Bab 22: Say Something

1.6K 228 84
                                    

Heli yang mereka naiki tiba di hanggar darurat yang dibuat di balkon rumah yang luas. Mikoto turun dengan menggenggam tangan Hinata yang dingin dan membantu gadis itu untuk turun dari kokpit.

Sakura yang tengah berada di dapur untuk menyiapkan makan malam bersama Itachi menjadi terkejut saat mendengar suara super ribut dari lantai atas rumahnya, jadi dia membawa tangan Itachi sembari membawa pisau di tangannya yang lain. Dengan pelan, mereka mematikan lampu yang berhasil mereka capai dan merayap di sepanjang dinding. Tidak ada yang tahu, kan, apa yang akan menyambut mereka di balik pintu?

Akan tetapi, kekhawatiran Itachi dan Sakura sirna begitu saja ketika melihat wajah Mikoto yang tegang di balik pintu.

Sembari menyiapkan senyum terbaik yang bisa mereka berikan, Itachi membuka pintu dengan pelan, lalu melangkah ke balkon. Dia bisa melihat wajah muram Sasuke yang berdiri dengan tidak mantap di hadapan Kakashi, tapi Itachi berusaha mengabaikan adiknya itu dan tersenyum kepada ibunya.

"Ayo masuk, Bu. Ada apa sampai Ibu menggunakan heli ke sini?" tanya Itachi ramah. Dia mengabaikan Hinata sepenuhnya dan membimbing ibunya untuk masuk ke dalam rumah, ke ruang keluarga di lantai dua. Sakura menyilakan Sasuke dan Hinata serta Kakashi untuk mengekori Itachi ke ruang keluarga.

Setelah mereka duduk, Sakura dengan ramah berbicara, "Itachi-kun, aku akan membuatkan kopi. Udara malam sangat dingin ...."

Akan tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang mengkhawatirkan betapa dinginnya cuaca malam hari di awal musim gugur. Yah, autumn wind sudah mulai bertiup dan itu terasa menusuk lebih seperti angin musim dingin. Ketika Sakura menawarkan kopi, tidak ada satu pun yang mengangguk, tapi Mikoto menatapnya. Sorot matanya tampak sedikit lebih lembut saat ia berbicara, "Tidak perlu. Ada yang ingin kami bicarakan sekarang. Kamu juga ikut, Sakura."

Sakura mengangguk, lalu dalam diam mengambil posisi di samping Itachi. Sasuke dan Mikoto menatap gadis itu dengan tatapan redup sampai gadis itu duduk dengan tepat.

"Baiklah. Jadi, aku sebagai Ibu kalian, akan mengonfirmasi satu hal," ucap Mikoto, suaranya tegas dan dalam. Dia mengalihkan tatapan ke satu per satu anak-anaknya di ruangan tersebut. Mereka semua menunduk, tampak gugup. "Jadi, Sakura, Sasuke, bisakah kalian sendiri yang menjelaskan semua rencana yang telah kalian buat?"

"Hm?" gumam Sakura kaget, dia membelalakkan matanya. Mengapa ibu mertuanya menyuruhnya untuk menjelaskan rencana mereka? Rencana apa?!

Tunggu sebentar! Rencana ... yang Ibu maksud pasti bukan 'itu', kan?

Dengan mata membulat, Sakura bergantian memandang Mikoto yang masih berwajah keras, lalu ke wajah kusut Hinata, ke wajah Itachi yang bingung, dan berakhir ke wajah Sasuke. Setengah wajah tampan pria itu tertutup oleh kegelapan yang diciptakan oleh bayangan rambutnya yang terurai, tapi mata hitamnya yang berkilat terlihat jelas. Mulutnya yang sensual tampak kaku saat dia berbisik, "Ceritakan saja. Aku kalah."

Pupil mata Sakura menyusut. Tidak! Oh, Tuhan ... jangan katakan bahwa rencana yang dimaksud Ibu adalah rencana yang itu. Tidak tidak tidak!

Tapi sorot kesedihan dari mata Sasuke adalah nyata dan itu jelas bukan ilusi. Bahu Sakura yang tegang menjadi lusuh dan dia menundukkan pandangannya.

Yah, mau bagaimana lagi ....

"Aku ...," lirih Sakura, berpikir menceritakan dari awal dan memulai kisahnya. Hinata di sampingnya menahan napas, mengantisipasi kejutan yang mungkin dia akan segera dapatkan, "... aku bertemu Sasuke tahun lalu saat masih bekerja menjadi kasir.

"Pada saat itu, aku selalu berpikir bahwa Sasuke itu sesempurna malaikat. Dia baik dan tampan, juga kaya. Dia tidak seperti teman-temanku di sekolah yang selalu mengejekku sebagai anak petani yang miskin, tapi selalu memberiku semangat. Aku tahu aku harus mempertahankan teman sebaik Sasuke-kun, tapi semua berubah saat dia memintaku menjadi pacarnya. Aku terlalu bahagia sampai tidak berpikir bahwa dia pasti hanya bercanda.

"Itu kenapa ketika aku mengetahui bahwa gadis yang dibawa Itachi ke rumah mereka sebenarnya adalah kekasih hati Sasuke yang asli, hatiku hancur dan aku tidak bisa menahan betapa kosongnya rasanya hidupku, tapi aku masih bertahan karena Sasuke tidak pernah menyinggung rencana untuk putus denganku.

"Akan tetapi, setelah itu, aku selalu tersiksa. Sasuke tidak bahagia berada di sisiku, jadi aku menulis sebuah rencana," jelas Sakura. Mata hijaunya yang besar tampak berkilau karena air mata yang tertahan saat ia menatap wajah Sasuke yang terkejut. Lalu, mengetahui bahwa Sasuke mendengarkan ceritanya, Sakura mengalihkan pandangan ke Mikoto dan kembali melanjutkan ceritanya, "Ya, aku membuat rencananya; rencana bahwa aku akan menukar diriku dengan Hinata saat acara peresmian kantor cabang, sehingga Sasuke pastinya akan bertanggung-jawab terhadap apa yang dia mungkin lakukan selama dia mabuk kepada Hinata-san. Aku mengatakan rencanaku pada Sasuke, tapi dia menolak dan mengutukku karena berpikiran seperti itu. Akan tetapi, aku tetap melanjutkan rencanaku."

Mata hitam Sasuke membelalak mendengar cerita itu. Dia ... apa Sakura bodoh? Bukan itu kenyataannya!

"Ya, akhirnya, rencanaku berjalan sempurna. Aku berhasil bertemu Mei-san. Wanita itu memiliki dendam untuk keluarganya, jadi begitu melihat bahwa ada peluang untuk menghancurkan nama baik adiknya lewat rencanaku, dia akhirnya menyetujui untuk bekerja sama dengan—"

Sayangnya, Sasuke sudah tidak kuat mendengarkan setiap kebohongan yang meluncur dengan mulut gadis itu, jadi dia bangkit dan berteriak, "Tidak! ITU BOHONG! SEMUA YANG DIKATAKAN SAKURA ADALAH BOHONG!"

Sakura mengernyit dan membelalak. "Apa yang kukatakan itu benar!"

Tapi bahkan, walaupun berteriak menyatakan bahwa dia benar, air mata yang jernih mengalir dari mata hijaunya ke pipi.

Sasuke terbatuk. Kali berikutnya dia bicara, suaranya lemah, bergetar, dan serak. Bahunya yang biasanya tegap tampak melorot jatuh dan punggungnya membungkuk.

"Sakura bohong. Aku yang memerintahkannya untuk melakukan semua itu. Aku membuatnya mengorbankan dirinya agar aku bisa bersama gadis itu!" teriak Sasuke. Dengan lembut, dia mengalihkan pandangan ke wajah Hinata yang kaget. "Hei, Hinata, kau tahu siapa yang aku maksud?"

Hinata mendongakkan kepalanya, matanya yang jernih terbelalak kaget.

"Ya, gadis itu adalah kamu."

Kalimat Sasuke yang pelan terdengar seperti guntur yang memekakkan di tengah badai musim panas yang ganas. Itachi yang pada dasarnya tidak mengetahui apa pun terbelalak kaget sampai dia bahkan kesulitan mengambil napas, lalu pengakuan Sasuke hanya membuat jantung Mikoto terasa sakit karena seburuk apa pun Sasuke, Mikoto percaya pemuda itu akan setak berhati seperti itu sampai rela menghancurkan kebahagiaan orang lain demi dirinya sendiri. Hinata masih tetap menatap pria yang hancur di hadapannya dengan mata lebar, air matanya yang jernih seperti kristal berdenting ketika meluncur melewati pipinya yang tembam.

Di lain pihak, Sasuke sudah menyiapkan segalanya. Bagaimana pun juga, dia tahu betapa besarnya cinta Sakura untuknya sampai rela berkorban begitu, dan Sasuke juga tahu betapa tak terbatasnya cinta Hinata untuk Itachi. Demi dirinya sendiri, Sasuke sudah merampas cinta mereka semua. Dengan itu, Sasuke pikir dia sudah lebih jahat dari pada siapa pun, bahkan iblis sekalipun. Karena itu, akhirnya dia menyerah sekarang. Dia tidak kuat membawa beban kejahatan sebesar itu lagi di pundaknya.

Detik berikutnya, mata hitam Sasuke yang tanpa cahaya dan kosong, menatap ke arah Hinata. Mulutnya yang sensual menyunggingkan satu senyuman tipis yang sedih.

"Nah, aku sudah mengatakan kebenarannya," ucap Sasuke. Senyumnya yang lembut secara tidak wajar masih bertahan di mulutnya dan mata hitamnya menjadi kelam seperti malam. "Jadi, Hinata, ayo katakan sesuatu ... katakan sesuatu dan aku akan melepaskanmu ...."
























****

T/N

AARRGGGHHHHH!!! GAO NANGIS PARAH NULIS BAGIAN INI!

Dear, kawaii watashi no reader-tachi, jadi bagian ini adalah puncak dari semua plotnya.

Gao itu punya kepribadian yang mirip seperti penulis novel online kesayangan Gao, Mo Xiang Tong Xiu, dari situs jjwxc. Kami sama-sama menulis satu novel dan membuat plot hanya karena satu adegan, jadi adegan di bab ini adalah apa yang menjadi alasan utama mengapa Gao menulis ini.

Gao ... Gao berharap kalian belum pergi dari sini.

Salam penuh hati
Gao Yasuko~

Say Something And I'll Give You Up {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang