Part 6

758 27 0
                                    

Arga masih menutup mata dan menyentuh pinggangku dengan kedua tangannya. Perlahan tangannya bergerak seperti mengusap-usapku, lalu semakin ke atas...


Ia masih memejamkan matanya, tidak bisa melihat ekspresi wajahku yang sebetulnya kebingungan.



Tidak! Bukan seperti ini yang kumaksud! Mengapa Arga... Bereaksi seperti ini? Aaaagh!



Aku meloncat, sebelum terjadi hal-hal tidak diinginkan dan di luar nalarku. Merapikan pakaianku sekejap lalu tanpa melihat wajahnya, aku berjalan cepat masuk ke kamar, dan mengunci pintu.



Kusandarkan tubuhku pada daun pintu. Aku merosot ke lantai.



Apa yang tadi kulakukan? Bagaimana bisa aku melakukan hal itu? Aku hanya ingin menggertaknya! Aku pikir, ia mungkin akan memberontak atau paling tidak menolak halus tindakanku. Tapi kenapa ia malah menyambutku?



Ini namanya senjata makan tuan.



Ya Tuhan... Rasanya aku tak akan punya muka lagi untuk bertemu dengannya.



**********



Seorang wanita cantik masuk ke ruang kantorku yang setengah berantakan. Tubuhnya tinggi dan anggun. Ini masih pagi sekali. Aku baru merapikan beberapa file yang sedikit berserakan. Dan kembali menyusun file-file klienku yang terdaftar untuk bulan ini. Ada sekitar 25 pernikahan yang harus kami tangani bulan ini. Cukup padat.



"Halo. Mbak Sofia?" Ia mengulurkan tangan menyalamiku. Aku menyambutnya.



"Ya. Silakan duduk. Maaf masih agak berantakan." Aku tersenyum dan mempersilakannya mengambil kursi. "Mbak datang pagi sekali? Saya pikir lebih siang?"



"Ya. Saya sangat bergegas, Mba."



"Bagaimana?" Aku memfokuskan perhatianku padanya setelah memesan 2 gelas mochaccino untuk kami.



"Aku ingin pernikahan untuk tanggal 14. Bisa, Mbak?"



"Maksud Mbak Hani, tanggal 14 bulan ini?" Aku terkejut.



"Ya. Bisa kan? Please, aku akan bayar berapapun."



Aku mengecek beberapa file dengan tanggal tersebut. Ada 3 pernikahan yang harus kutangani pada hari itu. Dua di Jakarta, dan satu di Bandung. Lumayan padat.



"Baiklah, tak masalah. Sudah memilih tempat?"



"Sudah. Bali."



"Apa?!"



"Please, Mbak."



Wanita cantik di depanku ini adalah seorang janda beranak satu yang berprofesi sebagai pengusaha. Ia adalah menantu dari pemilik perusahaan terkenal di negeri ini. Meskipun hanya menantu, namun rupanya ia mempunyai bakat alamiah dalam berbisnis. Menggantikan posisi suaminya yang telah meninggal, perusahaan kian pesat di tangan dinginnya.



Kami memang ada temu janji hari ini. Tapi aku pikir bukan ia yang hendak menikah, dan kalaupun ya, tidak dalam waktu satu Minggu ke depan. Di Bali pula! Berita ini pasti akan membuat Indonesia geger jika sampai bocor.



"Baiklah. Akan kuatur. Jangan khawatir. Sudah punya pilihan untuk vendor-vendor yang akan menanganinya?" Refleks aku dengan cekatan mengambil beberapa contoh dekorasi dan catering. Sambil mengambil file baru untuk mencatat data-datanya.



"Saya serahkan semuanya pada Mbak Sofia. Saya percaya Mbak tahu yang terbaik. Acara kami tertutup, hanya untuk 200 undangan. Saya ingin konsep outdoor tapi di tempat yang privasinya sangat terjaga."

She or He? (Telah dinovelkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang