Seokjin meraih jaketnya, memasang itu pada tubuhnya, kemudian keluar lalu menutup pintu apartemen.
Sekarang, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran, juga hatinya. Dia pikir, minum satu gelas cappuccino hangat bisa menenangkan pikirannya. Jadi, di sini lah dia sekarang, di salah satu kafe, yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Usai memesan kopi pada pelayan, Seokjin memainkan ponselnya. Minum cappuccino hangat, belum cukup untuk menenangkan hatinya. Dia butuh seseorang, yang mengerti posisinya, juga mengerti perasaan hatinya saat ini.
Taehyung.
Dia butuh Taehyung, teman lamanya yang sudah berstatus sama dengannya, bahkan satu tingkat dibanding dirinya. Taehyung sudah jadi seorang ayah, sejak beberapa waktu lalu...
"Halo?"
"Hai, Seokjin! Bagaimana kabarmu, dan istrimu? Di sana, pasti menyenangkan, 'kan?"
Seokjin tertawa paksa, "sebenarnya ini tidak benar-benar menyenangkan. Justru malah, sebaliknya?"
"Bagaimana maksudmu?"
"Aku dan Sojung bertengkar. Kemarin, Sojung keguguran..."
"Keguguran? Gila! Bagaimana bisa?"
"Aku lupa kalau belakangan ini, emosi Sojung susah dikendalikan. Dia jadi mudah sekali tersinggung. Saat itu sebenarnya aku hanya bertanya, kapan kita berdua bisa kembali ke Indonesia, aku juga bertanya apa proses perpindahan tugas Sojung bisa disegerakan. Tapi seperti yang kubilang, Sojung langsung tersinggung."
"Tersinggung bagaimana?"
Seokjin tak buru-buru menjawab pertanyaan Taehyung, lantaran cappuccino yang tadi ia pesan, sekarang sudah tiba di hadapannya. Seokjin mempersilahkan pelayan itu menaruh cappuccino di hadapannya, kemudian tak lupa mengucapkan terimakasih dalam bahasa asing.
"Sojung marah, dia bilang kalau aku ini terlalu terobsesi dengan pekerjaan. Dia menggebrak meja di hadapanku, kemudian berdiri dengan segera. Tapi saat itu, perutnya tak sengaja membentur ujung meja. Lalu dia meringis kesakitan. Aku membawanya ke rumah sakit segera, dan saat sampai di rumah sakit dokter bilang kalau Sojung keguguran. Saat itu aku benar-benar tidak tahu kalau Sojung sedang hamil, bahkan Sojung sendiri juga tidak tahu."
"Kalian berdua tidak tahu? Memangnya berapa usia kandungan Sojung saat itu?"
"Enam belas hari."
"Enam belas hari? Pantas saja kalian tidak tahu. Bahkan waktu Yerin mengandung Nafila, aku dan Yerin baru tahu saat usia kehamilan Yerin hampir menginjak satu bulan."
Seokjin tersenyum miris, sebelum membalas, "aku harap, aku dan Sojung bisa berada di posisimu dan Yerin saat itu, berbahagia menanti kedatangan sang buah hati."
"Tuhan akan segera memberikan pengganti."
"Iya, aku tahu akan itu."
"Setidaknya dari kejadian ini, bisa kau ambil pelajarannya. Bisa jadi pertanda kehamilan Sojung berikutnya, sama seperti kehamilan sebelumnya. Jadi, kau hanya perlu lebih sabar sedikit."
"Aku selalu berusaha untuk sabar."
"Sekarang, masih ada yang ingin kau ceritakan padaku?"
"Untuk saat ini hanya itu. Aku sangat berterimakasih padamu, telah sudi meluangkan waktu untuk mendengar keluh kesahku. Omong-omong, jangan ceritakan ini pada Yerin, ya? Aku takut kalau nantinya Yerin akan menceritakan ini pada Sojung. Kau mengerti 'kan apa maksudku?"
"Akan kupastikan Yerin tidak akan tahu soal ini, percaya padaku."
"Terimakasih."
"Kalau begitu, sampai jumpa."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOJUNG ミ°end
Fanfiction#1 in Sowjin Tipikal laki-laki sejati, mungkin itulah Adipati Seokjin. Hanya satu kali jatuh hati, satu kali mencintai perempuan yang berarti dalam hidupnya. Senyumannya mungkin tidak secerah dulu, tidak selebar dan tidak semanis waktu itu. Tapi sam...