At Coffee Shop
"unnie tidak ada acara lain setelah ini?" tanya chaeyoung pada jisoo yang tengah asik dengan game pada ponselnya,
"nope. Tapi sebentar lagi sepertinya lisa akan kemari" jawab jisoo.
Chaeyoung dan jisoo tengah menghabiskan akhir pekannya di coffee shop yang tidak jauh dari apartemen lisa, biasanya jisoo menghabiskan waktunya bersama lisa, wendy, seulgi dan juga bambam, namun sepertinya mereka memiliki kesibukan lain. Apalagi mengingat bambam yang akan terbang kembali ke Thailand untuk waktu yang cukup lama, sudah pasti lah bambam tengah disibukan dengan berkas yang harus ia siapkan dan juga mem-pack beberapa barang yang akan ia bawa.
"aaah begitu" chaeyoung pun menganggukan kepalanya mengerti,
Jisoo pun menghentikan aktifitasnya dan meletakan ponselnya.
"ngomong-ngomong, bicara soal lisa, aku jadi teringat kejadian di koridor. Tolong jawab dengan jujur chaeyoung-ah, sebenarnya apa yang kalian bertiga rencanakan? Aku yakin ini bukan hanya kebetulan" ucap jisoo, dengan nada yang begitu tenang dan tidak terkesan mengintimidasi, namun apa yang keluar dari mulut jisoo membuat chaeyoung terdiam, ia mulai salah tingkah dan kebingungan harus menjawab apa,
Chaeyoung menggigit bibir bawahnya dan berusaha mati-matian menghindari kontak mata dengan jisoo yang terus saja menatap ke arah matanya.
Sampai pada akhirnya chaeyoung pun menghembuskan nafasnya dan memberanikan diri untuk membalas menatap mata jisoo,
"okay aku akan ceritakan semuanya, tapi aku mohon unnie, jangan marah padaku, irene dan jennie unnie. Ini semua benar-benar spontan dan tidak ada sedikitpun niat buruk untuk semua ini--" chaeyoung menjeda ucapannya dan meraih ponselnya, mencari sesuatu yang membuat jisoo menatapnya bingung, tidak lama kemudian chaeyoung memberikan isi chatting group mereka bertiga diponselnya.
Jisoo meraih ponsel chaeyoung dan membaca seluruh isi chatting tersebut, dan ya...bisa dikatakan jisoo terkejut dan juga tidak. Jisoo selalu memikirkan kemungkinan terburuk pada setiap hal, dan akhirnya hal yang selama ini cukup mengganggu pikirannya terjawab sudah.
Jisoo mengembalikan ponsel chaeyoung dan kembali menatap mata chaeyoung,
"chaeyoung-ah, jangan khawatir. Aku tidak akan marah pada kalian, dan aku juga tidak terkejut dengan ini karna aku tau kalian pasti sedang merencanakan sesuatu, yang membuatku terkejut disini adalah lisa...kalian menjadikan lisa bahan taruhan, apa kalian memikirkan konsekuensinya jika lisa mengetahui hal ini?" mulai terdengar kekhawatiran pada pertanyaan jisoo. Tidak heran, karna kembali lagi, jisoo selalu memikirkan kemungkinan terburuk pada segala hal.
"aku tau unnie, aku menyesali ini semua saat melihat reaksi lisa ketika jennie unnie meminta lisa untuk menjadi kekasihnya. Aku kira lisa akan protes atau bahkan mencari tau alasan jennie unnie memintanya menjadi kekasihnya, tapi ternyata dugaan kami salah, terutama aku. Aku sangat menyesal unnie dan aku tau konsekuensi atas perbuatan kami, aku akan menerimanya kalau kau, seulgi dan lisa membenci kami atas hal ini" jawab chaeyoung lirih, jisoo mencoba mencari kebohongan di mata chaeyoung dan ia tidak menemukannya, chaeyoung terlihat betul-betul menyesali perbuatannya,
Jisoo menggigit ujung kukunya membayangkan reaksi lisa ketika ia mengetahui semuanya, kemudian ia menggelengkan kepalanya cepat untuk mengembalikan kesadarannya dan kembali menatap chaeyoung,