Malam itu ersya melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang selama ini dia tinggali. Bebannya sedikit berkurang, tidak lagi ada cerita mengenai siapa dan dari mana dia berasal. Jika ada yang menanyakannya maka mulai hari ini ersya dengan enteng akan mengatakan bahwa dia sama sekali tidak memiliki keluarga di dunia ini. Kedua orang tuanya sudah lama mati. Mati dihatinya. Cukup itu saja yang perlu dia katakan jika ada yang menanyakan tentang itu kepadanya.
Tak butuh waktu lama ersya sampai didepan pintu apartment milik bryan, dia menekan tombol apartment yang sudah sangat dia hafal. Apartment ini sudah seperti tempat tinggalnya sendiri. Dengan mudah ersya mendapatkan tempat pelariannya. Dia akan tinggal disini untuk beberapa waktu kedepan. Bryan pasti akan mengizinkannya.
Ersya masuk dan memastikan bahwa bryan tidak akan ada didalam sana malam ini, karna memang saat ini ersya butuh waktu sendiri menenangkan dirinya.
Dia melangkah memasuki kamar yang biasa mereka berdua tempati, membersihkan badan dan mengganti pakaiannya sebelum menaiki ranjang king size itu. Setelah membaringkan tubuhnya ersya kembali teringat akan masalalunya yang menyedihkan.
Mengingat bagaimana maya, antonie, dan juga mawar yang waktu itu masih sangat kecil dalam gendongan antonie, menjemputnya kesebuah perkampungan kumuh yang ersya tinggali.
Waktu itu di pikiran ersya, dia akan mendapatkan ibunya kembali, dalam bayangannya saat itu dia bisa kembali memeluk ibunya yg sudah lama meninggalkannya. Ibu yang ersya rindukan datang menjemputnya untuk tinggal bersama.
Saat itu ersya baru saja kehilangan neneknya, dia merasa sendirian dan tidak tau apa yang akan dia lakukan, lalu seseorang datang memberinya kabar bahwa maya akan menjemputnya dan benar saja maya datang dengan membawa antonie serta mawar yang masih sangat kecil.
"Ersya, saya jemput kamu kesini karna saya sudah mendapatkan izin dari antonie suami saya, saya harap kamu bisa jadi anak yang baik dan penurut selama tinggal bersama kami" ucapan maya begitu terus terang saat itu.
Maya dengan terpaksa memeluk ersya dan berbisik pada gadis itu,
"Saya nggak mau, ada orang yang tau tentang asal usul kamu, kalau kamu itu anak kandung saya dari orang lain. Antonie juga nggak mau terjadi sesuatu sama keluarga ini kalau sampai kamu cerita sama semua orang, jadi tutup mulut kamu itu serapat-rapatnya.. ngerti?"Ersya yang saat itu masih berusia 7 tahun hanya bisa mengangguk pasrah, tiada pelukan rindu yang dia rasakan, melainkan tekanan pada kata-kata maya yang menjadi beban ersya selama ini. sampai akhirnya mereka membawa ersya untuk tinggal bersama dirumah mewah itu.
Bertahun-tahun ersya tidak pernah mendapatkan perhatian dari maya, maya hanya bisa membencinya saja, hanya bisa menyalahkan apa yang ersya lakukan tanpa memberitahu hal yang seharusnya. Hanya bisa memaki ersya jika yang ersya lakukan itu tidak maya sukai. Hanya itu saja yang ersya terima dari maya, kebencian yang tiada habisnya.
Tidak ada satu orangpun yang menginginkannya untuk dilahirkan, bahkan dia terlahir karna sebuah kesalahan dimasalalu.
Maya memberi ersya hukuman untuk kelahirannya dengan membenci ersya seumur hidupnya.
Ersya tidak mau lagi mengingat semua itu, sudah cukup baginya selama ini menghabiskan waktu untuk mengingat apa yang telah terjadi dalam hidupnya, maka ersya kini mengahapus airmatanya sendiri, dan menarik selimut menutupi tubuhnya lalu mencoba untuk tertidur dan berharap saat bangun semua mimpi buruk itu akan hilang.
***
Bryan baru saja keluar kelasnya. Sedari pagi dia tidak melihat sosok ersya dikampus, bahkan bryan menanyakan pada beberapa teman ersya, tapi tidak ada yang mengetahui keberadaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINKILLERS
RomanceCerita ini menyangkut kesedihan, pengorbanan, dan cinta yang begitu besar dimana nantinya terluka adalah hal biasa untuk-NYA. Bagaimana penawar rasa sakit-NYA selama ini yang akan menuangkan racun tetes demi tetes dalam gelas air yang akan dia tegu...