-04-Posesif

7 1 0
                                    

Seminggu sudah, Shinta tidak bertemu Alex.
Pada hari minggu pukul 09.00 pagi, Shinta dan Dini tengah melakukan perawat masker wajah.

Dini yang terduduk di samping Shinta lantas melempar ponselnya di meja hingga berbunyi membuat Shinta mengarah padanya.

"Kenapa Din?." tanya Shinta.

Dini mendengus kesal, "Kesel gue sama Rio." selorohnya.

"Ada apa emang?." tanya Shinta lagi.

"Dia malah sibuk ngurusin Katty (Kucing Rio) dari pada gue." dengusnya.

"Lo mah enak Shin, Alex selalu ngasih kabar."

"Engga ju—"

Ucap Shinta terhenti saat melihat ponselnya mendapati panggilan dari Alex. Shinta lantas mengambil ponselnya yang berada di atas meja lalu beranjak dari sofa.

Beberapa menit, Shinta memasuki kamar mandi.
Selang beverapa menit, Shinta keluar dari kamar sudah berpakaian rapih. Sedangkan Dini dengan wajah yang masih di masker, rambut cepol berantakan layaknya gembel hanya menatap iri temannya seraya melambaikan tangannya.

"Jangan lama-lama ya, Sist. Aku sendirian nih kesepian." ucap Dini.

Shinta pun melambaikan tangannya juga.
"Iya."

***

Seperti biasa, Alex menunggunya di depan kost-an Shinta.
Shinta memasuki mobil Alex lalu melajukan mobilnya.
Dan tentu saja membawa Shinta ke apartemennya.

Shinta yang memasuki ruangan apartemen Alex kebelet lantas memasuki kamar mandi dengan menitipkan tas selempangnya pada Alex.

Saat Shinta sedang di dalam toilet, ponselnya berdering membuat Alex membuka tas lalu mengambil ponselnya.
'Deon' nama kotak yang menelphonenya lantas membuat Alex menaruh ponsel Shinta di atas meja.

Shinta menghampiri Alex yang tengah terduduk mendapati wajah Alex tampak kesal.
Wanita itu mengarah pada ponselnya yang sudah tergeletak di atas meja lalu mengambilnya.
"Loh, Deon." ucapnya saat melihat riwayat panggilan tak terjawab.

Alex lantas beranjak dari tempat duduknya kemudian merebut ponsel Shinta dari tangannya. Dia berjalan memasuki kamarnya, Shinta pun lantas mengejarnya.

"Alex, Kamu kenapa?." Tanya Shinta pada Alex.

Alex menatap intens mata Shinta, "Jadi, di belakang aku kamu ngehubungi cowok lain?."

"Alex, Deon itu temen kampus ku. Engga lebih." ucap Shinta.

"Alah." kilah Alex kemudian melempar keras ponsel milik Shinta.

Shinta yang melihat ponselnya di lempar begitu saja lantas menatap kesal pada Alex,
"Kamu kenapa sih, Lex?." ucap Shinta meninggikan suaranya.

Plak. Alex melayangkan tangannya ke pipi Shinta.

Shinta memegangi pipinya seraya menitihkan air mata.

"Aku padahal sudah membagi waktu untuk kamu, loh. Deon itu ketua kelompok ku, dia pasti menelphone hanya menanyakan tugas engga lebih." ucap Shinta pada Alex seraya menangis.

Alex yang melihat Shinta menangis lantas memeluk wanita itu,
"maafin aku."

***
"Rio lagi apa?." tanya Dini pada Rio lewat telphone.

"Biasa main sama Katty." jawab pria itu.

Shinta mendecak sebal, "Katty mulu, sekali-kali napa ajak gue jalan-jalan." sungutnya.

"Emangnya tiap hari itu kemana?." balas Rio.

"Ya ampun, setiap hari ketemu di kampus engga pernah ngajak gue jalan-jalan." seloroh Dini.

"Lah, lo engga bosen liat gue mulu emangnya?." tanya Rio pada Dini.

Shinta memasuki kamar dengan cepat Dini menyapanya, "Hai Sis."

"hai." Sapa balik Shinta dengan suara sedikit sember.

Shinta menaruh ponselnya di meja rias lalu membaringkan tubuhnya di kasur.
Dini yang melihat layar ponsel Shinta pecah lantas mengarah temannya itu.

"Hp lo kenapa retak layarnya?." tanya Dini.

Shinta tak menyahuti ucapan Dini melainkan sudah terlelap.

"Dini jelek!!." suara teriak dari telphone membuat Dini hampir terlonjak dari kursi.

"Ah bodo!." balas Dini lalu memutuskan panggilannya.

Di balik mata terpejamnya timbul rasa iri pada Rio—Dini yang selalu bercanda dengan kekonyolan yang sederhana.

180 DegreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang