"Donghyuck, kalau ada yang bilang padamu patah hati itu lebih baik daripada sakit gigi, tempeleng saja. Orang itu pasti cuma mau mengerjaimu,"
"Kau belum pernah sakit gigi, Na. Perkataanmu tidak valid,"
Lee Donghyuck berkata seraya melempar kacang telur di tangannya ke udara lalu menangkapnya dengan mulut. Jaemin yang bergulung di dalam selimut di sampingnya melemparinya dengan tissue bekas yang baru saja dipakainya untuk menyusut ingus. Dia sedang kena flu dan sejak Donghyuck datang belum pernah berhenti membersit hidungnya yang berair. Sakit flu di kala musim panas sebenarnya terlihat konyol. Salah Jaemin sendiri yang non-stop menyalakan mesin pendingin di kamarnya dengan suhu super rendah, padahal sudah tahu badannya lebih terbiasa dengan ruangan yang hangat. Orang bilang patah hati membuatmu melakukan hal-hal tidak masuk akal, dulu Jaemin sanksi akan hal itu, sekarang dia kena batunya.
"Aku sedang sangat patah hati, kau harus lihat betapa menyedihkannya diriku sekarang,"
Donghyuck memandang temannya yang dikenalnya sejak sama-sama masih belia itu dengan pandangan menilai. Mukanya kusut, hidungnya beler, rambutnya yang entah sejak kapan dia warnai jadi merah muda terlihat awut-awutan, kantung mata tebal bergelayut di bawah matanya, dan tubuhnya yang bergelung di dalam selimut dikelilingi dengan kertas-kertas partitur di kanan kiri beserta buntalan tissue dan bungkus camilan. Jaemin benar, dia terlihat sangat menyedihkan.
"Kau memang menyedihkan, aku turut berduka cita." Donghyuck mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Jaemin. Hal yang pada detik berikutnya segera dia sesali. Rambut Jaemin bukan hanya terlihat awut-awutan, tapi juga kumal, berkeringat, dan bau. Mengejutkan jika mengingat Jaemin adalah salah satu orang yang cukup peduli dengan higienitas dalam lingkaran pertemanan mereka.
"Ew, Na Jaemin. Patah hati membuatmu tidak mandi berapa hari?"
"Aku bahkan tidak punya minat untuk bergerak dari sini,"
"Jadi kau pipis juga di kasur?"
"Tentu saja yang itu tidak! Pertanyaanmu terdengar bodoh, Hyuck,"
Kau jauh terlihat lebih bodoh. Donghyuck mengomeli sahabatnya dalam hati. Untuk kali ini, Donghyuck membiarkan omongannya terkunci di dalam mulut. Ini pertama kalinya dia melihat Jaemin dengan kondisi sekacau ini. Bahkan ketika kalah di pertandingan final Bulu Tangkis Tunggal Putra di turnamen antar sekolah tahun lalu, Jaemin tidak seburuk ini. Setidaknya, dia masih mampu bersikap layaknya jagoan dan memasang mimik wajah seolah semuanya baik-baik saja. Jaemin, masih dengan bibir yang ditarik lebar bilang kepada rekan-rekannya, "Jadi nomor dua di final masih keren, kok."
Waktu itu Donghyuck hanya mendengus karena dia tahu Jaemin tidak berkata jujur. Jaemin hanya berusaha menghibur teman-temannya (atau mungkin dirinya sendiri, atau mau terlihat sok keren, entahlah yang mana). Padahal sebelum itu, Donghyuck sempat memergoki Jaemin yang sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri di toilet, merutuki kesalahannya saat melakukan serve dan membuat lawannya menang tipis. Hal yang tadinya ingin Donghyuck jadikan bahan ejekan namun kemudian urung jika mengingat determinasi Jaemin untuk mempersembahkan trofi juara pertama untuk sekolah mereka sebelum lulus Sekolah Menengah Pertama.
Jadi Donghyuck menyimpan memori tentang Jaemin di toilet baik-baik dalam kotak ingatannya. Siapa tahu bisa digunakan untuk black mail di hari tua mereka. Orang bilang, ketika tua nanti hal-hal yang membuat kita sakit ketika masih muda akan jadi bahan tawa ketika kita menua. Donghyuck pertama mendengar hal itu dari Ayahnya, dan secara ajaib kata-kata itu menjadi salah satu hal yang paling dia kenang dalam hidupnya. Memori manusia memang bekerja secara selektif.
Mungkin, Jaemin yang terlihat sedang kacau sekarang ini pun bisa menjadi salah satu tabungan memori untuk mereka tertawakan bersama di lain waktu nanti. Semoga saja begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Patah | Jaemren
FanfictionKata orang sakit gigi lebih sakit daripada patah hati, tapi Jaemin tidak percaya itu lantaran patah hati pertamanya merusak rencana liburan musim panasnya. Donghyuck sebagai teman sekaligus utusan Renjun berusaha membantunya mengurai urusan hatinya...