At Gwanghwamun My Memories

272 6 1
                                    


"Kenangan itu selalu saja membekas. Baik dihati maupun difikiran. Sangat sulit untuk dihilangkan. Terlebih lagi saat mengingat masa-masa bahagia itu, seakan hari itu ingin terulang kembali. Tapi apakah mungkin? sedangkan kini, semua nya sudah hilang. Hilang ditelan waktu. Semua masa-masa itu tak akan bisa terulang kembali. Yang ada hanya senyum yang selalu tersungging, beserta airmata yang menyertainya" 
 
Nafas itu terasa terengah. Rasa sesak didada semakin menambah penderitaan nya saat ini. Ditambah lagi genangan air yang membasahi bumi. Dan hujan yang tak kunjung reda. Tubuhnya basah akibat hujan yang sudah membuat semuanya basah kuyup seketika. Hanya berteduh lah yang bisa ia lakukan sekarang. Memperhatikan sekitaran. Lalu lalang kendaraan dan juga sekelompok orang-orang yang terlihat masih saja melakukan kegiatan mereka masing-masing. Ya masih sama seperti dulu. Di Gwanghwamun yang indah dan asri. Tak dipungkiri memang. Tempat ini adalah tempat yang menjadikannya lebih tenang dan pastinya lebih berwarna. Ditambah lagi dengan kenangan yang semakin terlintas di kepala nya. Kenangan yang selama nya tak akan bisa terlupakan sampai kapan pun.
 
Senyumnya tersungging saat matanya menangkap sepasang anak manusia tengah berjalan begitu mesranya dibawah rintikan hujan tersebut. Berlari, bersenda gurau. Seakan hujan itu sama sekali tak menjadi penghalang bagi mereka. Seakan tak perduli bagaimana dengan keadaan mereka selanjutnya ditengah guyuran hujan seperti itu?. Begitu lah hidup saat sudah dimabuk oleh indahnya cinta.
 
kring kring... terdengar dering ponsel mengalun indah di tas selempang yang ia kenakan. Bersyukur air hujan yang cukup deras itu tak membasahi barang-barang yang ia letakkan didalam tas nya tersebut. Kalau sampai hal itu terjadi hah entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan cepat tangan lihai nya memperhatikan layar touch screen nya. Menatap sebuah nama yang kini sudah berkedap kedip tanpa henti. Bahkan dahinya berkerut saat nama itu tertera begitu jelas.
 
 "Eomma..." ucap wanita ini menelan ludahnya dalam. Ia bingung kenapa eomma nya menelpon nya. Sedang kan dirinya dan eomma nya sama sekali sudah tak tinggal bersama lagi. Semenjak ia sudah mendapatkan pekerjaan 2 tahun yang lalu di kota asri ini, ia semakin tidak bisa untuk pulang pergi dari Seoul ke Gwanghwamun. Apalagi perjalanan yang dilalui lumayan membutuhkan stamina yang kuat. Makanya ia memutuskan untuk menetap di kota itu agar mempermudah dirinya dalam bekerja. Ya walaupun diyakini nya dengan dirinya pindah ke kota itu membuatnya semakin kembali teringat dengan kenangan itu. Kenangan dirinya bersama sang namja chingu yang sudah tak bersama nya lagi sejak 3 tahun yang lalu. Perlahan gadis cantik bernama Kim Eunrim ini, mendesahkan nafasnya berat. Menormalkan kembali mimik wajahnya berharap eomma nya tidak curiga dengan keadaan nya sekarang yang tengah kedinginan akibat basah kuyup yang menderanya.
 
"Yeobseoyo eomma ...."
 
 "......." 
 
"Mwo? untuk apa eomma menyuruhku pulang? jangan bilang kalau eomma akan merencanakan sesuatu untukku?"
 
 "......" 
 
"Ne baiklah. Besok aku akan mengambil cuti di tempat perusahaan ku bekerja. Dan akan langsung berangkat menuju Seoul" Eunrim memutuskan sambungan telpon nya. Keningnya masih berkerut sempurna. Ia masih bingung dengn pernyataan eomma nya yang secara tiba-tiba menyuruhnya pulang. Yaakkk ada apa sebenarnya. Ia sangat mengetahui seperti apa sikap eomma nya itu. Eomma nya adalah tipikal wanita yang selalu melakukan sesuatu tanpa pemberitahuan padanya terlebih dahulu yang notabene adalah putrinya sendiri. Namun sekarang, fikiran tidak enak kembali bergelayut dikepala nya mengingat percakapan dengan eomma nya tadi.
 
 ~o0o~
 
Sebuah rumah dengan arsitektur minimalis membuyarkan suasana hatinya saat ini. Entah mengapa ia begitu sangat merindukan rumah yang sudah dihuni oleh dirinya dengan sang ibu begitu sangat lama. Dan sekarang sudah 2 tahun lebih ia meninggalkan rumah itu, pindah ke kota yang dekat dengan tempatnya bekerja. Langkah kakinya menyusuri halaman rumahnya. Menatap sekeliling taman di rumahnya yang masih sama seperti dulu, sama sekali tak ada yang berubah sedikitpun. Bunga-bunga di taman itu adalah hasil rancangan nya sendiri. Ternyata eomma nya masih merawat bunga kesayangannnya sehingga masih begitu indah dipandang mata. Tangan nya sigap membuka handle pintu yang sama sekali tak di kunci. Hey kemna penghuni rumah itu? Kenapa keadaan rumah itu begitu sangat sepi apa yang sedang terjadi sebenarnya? jantung nya semakin berdebar tak karuan sekarang.
 
"Eomma..." panggil Eunrim dengan suara sedikit berteriak mencari sang ibu yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
 
 "Kim Eunrim..." panggilan itu seketika membuat gadis dengan rambut terurai panjang ini terkesiap. Bola matanya memperhatikan arah sumber suara yang memanggil nama nya begitu sangat fasih. Dan kini tepat didepan matanya menangkap sosok wanita paruh baya dengan setelan nan modis berdiri tega menatap nya dengan penuh suka cita. Ya dia sangat bahagia sekali putri kesayangan nya yang begitu sangat dirindukannya ini kini telah hadir kembali dalam pelukan nya.
 
“Aku sangat merindukan mu eomma” lirih Eunrim dengan aliran airmata nya merembes disela-sela mata indahnya. Melunturkan make up yang sedari tadi dipakai nya dengan susah payah. Namun itu semua sama sekali tak menjadi kendala sedikitpun.Yang terpenting dia sudah bertemu dengan eommanya dan memeluk eomma nya dengan tangan nya sendiri.
 
“Kenapa kau begitu sangat kurus eoh? Apa kau kurang makan selama disana?” Eunrim tertawa renyah mendengar ucapan eomma nya. Bagaimana eomma nya bisa berkata seperti itu. Apakah ia terlihat sangat kurus eoh? Yang ia tau dia masih seperti biasa saja. Tak ada penyakit atau apalah yang mengganjal tubuhnya saat ini.
 
“Aku baik-baik saja eomma. Tak ada yang salah dengan tubuh ku. Eomma terlalu berlebihan”
 
“Hey eomma tau seperti apa dirimu. Eomma yang melahirkan mu. Seperti apa keadaan anak nya ibu yang melahirkan nya pasti bisa merasakan dengan jelas” Eunrim kembali tersenyum. Ya ia begitu beruntung mempunyai ibu yang begitu sangat sayang sekali padanya. Terlebih lagi, begitu memperhatikan dirinya.
 
“Sudahlah tidak perlu dibahas. Sekarang yang terpenting kini aku sudah berada didepan matamu. Walaupun aku tidak akan lama-lama berada disini. Karna aku hanya diberi cuti 3 hari. Otomatis aku harus secepatnya kembali ke Gwanghwamun”
 
“Ne ne eomma mengerti. Sebenarnya eomma ingin memberikan sesuatu pada mu. Dan eomma rasa kau harus mengetahuinya. Eomma tidak ingin kau semakin terbebani dengan segala hal yang menimpa mu selama ini” Eunrim mengerutkan dahinya. Apa maksud eomma nya tersebut. ‘terbebani’ dalam masalah apa? Dan seperti nya ia merasa hidup apa adanya tanpa adanya masalah yang menimpanya. Bahkan saat ia sudah mendapatkan pekerjaan sekalipun.
 
“Aku sama sekali tidak mengerti dengan arah ucapan eomma. Maksud eomma apa? Terbebani, aku tidak merasa aku terbebani saat ini?” wanita paruh baya ini mendesahkan nafasnya berat. Mengeluarkan sebelum langkah kakinya kini beralih menjauh dari jangkauan Eunrim hanya beberapa senti saja. Mengambil sesuatu yang dikiranya sangat berguna bagi putrinya tersebut. Sebuah lembar kertas yang terlihat sangat indah dengan sebuah pita yang melekat diatasnya. Ya sangat indah sekali. Tapi apa itu?
 
“Ini…” Eunrim mengerut hebat. Saat tangan nya perlahan menerima sebuah kertas berlapiskan sebuah amplop berwarna merah muda. Terlihat jelas sekali sebuah tulisan bersambung yang tertera di balik cover amplop tersebut. Jantungnya seketika berdetak tak beraturan saat membara saat membaca tulisan indah itu. Tulisan yang memang terlihat indah namun terlihat menyedihkan dihatinya.
 
“Eomma ini…”
 
“Ne Rim~ah. Hyukjae akan melangsungkan pernikahan nya besok. Dan dia juga yang menyuruh eomma untuk mengundangmu datang dihari pernikahan nya tersebut” apa datang? Kenapa rasanya ia tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi besok. Haruskah ia datang dan menyaksikan acara sacral itu berlangsung? Haruskah hatinya kembali teriris saat menyaksikan pria yang masih begitu sangat dicintainya itu dengan wanita lain? Tapi apa hak dirinya merasa sakit menyaksikan pernikahan itu. Toh dirinya sama sekali bukan siapa-siapa lagi Hyukjae. Dirinya hanya masa lalu pria itu dan akan selama nya seperti itu. Dan ia merasa ia wajib datang diacara sacral itu.
 
“Eomma tidak akan memaksamu kalau kau tidak sanggup datang keacara itu nak. Karna eomma tau….”
 
“Aku akan datang eomma. Lagipula ini adalah hari bahagia nya. Tidak mungkin aku sebagai sahabat nya tak memberikan ucapan selamat pada nya kan. Aku akan sangat bahagia sekali eomma” Eunrim mengucapkan nya dengan santai. Tak ada yang tau, didalam hatinya kini berkecamuk dengan hatinya yang terasa nyeri bagai tertusuk jarum bertubi-tubi. Tapi ia harus kuat bagaimana pun caranya. Ia tidak akan mengeluarkan airmata itu.
 
~o0o~
 
Gaun berwarna putih selutut dipadankan dengan high heels yang senada dengan gaun nya semakin menambah keanggunan yang memang sudah dimilikinya sedari kecil. Menghadiri esta pernikahan Hyukjae sudah menjadi komitmennya. Ia harus siap bagaimana dan seperti apa jadinya. Ia harus kuat. Lagipula ia tidak ingin menjadi wanita yang lemah, yang terlalu mementingkan diri sendiri. Karna bagaimana pun Hyukjae juga pernah menjadi bagian dari hidupnya. Sangat tidak mungkin kalau dia sebagai sahabat tidak ikut serta mendoakan kebahagiaan mereka kan.
 
Mobil audi berwarna merah sudah siap sedia didepan rumah nan minimalis tersebut. Terlihat begitu mewah memang. Keluarga Eunrim memang merupakan keluarga yang berkecukupan. Penghasilan ibu nya terlihat dari bisnis butik yang ia kelola sendiri. Sementara ayah nya sudah  bercerai dengan ibu nya beberapa tahun yang lalu. Saat ini sang ayah juga sudah menikah lagi dengan wanita yang begitu sangat dicintai nya. Sementara sang ibu, ya masih seperti biasa mengelola bisnis butik nya, tanpa memikirkan kepentingan nya sendiri. Padahal sudah berulang kali Eunrim menyuruh sang ibu untuk mencari pasangan untuk menggantikan ayah nya. Namun ibu nya selalu menolak sama sekali tak mengindahkan percakapan sang putri. Lebih memilih hidup sendiri. Sebenarnya Eunrim tidak bisa meninggalkan sang ibu sendirian dirumah itu, tapi ia juga membutuhkan kebebasan. Ia ingin hidup mandiri. Mengeluarkan uang dengan hasil kerja kerasnya sendiri tanpa harus terus meminta pada sang ibu. Apalagi dirinya adalah anak semata wayang yang sudah pasti akan selalu mendapat kan perhatian yang lebih dari orang tua. Tapi ya seperti itu lah sifat asli dari seorang Kim Eunrim yang tak ingin mengecewakan orang tua nya. Ia hanya ingin membahagiakan orang tua nya tersebut.
 
Sebuah gedung nan megah berdiri menjulang. Pernak pernik nan cantik semakin menambah kemewahan yang telah dipersiapkan oleh orang yang mendesain gedung itu sedemikian rupa. Tak dipungkiri memnag sang pemilik hajatan adalah orang yang sangat terpandang. Semua orang mengenal keluarga ini. Keluarga yang mempunyai cabang perusahaan yang tersebar diberbagai belahan negara.
 
Eunrim nampak cantik dengan balutan gaun putih selututnya. Senyum sumringah dipancarkannya. Namun tak ada yang tau seperti apa perasaan nya sekarang yang terus saja berkecamuk tidak tentu mengingat langkah kaki nya akan memasuki ruangan dimana telah ada sepasang anak manusia yang sedang berbahagia. Berulang kali ia mendesahkan nafasnya berat. Menahan dada nya agar tidak sesesak tadi malam. Menghirup udara lalu membuang nya. Menghirupnya kembali lalu membuang nya. Begitu lah seterus nya. Ia hanya menginginkan dada nya dapat bekerja dengan normal saat menyaksikan itu semua yang akan berlangsung tepat didepan matanya.
 
“Kajja kita segera masuk” Eunrim menyunggingkan senyuman nya. Menelan saliva nya dalam dibalik eratan tangan sang ibu yang terus menarik nya untuk segera masuk kegedung tersebut. Bola matanya menatap sekeliling. Tampak ramai dan juga megah. Benar-benar keluarga yang sangat kaya. Semua nya didesain begitu mewah dan fantastis. Tak ayal mungkin pernikahan ini adalah peenikahan termahal yang pernah ia lihat. Matanya tak henti-hentinya menatap sekeliling memperhatikan pernak pernik yang menggantung diatas langit-langit gedung tersebut. Begitu indah. Terukir pula nama Lee Hyukjae & Park Reina menggantung dilangit-langit tersebut. Tulisan yang terkesan sangat mewah.
 
“Rim~ah kau tunggu lah disini sebentar. Eomma akan mengambilkan minuman untuk mu” Eunrim menyunggingkan senyuman nya mendengar penuturan sang ibu yang begitu sangat perhatian pada nya. Menyaksikan punggung sang ibu yang sudah berjalan meninggalkan nya didalam kerumunan orang banyak.
 
“Kim Eunrim…” ia terkesiap saat bahunya terasa dipegang oleh seseorang. Bukan kah eomma nya sedang mengambil minuman? Lalu siapa orang yang memegang bahunya? Jujur ia sama sekali tak mengenal tamu yang berada digedung ini. Semua nya adalah teman-teman relasi tuan Lee, bagaimana mungkin ia mengenal mereka semua. Apalagi dengan panggilan itu yang menyebut nama nya? Sigap Eunrim membalikkan tubuhnya perlahan. Memperhatikan orang yang memanggil nya dan membuat jantung nya hampir terlepas.
 
Pandangan matanya beradu pada sosok pria dengan setelan tuxedo berwarna putih dipadan kan dengan dasi kupu-kupu yang menghiasi leher jenjangnya. Begitu sangat tampan. Jantung oh jantung ya jantung nya berdetak tak karuan saat ini. Entah mengapa hatinya serasa gugu saat menyaksikan pria itu didepan matanya. Hey bukan kah ia sudah berjanji tidak akan gugup kalau sudah melihat pria itu? Lalu sekarang… yaaakk Kim Eunrim kau memang tidak bisa diandalkan.
 
“Lee Hyukjae…”
 
“Akhirnya kau datang juga Rim~ah” ucap pria itu tersenyum memandang indah nya wajah sang gadis yang pernah mengisi hari nya tersebut. Tak dipungkiri memang cinta itu masih bersarang dihatinya untuk wanita dihadapan nya. Tapi sekarang takdir lah yang harus memisahkan mereka. Dengan menikah nya ia dengan wanita lain pilihan orang tua nya.
 
“Ne bagaimana mungkin aku tidak datang dihari pernikahan sahabat ku sendiri eoh? Semoga kau bahagia Hyukjae ssi” Eunrim mengulurkan tangan nya. Memberikan selamat pada sang pria. Dengan diiringi senyum yang jelas-jelas menyimpulkan kegundahan hatinya saat ini. Selama 3 tahun sudah semenjak berakhir nya hubungan mereka, ia dan Hyukjae tak pernah lagi bertemu. Bahkan hanya berbicara melalui telpon sangat jarang sekali. Mereka sudah berpisah dan tidak melakukan kontak hubungan apapun lagi. Yang masih terkenang adalah tempat itu, kota itu kota yang menjadi kenangan nya di Gwanghwamun.
 
***
 
Riuh tepuk tangan bersorak sorai memenuhi gedung serba mewah itu. Ucapan sacral yang begitu dramatis tersaji ditempat ini. Akhirnya Lee Hyukjae pria yang pernah mengisi hatinya telah memiliki pendamping pengganti dirinya. Wanita itu juga tak kalah cantik sangat cocok dengan Hyukjae yang sangat tampan.
 
“Eomma, aku ingin ketoilet sebentar ne…” Eunrim melangkah kan kaki nya. Mencari jalan mneuju toilet yang berada tak jauh dari ruang resepsi tersebut. Tidak, maksud nya menghindar dari riuh para undangan tersebut bukan nya ingin menyembunyikan kesedihan nya. Melainkan ia ingin lebih tenang. Ia ingin setelah nya ia kembali keruang resepsi itu ia bisa kembali menjadi Eunrim yang dulu Eunrim yang selalu ceria dalam. Tidak menjadi Eunrim yang lemah seperti sekarang ini.
 
“Baiklah, setelah acara ini selesai aku akan langsung menuju kesana. Kau siapkan semua berkasnya dan….”
 
BUKKKKK…Tubuh nya tertabrak oleh seorang wanita yang memang sedari tadi terus berjalan tiada henti tanpa memerhatikan jalannya. Tubuh wanita itu pun terdorong kebelakang. Masih beruntung ia tak sampai jatuh kebawah. Kalau sampai hal itu terjadi entah apa yang akan terjadi pada nya selanjutnya.
 
“Ah mianhae nona. Gwenchanayo” ucap pria itu. Membantu sang gadis merapikan gaun nya yang terlihat berantakan.
 
“Gwenchana tuan. Seharusnya aku yang minta maaf karna tak memperhatikan langkah kaki ku”
 
“Ah aniyo akulah yang bersalah dalam hal ini. Ah sudahlah lupakan. Kau mau kemana nona, bukankah acara sudah dimulai?”
 
“Aku ingin ketoilet” pria itu nampak menggaruk kepala nya yang tidak gatal. Yaak kenapa ia begitu bodoh bukankah jalan yang dilalui nya jalan menuju toilet, lalu kenapa dengan begitu bodoh nya ia malah bertanya lagi?
 
“Tuan gwenchanayo?” pria itu terkesiap saat wanita dihadapan nya tengah memperhatikan nya lekat. Seakan bingung dengan tingkah pria itu yang terkesan sangat lucu dimatanya.
 
“Ah ne. Cho Kyuhyun imnida” wanita itu memperhatikan uluran tangan pria bernama Kyuhyun tersebut sesaat. Sebelum akhirnya secara spontan wanita itu menjawab dengan penuh penekanan. Membalas uluran tangan pria itu.
 
“Kim Eunrim imnida”
 
Sequel... !!
 

My Room OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang