*translate bahasa jawa ada di komen ya
Hari ini hari Senin yang dibenci orang-orang, tapi Airlangga suka. Sejak masuk semester 7 ini Airlangga jadi makin semangat kuliah karena emang matkulnya makin dikit dan dia makin banyak waktu luang.
Ada kuliah jam 9 pagi dan Airlangga sampe kampus jam 8. Terlalu pagi, tapi mau gimana lagi, Ical ada kelas setengah 9 jadi mau ga mau harus berangkat cepet.
Sebenernya sih Airlangga bisa minta anter supir, tapi dia ngga seberapa suka naik mobil, enakan naik motor sama Ical bisa nyalip-nyalip.
Akhir-akhir ini Jogja udah mulai hujan jadi Airlangga bawa payung lipat kemana-mana. Sekarang aja mendung gelap, Airlangga jadi ngantuk. Akhirnya dia mutusin buat langsung ke kelas karena kayaknya kelasnya emang kosong, nggak ada yang make sebelum kelas dia.
Tapi ternyata banyak adik tingkatnya pada duduk diluar kelas. Airlangga bingung."Ada kelas?" Tanya Airlangga pada salah satu juniornya yang duduk di bangku depan kelas.
"Eh.. iya mas, kelas penggantinya pak Rusdi. Mas ada kelas?"
"Iya, tapi jam 9 sih. Terus kenapa pada diluar?" Tanya Airlangga.
"Lagi kuis, dipanggilin tiga-tiga. Jadi yang lain nunggu diluar" Jawab juniornya yang bernama Dinar.
Karena malas turun lagi ke lantai satu, Airlangga akhirnya memutuskan untuk duduk disitu saja bersama para juniornya.
Sebenernya sih juniornya ini rata-rata seumuran sama Airlangga, cuma kayaknya nggak ada yang tau dan Airlangga nggak berniat ngasih tau.
Dia nggak pernah dipanggil Mas kalo nggak di kampus, jadi dia seneng."Mas Er kok disini?" Tanya seseorang. Airlangga yang fokus pada HPnya mendongak mendapati seorang perempuan, namanya Gista, Juniornya juga.
"Hah.. iya ada kelas jam 9" jawab Airlangga. Gista lalu duduk disampingnya membuat Airlangga sedikit bergeser karena tidak biasa dekat-dekat dengan perempuan, apalagi yang secantik Gista.
"Kok ga nunggu di kantin?" Tanya Gista.
"Males turun lagi. Tadi rencananya mau tidur bentar di kelas, taunya dipake PHL" jawab Airlangga diiringi senyum. Gista mengangguk "Gista udah kuis?"
"Udah... barusan aja" jawab Gista, kini giliran Airlangga yang mengangguk "mas, boleh nanya nggak?"
"Nanya aja, sebelum aku kasih tarif"
"Kenapa selalu bawa ukulele kemana-mana?" Airlangga memandangi ukulele yang dia letakkan di depan kakinya.
"Biar nggak gabut" jawab Airlangga.
"'kan bisa main hp"
"Sakit mata aku main hp kelamaan, gasuka" jawab Airlangga, Gista memandanginya cukup intens membuat Airlangga sedikit tidak nyaman.
"Oh.." Gista berucap "pantes chatku jarang dibales..." suaranya pelan, namun Airlangga bisa mendengarnya.
"Maaf ya hahahaha...." Airlangga tertawa canggung "aku conversation killer soalnya" itu benar, Airlangga jarang membalas chat dari perempuan-perempuan yang berusaha mendekatinya karena dia conversation-killer, dia terlampau biasa dalam membalas chat. Tidak cuek, tidak cerewet juga. Dia menjawab dengan seadanya, sekenanya, seenaknya.
Airlangga lebih senang kumpul dengan teman laki-lakinya di orkestra yang juga sejurusan dengannya.
Banyak teman perempuan yang sangat ingin mendekatinya tapi Airlangga seperti punya tembok tinggi tak kasat mata yang tidak bisa dilewati siapa saja. Tanpa dibumbui dengan kisah cinta, cerita perkuliahan Airlangga sudah cukup menyenangkan.
Dia pernah puas mengata-ngatai kakak tingkatnya menggunakan bahasa jerman. Dia pernah bolos dengan teman-temannya ke Mall dan nonton film. Dia pernah tampil solo memainkan biolanya di inagurasi ospek jurusannya, yang membuatnya dikenal banyak adik tingkat dan menggaet beberapa fans yang suka histeris kalau Airlangga balik menyapa mereka.