Pindah lagi

305 24 83
                                    

"Ini udah yang kesekian kalinya kamu berulah, bikin papa malu dengan kelakuan kamu. Emang apa yang kamu dapat dengan berantem?! Pokoknya keputusan papa sudah bulat jika disekolah baru nanti kamu melakukan hal yang sama. Kamu bakalan tinggal di Amerika sekalian sekolah disana, biar Reynand yang mengurusmu" marah seorang pria paruh baya menatap anak semata wayangnya yang tengah berlutut dihadapannya, Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mengatasi kelakuan anaknya ini.

Ia memijit pelan pangkal hidungnya, kepalanya begitu sakit setiap hari selalu saja menerima laporan dari pihak sekolah tentang kelakuan anaknya yang menjadi langganan setia di BK. Entah dosa apa yang telah ia perbuat sehingga anaknya menjadi seperti ini.

"Jangan lah pah.. Iya iya Devan janji deh gak bakalan ngulangin tapi kalau ngulangin lagi entar bakalan janji lagi, hehe" ucapnya sambil cengengesan dan dihadiahi sebuah jitakan oleh pria paruh baya yang dipanggilnya papa itu.

"Ihh kamu ini, kelakuannya sebelas dua belas sama papa kamu" Devan mengerucutkan bibirnya pada mamanya dan mengelus pelan pipi kanan yang menjadi korban cubitan oleh mamanya.

"Yaiyalah ma, kan Devan anak kandung papa sama mama. Bukan anak pungut apalagi anak adopsi" kesal Devan.

"Sudah, bangun! Ke kamar mu sana. Besok hari pertama sekolah. Ingat sekali aja keulang" ancam papanya yang menggerakkan jari dilehernya membuat Devan bergidik ngeri.

"Siap ndan!" jawabnya dengan semangat tak lupa dengan tangan yang memberi hormat dan setelahnya ia langsung berlari ke kamarnya.

Didalam kamar yang bernuansa hitam dengan langit kamar yang dipenuhi banyak bintang, Devan tengah memperhatikan pantulan dirinya yang penuh luka lebam dalam sebuah cermin.

"Padahal udah dapet memar kek gini, malah ditambahin lagi. Lama - lama badan biru semua, jadi avatar dah gua" Devan menyisir kebelakang rambutnya yang memanjang hampir menutupi matanya itu dengan kedua tangannya, menyingkirkannya agar dahinya terlihat dan mengikatnya dengan penjepit rambut pink yang berhiaskan permata milik mamanya yang ia ambil tanpa sepengetahuan darinya.

"Mana muka tampan membahana gua bonyok lagi, kurang dah daya tarik gua" Decak Devan yang mengambil kotak P3K di lemari dan mengoleskan obat pada wajahnya dengan perlahan sembari meringis kesakitan.

"Sip gua udah ganteng, jadi mandinya di pending dulu. Mending bogan (bobo ganteng) dulu lah" Devan dengan hati - hati membaringkan badannya serta menutup kedua matanya mencoba untuk mengistirahatkan tubuh, otak serta hatinya yang sudah lelah tapi tidak bisa meskipun ia telah menguap beberapa kali. Mencoba untuk berguling kesana kemari dan nempel - nempel didinding tapi tidak juga membuat kantuknya datang.

Devan menyilangkan kedua tangan kebelakang kepalanya dan menatap bintang - bintang di langit kamarnya, ingatan tentang kejadian disekolahnya terputar begitu saja di otaknya.

"Shit! Nyari temen baru lagi gua, oh iya si curut - curut apa kabar yak?" Devan langsung mengambil benda pipih yang tergeletak mengenaskan diatas nakas.

Gc Gajelas

Mane lu semua?|
Oy|
Samlekom!!|
Gila! Baru brapa hari gua gaada udah dilupain aja. |
Syedihh akutuh:(|

Rendi
|Heh kembaran miper jangan nyepam ngapa?!

Galih
|Ngopi ngapa ngopi, diem² bae

Sensian lu Ren kek perawan
Hahaha |

Sion
|Gimana kabar lo van? Lo udah disidang kan? Tambah bonyok gak lu? Hahaha

Asalkan Kau BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang