Suara ketukan pintu dikamar membuat Mayra sedikit terusik dengan posisinya saat ini. Ia tak ingin diganggu, wajahnya rusak ia sudah seperti sampah. Buruk rupa.
"Masuk" ucap Mayra ketus.
Orang itu berjalan masuk dan duduk ditepi ranjang Mayra sambil meletakkan nampan berisi makanan dan minuman. Hari memang sudah malam, Mayra tak peduli itu ia ingin wajahnya kembali, kembali seperti sedia kala.
"Non. Dimakan dulu ya Non. Dari tadi siang sampai sekarang Non belum makan" ucap bibi.
"Ngga bi. Mayra udah ngga cantik"
"Non tetep cantik"
"Wajah Mayra udah rusak. Mayra udah kaya sampah"
"Non Mayra akan selalu tetap cantik. Bukan masalah cantik wajahnya Non. Yang penting hati, hati Non Mayra yang selalu cantik"
Mayra hanya tersenyum dan mengusap air mata diwajahnya.
"Non Mayra harus tetap semangat. Nyonya sama Tuan harus pergi keluar mengurus perusahaan. Ada Den Marchel dan Adit. Jalani hari hari seperti biasa"
"Ngga bisa. Mayra pasti dibully"
"Non Mayra ngga perlu khawatir kan ada Den Adit yang selalu sama Non. Hidup itu bukan untuk ngedengerin hinaan cacian orang lain. Non Mayra bukan hanya cantik dari wajah tapi dari hati"
"Kalau hati Non Mayra cantik. Wajah Non akan selalu cantik dan bersinar"
"Makasih bi" ucap Mayra tulus. Mungkin benar apa yang dikatakan pembantunya. Mayra terlalu memperdulikan cacian atau mungkin hinaan orang lain nanti.
****
Lima hari kemudian...
Mungkin ini sudah takdir, tuhan sudah menggariskannya. Tidak mungkin Mayra akan berdiam diri lebih lama lagi. Dia butuh udara luar yang lebih sejuk dari kamar yang senyap. Air mata tidak akan bisa menyembuhkan wajahnya. Mayra harus bangun dari keterpurukan, berani melawan caci dan makian orang orang luar. Memang sudah takdirnya ia diberi cobaan itu.
Dengan berpakaian putih abu abu rapi juga rambut panjang yang di gerai untuk menutupi sebagian wajahnya, Mayra memasukkan semua buku bukunya kedalam tas dan bersiap berangkat sekolah. Hari ini ia diantar Marchel, karena memang itu amanat kedua orang tua Mayra untuk Marchel menjaganya.
Sesampainya didepan gerbang, Mayra berjalan sedikit canggung karena tatapan semua orang dengannya. Cepat atau lambat semua orang akan tahu kondisinya yang--- buruk rupa. Banyak bisik bisik membicarakan luka permanen diwajah Mayra. Hatinya seperti teriris ribuan pisau saat orang itu mengatakan bahwa dirinya sudah tak cocok lagi untuk Adit.
Mayra tersentak kaget saat dirinya didorong oleh seorang cewek.
"Heh. Ngapain lo sekolah" ucapnya dengan gaya angkuhnya.
Memang sudah lama Mayra tidak sekolah, mungkin kurang lebih hampir dua minggu dan keadaan sekolah sudah berubah. Namun tiba tiba perkataan pembantu dirumahnya terlintas dipikirannya. Ia harus kuat harus melawan orang yang menghinanya. Cantik tidak melulu berasal dari wajah tapi dari hati.
"Gue belum dikeluarin. Jadi apa hak lo ngelarang gue" ucapnya berusaha setenang mungkin.
"Lo itu udah buruk rupa, nerd nerd disini masih lebih mending dibandingkan muka lo yang buruk rupa" ucap cewek itu dengan diakhiri tawa mengejek.
Ingat!!! Hidup bukan untuk mendengar hinaan orang lain.
"Lo. Disini ngga ada apa apanya kalau ngga ada Adit. Dulu gue yang suka sama Adit tapi lo rebut orang yang gue suka. Dasar perusak"
Mayra tetap diam menunggu cewek itu melanjutkan ucapannya.
"Lo itu udah ngga pantes buat Adit. Lo udah cacat, muka lo rusak. Gue mau lo putusin Adit"
"Ngga" jawabnya cepat.
"Lo itu udah ngga pantes. Mayra Mayra. Masih ngga nyadar kalau lo udah jadi Mayra yang buruk rupa. Lo itu udah ngga cantik"
"Gue ngga akan biarin cewek kaya lo jadi pacarnya Adit"
"Oh. Berani lo nglewan gue... " ucap Niken--- cewek itu dan kemudian mendorong Mayra dan menyudutkannya ketembok. Tangannya ia angkat untuk mencengkeram dagu Mayra.
Niken--- dia memang cantik, sudah banyak laki laki yang ia permainkan. Laki laki yang disukai Niken hanya satu--- Adit. Kepribadiannya yang centil dengan make up tebal dan pakaian yang pas pasan dengan tubuhnya.
"Mau lo tutupin pake rambut wajah buruk rupa lo bakal diliat juga. Ngerti?" ucapnya dengan tatapan tajam.
"Heh. Kalian semua harus tau kalau Mayra yang kalian kenal sebagai pacar Adit. Sekarang udah jadi sampah, buruk rupa" ucapnya lantang untuk memanggil orang orang yang berjalan beriringan di koridor.
"Lepasin atau lo angkat kaki dari sekolah ini"
Suara itu, Mayra kenal betul. Suara berat itu adalah suara milik Adit. Ia datang menolongnya, tapi tidak semudah itu menyembuhkan luka dihatinya. Mungkin ini saatnya ia benar benar serius untuk memutuskan hubungannya. Bersama Adit saat ini bukan pilihan yang tepat, pasti Adit akan ikut dalam hinaan orang orang diluar sana.
"Dia udah ngga cocok buat lo. Mukanya aja udah rusak" ucap Niken membela diri.
"Emang lo cocok buat gue?" tanya Adit dingin.
"Gue cantik. Banyak orang yang suka, gue bisa aja tulus ngejalanin hubungan tapi itu sama lo"
"Lo ke ruang kepala sekolah sekarang dan ambil surat DO disana" ucapnya cepat. Terlalu muak mendengar kesombongan cewek didepannya.
"DO? Atas dasar apa Dit? Gue ngga ngelakuin kesalahan apapun" enak Niken.
"Beberapa menit yang lalu itu adalah tindak kekerasan"
Terlihat jelas, wajah Niken merah padam tanda ia sedang menahan amarah. Ia berjalan cepat menuju ruang kepala sekolah. Tidak semudah itu ia akan membiarkan dua orang yang sudah mempermalukannya didepan umum itu bersenang senang. Ada waktunya dua orang itu harus berpisah dengan tragis.
Adit mengulurkan tangannya dan diterima oleh Mayra. Mayra segera berdiri dan merapikan kembali rambutnya yang berantakan.
"Ngga papa?" tanyanya disertai senyuman tipisnya.
Mayra hanya menggeleng dan duduk di bangku yang ada disampingnya disusul dengan Adit.
"Dit. Putusin gue" ucap Mayra sambil menunduk terlalu lemah untuk menatap sorot mata Adit.
"Kenapa? wajah kamu?" ucap Adit berusaha untuk setenang mungkin. Saat ini ia tidak boleh tersulut emosi.
Mayra hanya mengangguk dan memang benar ucapan Adit "Aku udah ngga cantik" ungkapnya masih dengan menunduk.
"Aku jadiin kamu pacar bukan hanya sekedar kamu cantik tapi hati kamu yang juga cantik"
"Ngga cukup kalau cuma hati aja yang cantik Dit"
"Kamu tahu? cowok yang tulus mencintai itu ngga mandang fisiknya"
"Tapi tetep aja Dit. Kamu bakal ikut dihina kalau kamu sama aku masih ada hubungan"
"Oke. Besok kamu siap siap, aku udah cari tahu klinik kecantikan yang paling handal didunia"
"Hah? Maksud kamu? Operasi plastik? " ucap Mayra kaget.
"Karena kamu disebut buruk rupa kan? Aku ngga akan biarin kamu putus semangat, kita ngga cuma berobat disana kita liburan"
"Aku udah dua minggu ngga sekolah"
"Home schooling" jawabnya tenang.
"Kita pulang sekarang, hari ini kamu jangan sekolah besok pagi kita berangkat"
****
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend (New Version)
Fiksi Remaja[CERITA PERTAMA PUEBI MASIH BERANTAKAN] Ganti judul,,, judul awal my possessive boyfriend Follow akun penulis sebelum membaca Rank #1 in possessive [24-11-20] ~o0o~ Pacaran sama Aditya Erikson tuh beda. Rada-rada posesif dan ngelakuin sesukanya sen...