BAB 17

6.9K 281 0
                                    

Lyra hari ini mendatangi acara Anne dengan  gayah anggun cantiknya ia memakai pakaian yang disedikan dari pihak Anne.

Rambut yang ia gerai lurus , make up natural tetap memperlihatkan wajah pucatnya sehingga terlihat lebih kalem , dress yang diberikan pihak stylist Anne.

"Dress apa ini harga kok selangit" gumam Lyra saat melihat dari modelnya dan bergo yang belum dilepas.

Lyra tak ambil pusing dan memakai baju itu yang sangat pas cantik dibadanya.

Lyra tak ambil pusing dan memakai baju itu yang sangat pas cantik dibadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah....udah..." ucap Lyra memutar badanya depan kaca besar.

"Non...Lyra udah selesai belum" tanya seseorang dari luar.

"Oh udah kok" Lyra pun tersadar dan langsung keluar dari ruangan ganti.

"Sip badan nona emang badan model jadinya baju apa aja muat dan cocok kalau dipakai non Lyra" puji Stylist itu membuat Lyra malu.

"Mbak...apaan sih" dengus Lyra langsung duduk di hadapan meja rias.

"Haha....kenyataan non , kalau non tuh cantik" Stylist itu tertawa kecil dan merapikan rambut Lyra yang berantakan.

"Ini high hellsnya non" Lyra mengangguk seraya membenarkan antingnya.

"Non...gak punya instagram gitu biasanya model kaya non punya instagram buat update keseharian" Lyra tertawa kecil menanggapi.

"Mbak first gak usah panggil aku pakai embel embel non panggil aja Lyra , kedua instagram...um sepertinya tidak perlu bukanya apa saya tidak mau saja takut menimbulkan jika privasi saya atau keluarga saya terusik jika saya sering mengumbar kehidupan di media sosial , maka itu sangat tidak baik" jelas Lyra berdiri dari kursi meja rias.

"Ia itu salah satunya , tapi kamu boleh lah mencoba sekali memakai akun media sosial" saran stylist agar Lyra bisa eksis di semua media.

"Um...mungkin lain waktu atau kapan bisa dipikirkan lagi , yaudah mbak aku duluan makasih mbak buat semuanya" Lyra melambaikan tanganya dan keluar dari hotel yang ia tempati.

"Selamat malam nona...." sapa seorang supir menunggu Lyra depan pintu mobil.

"Malam.... , terimakasih" Lyra membalas dengan senyum manisnya ketika supir membuka kan pintu untuknya.

Anne sudah mengajari untuk bersikap terlihat cool , cuek kepada Lyra tapi sepertinya Lyra saja tidak bisa melakukan itu.

"Semoga berjalan dengan lancar amin" gumam Lyra membuka aplikasi whatsapp diponselnya.

"semangat..." seseorang mengirimkan pesan gambar kepada Lyra membuatnya tersenyum.

"Jangan mengeluh atau putus asa mengerjakan apapun , karena suatu keberhasilan ada di tangan kamu semangat" Lyra membalas isi pesan itu.

Orang yang mengirim pesan itu adalah Zio , ia mengirimkan gambar jika Zio juga lagi kerja sebagai tukang bengkel tetangga Lyra atas saran Lyra yang membuat Zio tidak mau menolak keras awalnya.

Lyra kembali mematikan ponselnya dan fokus melihat jalanan dari jendela mobil.

ckrek....ckrekk....ckrekk...
bunyi berbagai sorotan kamera di red carpet saat Lyra berjalan dengan anggunya sesekali menyapa para juru kamera.

"Terimakasih..." Lyra melambaikan tanganya dan melanjutkan kembali jalanya.

"Mbak...Anne congratulation for you...akhirnya acara yang mbak impikan setiap tahun terlaksana..." Lyra memeluk Anne yang berjalan ke arahnya.

"Haha...terimaksih Lyra...sekarang kamu duduk disana gih , mbak mau nyamperin tamu mbak yang lain" Lyra mengganguk dan sebelum pergi ia memberikan sesuatu kepada Anne.

"That's for me" kaget Anne diangguki Lyra.

Anne kaget adalah pemberian dari Lyra yang adalah cincin berlian mahal , memang penghasilan Lyra udah mencukupi untuk membeli apa yang ia mau tapi penghasilanya ia pilih untuk ditabung dahulu dan , untuk soal cincin Lyra sudah pikir panjang untuk membeli cincin itu karena ia pikir ia bisa sedikit merubah kehidupan keluarganya berkat bantuan Anne jadi dia ingin memberikan sesuatu ke Anne dan cincin ini adalah incaran Anne.

"Alyra...sumpah ini mahal...kamu gak keberatan atau tertekankan sampai kamu beliin mbak kaya gini" panik Anne.

"Nggak kok mbak , lagi pula ini juga ucapan terimakasih aku buat mbak karena udah berikan aku kesempatan buat bekerja dan bisa merubah nasib keluargaku setidaknya" Lyra sungguh bersyukur ketika Anne menyukainya.

"Mbak ucapin makasih sekali lagi" Anne kembali memeluk Lyra.

"Yaudah aku mau kesana dulu mbak" Lyra menunjuk arah kursi tempat tamu Anne.

Sementara ditempat lain Zio sedang berkutik dengan mobil bukan mobilnya sendiri melainkan mobil orang lain.

"Mas..." panggil seseorang yang baru datang membawa motornya.

"Ia..."jawab Zio mencoba seramah mungkin karena ia jarang berinteraksi dengan orang asing.

"Tolong mas perbaiki ban motor saya yang bocor ini ya...." ucap orang itu seperti memaksa.

"Tapi...mas saya nyelsein mobil ini dulu setelah itu baru motor anda" ucap Zio menunjuk mobil yang ia kerjakan.

"Saya akan bayar lebih tinggi kalau mas , beresin motor saya dulu" Zio geram dengan pelanggan ini yang tidak mau bersabar.

"Zio...lo urusi aja motor orang itu biar gue yang urus mobil ini" sahut Kafkah yang bekerja di bengkel itu keduanya juga seumuran jadi tak heran jika Zio cepat akrab.

"Hm..."Zio hanya berdehem dan mulai melihat ban motor orang itu benar saja terlihat pecahan kaca yang panjang menancap diban itu.

"Ini gak cuma ban luar doang pak tapi juga ban dalamnya juga kena" ucap Zio di wajah bersihnya terlihat kusam karena keringat dan berbagai noda di wajahnya.

Zio tak menyahuti ucapan orang itu dengan serius ia melakukan tugasnya.

"Udah pak" ucap Zio setelah menyelsaikan pekerjaanya.

"Makasih ya dek ini uangnya" orang itu menyerahkan selembar kertas warna merah yang diterima oleh Zio.

"Zi...sini makan gih" teriak Kafkah saat dengan enaknya memberhentikan tukang gerobak bakso dan memesan bakso.

"Bang satu mangkok bakso lagi" pesan Kafkah buat Zio.

"Hem...gimana rasanya kerja sendiri tanpa campur tangan orang tua" tanya Kafkah seraya memakan mie baksonya.

"Lumayan" sahut Zio dia bisa merasakan bagaimana lelahnya Felix papanya bekerja untuk keluarganya selama ini , sementara ia hanya tenang menikmati uang yang papanya kirim setiap bulan.

"Syukurlah saran gue sih hidup ini jalanin aja kita nikmati dan syukuri apa yang diberikan tuhan dan lo beruntung banget Zi bisa bersekolah di tempat elite impian semua orang , semua tercukupi" Kafkah memperhatikan Zio yang menyantap baksonya dengan lahap sepertinya ia kelaparan pikir Kafkah.

"Hm...lo juga beruntung bisa terbiasa hidup mandiri" puji Zio.

"Haha...itu keharusan goblok kalau gue kagak kerja mau makan apa gue , derita anak kostan mah harus mandiri" Kafkah tertawa terbahak bahak.

"Ia gue ngekost buat sekolah di sini karena kalau di desa gue soal pendidikan kurang you know lha" Kafkah menjawab pertanyaan Zio yang menaikan alisnya.

"Bang ini mangkoknya berapa punya saya biar dia bayar punya dia sendiri" ucap Kafkah menunjuk Zio.

"Dasar..." gumam Zio.

"Hehe..." cengir Kafkah

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang