shape of my heart

3.7K 237 16
                                    

Touch me now don't bother, if every minutes it makes me weaker

◽️

Medan perang; tidak—dan tak akan pernah—pantas jika disandingkan dengan Taehyung. Sekarang, nanti, seribu tahun lagi. Jeongguk akan memastikannya secara personal.

Sang panglima kerajaan tak paham sejak kapan kerusuhan ini dimulai; apakah salah satu wilayah tak terima ketika tetua Kim—orangtua Taehyung—diangkat menjadi raja, atau adanya sekelompok rogue wolf yang membelot dan menyebarluaskan rumor kotor; Jeongguk tak tahu. Dia hanya ingat pada suatu malam, pintu biliknya digedor dan sang raja menginginkan rapat dadakan di ruang perang dalam setengah jam ke depan. Dan setibanya di sana, Jeongguk dihadiahi sekelompok pimpinan prajurit dengan alis ditekuk dan pendengaran khidmat akan perintah raja.

Kala itu, hanya sekelibat pernyataan mengenai "rogue wolf memberontak" diselingi "pernyataan perang kerajaan timur" dan "ancaman terhadap putra mahkota".

Jeongguk tidak akan berdusta. Pandangannya berubah awas di kalimat paling final. Meskipun sang pemilik mahkota tengah berargumen dengan ahli strategi kerajaan mereka—Min Yoongi—, pikiran Jeongguk dengan lihainya melanglang buana. Putra mahkota dalam bahaya. Putra mahkota incaran utama. Taehyung dalam bahaya. Taehyung. Taehyung. Omega.

"Jeon Jeongguk."

Deham pelan dan berat milik sang raja menarik dirinya kembali dari ribuan pikiran yang saling bercampur baur. Yang namanya dipanggil sudah lebih dulu bersiap kalau-kalau ia akan diadili—akibat tidak memerhatikan jalannya rapat dengan serius. Pun tatap menusuk putra mahkota pertama dan kedua—kakak-kakak Taehyung dari sudut terujung seolah mengais lubang menyakitkan di sisi kepalanya.

Tapi kemudian imajinya hancur kala kalimat selanjutnya tetua Kim merangsek masuk ke rungunya.

"Aku tahu; dengan ini, aku akan meminta terlalu banyak. Tapi, dengan segala hormat; aku memposisikan diriku di sini sebagai seorang ayah yang memohon tolong. Bukan perintah raja kepada panglimanya." Manik hazel menyerupai anak termudanya menatap nanar—semenjak kepergian sang Luna, Jeongguk tak pernah lagi menemukan binar kebahagiaan di sana. "Jeon Jeongguk, bisakah—bisakah kau menjaga Taehyung? Tolong—selalu berada di sampingnya; setidaknya hingga kekacauan ini berakhir. Aku tak tahu. Mungkin salah satu dari kalian sekarang adalah penyusup? Aku akan memerintahkan beberapa maid untuk menyiapkan barak di dekat ruangan anakku. Bisakah—Jeon Jeongguk?"

Menilai dari pasang mata Yoongi, Namjoon maupun Seokjin; ekspresi wajahnya pastilah terlihat tolol sekarang. Jeongguk tidak—belum—menjawab. Kelu. Dari ribuan skenario yang pernah bermain di kepalanya sejak pertama ia melihat, mengenal, dan tumbuh sedemikian dekat dengan sang putra mahkota termuda; tak pernah sekali pun kenyataan yang ini menjadi ekspektasinya. Malah, hal yang paling ia takuti seumur hiduplah yang terus menghantuinya.

Katakanlah: diusir dari kerajaan karena sudah lancang menggoda anggota keluarga kerajaan, membiarkan Taehyung yang merengek ingin jalan-jalan ke parade tahunan di alun-alun desa yang notabene di luar komplek istana—bahkan memprovisasinya, dan; mungkin dijatuhi hukuman mati karena; well, Taehyung bahkan belum tahu tentang ini. Membisikkan satu ciuman kecil dan singkat saat Taehyung tertidur di pangkuannya selama perjalanan pulang ke istana.

Yeah.

Jeongguk harus meredam hormonnya malam itu sendirian di kamar mandi. Betis kakinya harus menjadi korban gara-gara ia terlalu semangat berlari ke biliknya. Ingin melakukan shift, tapi sungguh ia tak kuat hingga mau mati.

[✓] Blank Marquee • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang