Seminggu sesudah perceraian mereka, Juna melihat Calista sudah bergandengan mesra dengan lelaki yang ia pukuli tempo hari lalu. Di salah satu restoran terkenal. Saat itu ia sedang mengadakan meeting di luar kantor. Tak ada kata. Mereka hanya saling melirik dan membuang muka setelahnya.
Hanya berselang hari, wanita itu sudah memiliki kekasih sementara ia masih sendiri terjebak penyesalan. Begitu cepatnya Calista membuka hati sedangkan ia harus hati-hati memilih seseorang.
Menghilangkan kebosanan, Juna mendatangi club. Tidak untuk minum. Hanya tenggelam didalam hentakan musik dan keramaian. Ia melamun jauh. Sampai seorang wanita menepuk bahunya dari belakang. Juna melirik dan mendapati senyum lebar di bibir merah wanita itu.
"Hai, aku melihatmu sendirian dari tadi. Butuh teman?"
Juna menaikan alisnya, ia menatap dari atas sampai ke bawah wanita itu. Pakaiannya tidak terlalu terbuka. Wajahnya cukup cantik. Dan tatapannya agak membius. Dilengkapi alis yang tebal dan sebuah tahi lalat di pipi mempermanis senyum itu. Sepertinya wanita ini bukanlah penghibur disini. Tampilannya juga tak terkesan mewah. Jadi siapa dia?
"Boleh aku duduk disini?" Tanya wanita itu lagi.
***
Yuna mengandeng tangan mungil Aza menuju sebuah rumah. Anak itu sudah sering berjalan menggunakan kakinya hanya sesekali jika manjanya kumat maka ia akan minta gendong seharian. Kaki mereka berhenti melangkah setelah sampai didepan pintu. Yuna mengetuk pelan. Terdengar seruan dari dalam.
"Tunggu."
Kemudian pintu terkuak. Muncul sosok wanita dewasa yang ia biasa panggil Mbak Laura. Dibelakangnya ada anak kecil seusia Aza mengikuti dari belakang.
"Ibu mana susuku!"
"Hai Yuna. Mau menitipkan Aza?"
"Iya, Mbak."
"Lamaran kamu sudah diterima?"
"Iya, mereka memanggilku untuk wawancara hari ini. Boleh aku titip Aza? Aku takut merepotkan."
"Nggaklah, aku suka Aza. Anaknya juga baik dan tidak banyak ulah. Bukan seperti yang di belakangku ini."
"Ibu susu!" Rengek anaknya seraya menarik ujung baju ibunya.
Laura menarik napas, "Sebentar sayang. Ini ada tante Yuna dan Aza. Nanti ibu buatkan."
"Aza?" Sosok itu keluar dari belakang ibunya. Dan memandang Aza dengan sorot girang, "Aza!"
***
15 November 2019
Vote dan komen 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga tahun [End]
General FictionWaktu memang adalah hal menakutkan di dunia ini. Tak memandang pangkat, derajat, kekayaan, dan status. Ia akan terus berjalan. Tanpa diminta atau bisa dihentikan. Dan manusia pun bisa berubah karenanya. Sebelum tiga tahun dan setelah tiga tahun. Buk...