BAB 5

113 9 2
                                    

“Pagi sayang …. Suka kejutanku?”

Suara ini? Yumna mendengus. Beraninya memelihatkan batang hidungnya? Oh, mungkin dia sedang menunggu malaikat maut menjelma dari tubuhnya.

"Sayang?" Lisa menanggapi ucapan Rai dengan pertanyaan. Wajahnya kebingungan. Bolak-balik ia pandangi Yumna dan Rai. Berusaha mencari suatu hal yang tersembunyi.

Rai mengalihkan pandangan pada Lisa. Kakak kekasihnya. Itulah hal yang tersemat di kepalanya. Ia menyunggingkan senyum. "Iya kami sudah berpacar--"

BUGH!

Mata Rai menyipit kala salah satu kakinya seakan mati rasa. Ia terjatuh tepat setelah bunyi tendangan itu berhenti.

"Yumna!" Frada menjerit. Langkahnya bergegas menghampiri Rai yang berada tepat di depannya. "Kamu apa-apaan sih, Yum! Masak iya sama cowok ganteng juga diginiin?!"

Rai terkekeh, "tak apa, pacarku memang seliar itu."

Tangan Yumna terangkat. Bersiap memberi bogem pada lelaki itu. Beraninya ia menyebutnya dengan pacar! Tak bisa dibiarkan.

Lisa mencekal. Ia menggeleng sebagai jawaban. Tapi tak bisa, lelaki itu sudah kelewat batas. Yumna tak bisa menoleril. 

"Jangan halangi aku, Kak," bisiknya.

"Tidak. Atau kamu akan berakhir di tangan bodyguardnya Rai dan kak Noval."

Yumna mengamati sekeliling. Ah, benar. Beberapa orang mengawasi. Bahkan ada yang perlahan mendekat. Berhati-hati. Seolah siap mengejutkan siapapun yang dituju. Yumna membuang napas kasar. Jemarinya terurai menjadi uluran tangan kepada Rai. Tangan yang tadinya untuk memberi pelajaran, beralih menjadi penolong. Dan Yumna tak percaya itu terjadi pada hidupnya. Hari ini. Detik ini. Sekarang. Huh!

Rai menerima tangan itu dengan baik. Rasa sakit pada betisnya masih ada sisa. Ia mengernyit kala luka itu nampak. Lebam. Wow, kekuatan apa yang ada di tubuh gadis itu?

"Kamu harus bertanggung jawab."

Tatapan itu tajam. Menembus mata Yumna. Warna mata hijau itu, sekali lagi mengalihkan dunianya. Ada rasa sesak yang menyusup. Yumna menggeleng. Ia harus mengingatkan, yang di depannya ini bukan orang sama. Baik dari wajah, postur tubuh atau apapun. Mereka berbeda.

"Tak mau bertanggung jawab? Lisa, aku tak menyangka, adikmu sepengecut ini."

Apa?! Tadi dia bilang apa? Yumna menatap jengkel. Ingatan manisnya tentang seseorang, hilang bertaburan hanya dengan sebuah kalimat ejekan itu. Orang ini tak mengenal Yumna. Tak tau bagaimana ia ketika marah. Kembali, kedua tangannya mengerat. Sepertinya satu pukulan di perut cukup.

"Argh!"

Yumna menjerit. Rai memelintir tangan Yumna kemudian membalik tubuh gadis itu. Tatapannya semakin menajam. Suara terkesiap terdengar dari Frada maupun Lisa. Keduanya kaget, bahkan Yumna pun merasa demikian.

"Tidak lagi, Sayang .... tidak!"

"Lepaskan!"

Yumna memberontak. Beberapa orang mendekat. Bahkan ada yang berseragam juga ikut memerhatikan. Lisa mengangkat tangan dengan anggukan kepala. Orang-orang itu kembali menjauh. Dan menyisakan kerumunan siswa siswi yang menatap penasaran.

"Tidak! Kamu harus diberi pelajaran. Ikut aku."

Rai menarik tangan Yumna. Lisa berusaha menghentikan. Bahkan ia mencoba meminta pertolongan pada para bodyguardnya. Tapi apa yang terlihat? mereka sudah dihadang oleh orang-orang yang sama kekarnya.

"Aku tak akan menyakitinya. Kamu tenang saja." Itulah kalimat terakhir Rai sebelum ia mengangkat tubuh Yumna ke pundak.

***

Yumna's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang