Untuk Apa Lu Gelisah ?

8 0 0
                                    

"Bim, toss ke gua bolanya !" Sambil berlari dan meloncat di depan jaring net yang lebar, Anton berteriak demikian.

"Tanpa disuruhpun, gua pasti akan toss ke lu ! Ambil, nih !" Dengan cepat, bola dioper menuju Anton dan "DAS !", ia berhasil menyelesaikannya dengan baik.

"YEEEEES !" Teriak Anton serta Bima begitu poin kemenangan berhasil mereka peroleh. Satu poin itu berhasil mengantarkan mereka menuju final lomba voli putra SMA se-Jabodetabek.

Setelah itu, mereka membuat barisan untuk mengucapkan terima kasih pada lawan dan suporter yang telah membuat pertandingan voli barusan dapat berjalan lancar. Pelatih juga tampak memanggil mereka ke sudut lapangan dan mengatakan hal yang berhasil membuat mereka senang dan bersemangat.

"Permainan kalian hari ini sungguh bagus. Bapak harap, besok kalian bisa bermain seperti ini juga. Kalau besok kalian bisa bawa pulang piala yang ada di sana itu..." Pelatih lalu menunjuk ke piala besar berwarna keemasan yang terlihat dipajang di meja tak jauh dari lapangan,"Bapak bakal traktir kalian makan mie di warteg !".

"YAAAH...KOK WARTEG, SIH ?!?" Keluh beberapa teman Bima spontan.

Mereka lalu tertawa bersama-sama selama beberapa saat kemudian pelatih menambahkan kalimat yang berhasil membakar semangat juang mereka.

"POKOKNYA ! BESOK KITA HARUS MENANG !"

"YA !"

Mereka lalu bersiap-siap untuk pulang. Semua terlihat sibuk beres-beres memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Saat Bima sedang sibuk mengurusi barang-barangnya, Anton tampak mendekatinya sambil melempar botol air yang masih baru ke Bima.

"Nih, gua lihat minuman lu udah habis tadi, kan ?"

"Ah, thanks ! Udah cocok lu ya buat pacaran ! Sampe tau kalo minuman gua habis. Perhatian sekali !"

"Heee...Yang besok mau nembak siapa, ya ? Ehem...Ehem..."

"Itu juga kalo kita menang, kan besok ! Pokoknya, gua bakal nembak Sera kalo kita menang !"

"Kalo kagak ?"

"Lu denger kata pelatih tadi ? Pokoknya kita mesti menang !"

"Siap, Kapten ! Mesti menang, ya ! Biar jadi nembak ! Gua dapet traktiran, deh !"

"Traktiran doang kan yang lu pikirin ! Dasar ! Teman gua bukan, sih ini anak ?"

Anton kemudian tertawa saja. Begitupula juga dengan Bima. Setelah melihat kalo Anton tertawa, ia juga malahan ikutan ketawa. Entah apa yang merasukinya, tapi yang pasti, ternyata benar kalo tertawa itu merupakan penyakit menular.

J

Sesampainya di rumah, Bima langsung masuk ke kamarnya. Setelah mandi dan membereskan keperluan lomba yang harus ia bawa besok, ia langsung membuka ponselnya untuk melihat apakah yang ia tunggu-tunggu telah datang. Beberapa detik kemudian, senyuman terlebar yang cerah berhasil terbit di wajahnya. Seperti baru saja ia mendapat rezeki atau hadiah yang indah, itulah yang ia rasakan saat ini. Ternyata, ia melihat satu pesan Line yang Sera kirim dengan tampilan seperti ini.

"Hei, gimana lombanya hari ini ? Menang, kah :p"

Ia langsung merebahkan dirinya ke atas ranjang empuknya dan menenggelamkan mukanya ke bantalnya itu. Masih di atas ranjangnya, ia menggerakkan kedua kakinya ke atas dan ke bawah bergantian secara berulang-ulang. Ia pasti merasakan kesenangan yang tak ada taranya saat ini. Ya...Tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan karena diperhatikan oleh gebetan. Semua orang pasti pernah merasakan dan menantikan saat-saat itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KumcerWhere stories live. Discover now