Chandra sudah memutuskan, kali ini dia harus berani melangkah. Gadis yang selalu menggoda dan menyusup di mimpinya akan didekati. Chandra duduk di meja kerjanya-di sebuah kubikel sempit yang berimpitan-di sebuah kantor milik pemerintah. Lelaki itu hanya menyangga kepalanya, mengetuk ujung pulpen di atas meja berlapis kaca.
"Apa yang harus kulakukan?" Chandra melipat bibir, alisnya bertaut di pangkal hidung. Suara ketukan beradu dengan suara riuh gesekan tinta printer yang menggoreskan tulisan pada lembaran kertas. Melirik ke arah printer yang gaduh, serasa Chandra melihat benda yang menjulurkan lidah kertas itu mengejek kejomloannya. Meledeknya bahwa sampai sekarang dia masih nyaman dengan kesendiriannya.
Tak hentinya dia bergumam. Sungguh aneh jatuh cinta. Terlebih pada gadis yang menurutnya unik. Ya, Prita sungguh unik. Gadis itu ternyata memakai topeng di balik riasan tebalnya. Namun, riasan itu justru menonjolkan sisi kecantikannya. Chandra penasaran dengan keaslian Prita. Prita yang katanya mempunyai sebuah tanda lahir di area pipi hingga matanya.
"Prita, entah kenapa semua tentangmu membuatku penasaran," gumam Chandra. Lelaki itu mendesah panjang, mengambil gawai yang tergeletak di mejanya. Buru-buru digesernya jari tengahnya di atas layar sentuh membentuk sebuah pola. Jarinya menyentuh simbol aplikasi percakapan dan mencari nama Cinde di deretan beberapa nama yang masuk di percakapannya.
Chandra : Cin, minta nomernya Prita.
Tak perlu menunggu lama, balasan datang dengan ditandai getaran di gawainya.
Adek : Buat apa Mas?
Chandra : Nanya mulu ih? Cepet gih kirim!
Adek : Bawain pizza ntar sore atau 🤐
Chandra : Beres ... cepat kirim!
Adek : Prita 081xxxxxxxxx Awas jangan macam-macam!
Chandra mencebik membaca ancaman adiknya.
Chandra : Iya ... cerewet banget! Thank you, Adek Cebol.
Dalam hati, lelaki itu senang karena akhirnya mendapat kontak Prita, satu-satunya perempuan yang membuat hatinya berdesir. Chandra menyimpan kontak Prita di smartphonenya. Dan segera mengetikkan pesan.
Chandra : Hi, Prita. Aku Chandra. Aku suka
Buru-buru dihapusnya beberapa huruf yang sudah merangkai kata. Menyangga kepalanya dengan tangan dan menggigit bibirnya, lelaki itu berpikir untuk merangkai kata yang pas. Dua jempolnya menari lagi di atas layar sentuh.
Chandra : Hi, Prit, aku tahu loh kamu punya sesuatu yang kamu--
"Chan, sudah siap lampiran dokumen pengajuan rehabnya?" Tiba-tiba suara Honey mengagetkan Chandra, membuat jari jempol kanannya menyentuh simbol 'send' tanpa Chandra sadari. Chandra meletakkan smartphone nya dan kembali fokus pada pekerjaannya.
"Sudah. Tapi belum dicetak." Honey langsung melayangkan pelototan pada Chandra, karena pekerjaannya sudah melebihi dari batas waktu yang sudah disepakati untuk dikumpulkan
"Chandra ...."geram gadis itu.
"Sabar kenapa Hon. Santai babe!" ujar Chandra sambil menaik turunkan alis Chandra yang lebat berwarna hitam. Honey mencebik, menaikkan bibir atasnya beberapa centi ke atas.
"Babe ... Babe ...," gerutu Honey sambil membantingkan pantat di kursinya. Kursi Honey bergoyang dan mundur ke belakang sedikit. Honey mengulum senyum, tak menyangka Chandra- teman satu angkatan, satu fakultas, dan satu jurusan bisa-menjadi teman kerja seseksi di dinas PUPR. Namun, Honey hanya bisa memendam rasa. Harga dirinya begitu tinggi, tidak akan memberitau lebih dahulu bahwa dirinya menyukai Chandra. Dan, dengan bergabungnya Chandra di seksinya, Honey berharap hubungan mereka akan semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (Completed)
RomanceChandra Pradipta, pemuda selengekan yang enggan berkomitmen. Di usianya ke 28 tahun, Prita kekasihnya meminta agar Chandra segera menikahinya. Namun, adik Chandra - Cinde, yang enam bulan lagi menikah membuat Chandra tidak bisa langsung menyetujui n...