-Christmas Gift-

465 34 20
                                    

***

Angin musim dingin berhembus melalui jendela yang terbuka tak mampu membuat pemuda berperawakan mungil ini kedinginan. Pemuda itu bernama Park Jimin, ia tersenyum hangat setelah menyelesaikan rajutan tangannya.

"Jungkook pasti akan suka"

Ucap Jimin pada dirinya sendiri yang merajut syal berwarna kuning kecoklatan, hadiah natal untuk kekasihnya. Syal itu terlihat hangat, sangat pas untuk cuaca dingin seperti sekarang.

Jimin menyukai pria bergigi kelinci itu dari pertama masuk sekolah menengah. Sudah 7 tahun berlalu, ia kira ia bisa melupakan Jungkook dengan mudah, tetapi ternyata tidak.

Move on tidak segampang kelihatannya. Rasa cinta Jimin untuk Jungkook malah semakin besar, apalagi ketika mereka mulai masuk di kampus dan fakultas yang sama.

Lima bulan setelah menjadi mahasiswa baru, Jungkook tiba-tiba datang menemuinya dan mengajaknya berpacaran saat malam natal, di perpustakaan kota tempat Jimin biasa belajar. Jimin yang masih punya perasaan langsung menerima Jungkook tanpa pikir panjang.

Jimin hanya kelewat bahagia, ternyata selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Kini mereka sudah berpacaran selama hampir satu tahun. Memang bukan waktu yang singkat, tetapi Jimin masih terlihat malu-malu dan ingin menghindar karena perasaannya yang meledak-ledak tiap kali bersama Jungkook.

Jungkook kerap kali bilang kepadanya untuk bersikap biasa saja. Interaksi mereka berdua hanya sebatas skinship biasa. Jimin ingin melakukan hal yang lebih jauh dengan Jungkook, namun lagi-lagi rasa malu dan tidak percaya diri lebih mendominasi.

Tiga hari sebelum natal, Jungkook sudah mengajak Jimin untuk pergi melihat pohon natal terbesar di Namsan Tower. Maka di malam natal sekaligus anniversary 1 tahun nanti, Jimin bertekad ingin menginap dan memberikan malam pertamanya untuk Jungkook.

***

Hari natal pun tiba.

Jimin sudah bersiap-siap, padahal waktu janjian mereka masih kurang 2 jam lagi. Hadiah syal untuk Jungkook sudah Jimin masukkan di kotak dan dibungkus kertas kado berwarna kuning —warna kesukaan Jungkook— dengan rapi.

Ponsel Jimin berbunyi, nama 'Kookie<3' terpampang di layarnya yang sudah sedikit retak karena sering terjatuh. Jimin memang kadang ceroboh kalau soal barang elektronik.

"Halo, Jimin-ah?"

Suara Jungkook sangat halus ditelinga Jimin.

"Ada apa, Kookie?"

Ada jeda beberapa detik diantara mereka.

"Maafkan aku Jimin-ah, hari ini kita batal ke Namsan. Ayah tiba-tiba memberiku pekerjaan mendadak yang harus selesai malam ini"

Jimin tidak percaya dengan apa yang ia dengar, ini sudah hampir waktu mereka bertemu tapi Jungkook malah membatalkan janjinya tiba-tiba.

Jimin diam, bibirnya sedikit bergetar. Ia ingin menangis sekarang juga.

"T-tapi ini malam natal, Kookie.."

"Mau bagaimana lagi, Sayang.. Kalau aku bisa, aku akan menolak semua pekerjaan ini demi bertemu denganmu. Tapi aku tidak bisa.."

"....."

"Maafkan aku ya?"

Kecewa itu pasti, tetapi Jimin tidak ingin protes lebih jauh. Ia ingin menjadi kekasih yang baik untuk Jungkook.

"Ah, tidak apa-apa Kookie. Aku bahkan belum mandi dan bersiap." Bohong Jimin yang menahan air matanya agar tidak jatuh.

Jungkook tersenyum lega di seberang telepon. "Aku berjanji akan menggantinya di hari lain"

Just Two Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang