membisikkan sesuatu.

“Sekar, aku pastikan aku bisa mendapatkan hak asuh Ray kembali,” bisik Toni. Setelah mengatakan itu, Toni pun pergi meninggalkan Sekar sambil menyenggol pundak Sekar hingga membuat Sekar hampir terjatuh jika tidak berpegangan pada dinding.

Saat Toni akan melewati Karin, Karin pun memanggilnya.

“Tuan, Anda bisa menyampaikan pesan Anda dengan kata-kata, tidak perlu mendorong,” ujar Karin dan langsung berlalu dari hadapan Toni. Karin pun langsung menenangkan Sekar dan Toni berlalu pergi.

Setelah Sekar tenang, ia pun menceritakan tentang Toni dan pernikahannya kepada Karin sambil duduk di bangku depan ruang perawatan intensif.

“Dia mantan suamiku. Dua tahun yang lalu, saat aku masih menjadi ratu penjualan di Aline Corp. dan akan dipromosikan menjadi manajer, aku melepas semuanya untuk menikah. Tapi setelah pernikahan kami, aku baru tahu dia berubah menjadi kasar setelah minum-minum. Aku pikir aku bisa menahan itu semua. Dengan cinta, aku pikir aku pasti bisa menanggungnya. Tapi aku tidak berpikir bahwa dia akan memukulku juga saat aku sedang hamil,” cerita Sekar sambil menangis.

My Boss to My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang