[19 oktober 2019]
"Kita bertemu lagi, Winwin."
Winwin menatap kearah belakang sembari tersenyum tipis saat menatap Kai yang tengah berjalan mendekat. Lelaki itu mengambil posisi disebelahnya dan mulai menatap kearah bawah—berkebalikan dengan Winwin yang terus menatap kearah langit dengan pandangan kosong.
"Apa yang kau lakukan disini?" Suara Kai terdengar lembut di indera pendengarannya dan hal itu membuat Winwin merasa nyaman.
"Tak ada."
Kai hanya diam dan keduanya tidak terlibat dalam percakapan apapun selama beberapa saat.
Namun keheningan itu terpecah ketika Winwin tiba-tiba kembali membuka pembicaraan dengan cara melontarkan pertanyaan yang sebenarnya terdengar cukup aneh. "Apakah kau pernah memohon tentang sesuatu, Kai hyung?"
Tanpa repot-repot mengalihkan pandangannya, Kai menjawab. "Tentu saja, semua orang pasti punya harapan dihidupnya."
"Kau benar.." Winwin menghela nafas dengan pelan. "Lupakan saja tentang pertanyaanku tadi, aku tahu itu pasti terdengar konyol."
"Kenapa? Apakah kau memiliki sebuah permohonan yang belum terwujud?"
Winwin tertawa hambar. Daripada permohonan, sebenarnya penyesalan tak berujung lah yang kini tengah menganggunya. "Omong-omong, tadi aku bertemu dengan salah seorang temanmu." Katanya, mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Huh? Sehun maksudmu?"
Winwin menggeleng. "Chanyeol namanya."
Kai membeku selama beberapa saat. "Dia—" lelaki itu menjeda kalimatnya. Tatapannya terlihat tak fokus dan senyumannya hilang. "Dia tidak mengatakan sesuatu yang aneh padamu kan?"
"Tidak, tentu saja tidak." Jawab Winwin cepat. Namun tak lama lelaki itu menjentikkan jarinya saat ia baru saja mengingat sesuatu. "Ah, sebenarnya ada yang cukup aneh tadi. Dia menceritakan tentang legenda pohon ini secara lengkap padaku. Dan setelahnya ia bertanya jika aku adalah tokoh yang diceritakan itu, apakah aku juga akan mati untuk seseorang yang rela mati untukku sama seperti sang tokoh atau tidak."
Raut wajah Kai terlihat tidak nyaman namun Winwin sepertinya tidak menyadarinya. "Lalu? Apa yang kau katakan padanya?" Nadanya terdengar gusar seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Winwin mengangkat kedua bahunya. "Tak banyak. Temanmu yang lain—Sehun hyung sudah terlebih dahulu menyela jadi aku tidak sempat menjawab pertanyaannya."
"Jangan dengarkan apa yang Chanyeol hyung katakan padamu." Kai mengingatkan. Wajahnya tampak serius.
Winwin kemudian terkekeh. "Ada apa? Bukankah dia juga temanmu? Aku ingat Sehun hyung juga mengatakan hal yang sama padaku untuk tidak mempercayai perkataan Chanyeol hyung. Memangnya apa yang salah dengannya?"
"Semua yang ia katakan hanyalah bualan untuk membuat orang-orang berharap lebih pada sesuatu yang tidak mungkin. Lupakan saja."
Winwin mengangguk. Lelaki itu kemudian mengikuti arah pandang Kai. Karena sejak awal mereka bertemu, Kai tidak kunjung melepaskan fokusnya dari arah bawah. Lelaki berkebangsaan China itu kemudian terkekeh pelan saat melihat sebuah pemandangan yang berhasil menarik atensi penuh dari Kai.
Seorang perempuan yang sebelumnya pernah ia lihat mengutuk sang kakak karena membawanya ke tempat konyol itu kini tampak berdiri memandangi pohon keramat yang sebelumnya ia hina.
"Kau menyukainya?"
Kai tampak terkejut. "Apa yang sedang kau bicarakan?"
"Perempuan itu, yang pernah kita lihat sebelumnya, kau menyukainya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
That Autumn - Winwin ✔️
FanfictionA Winwin's fanfiction. "Aku akan pergi saat musim gugur berakhir." Tentang Winwin dan penyesalan terbesar dihidupnya. Start: 05/10/19 Ended: 05/07/20 ©️Jeffhyun97 -2019-