17

5.7K 265 7
                                    

Kita tidak tahu masa depan akan bagaimana dan seperti apa, yang perlu kita tahu kita harus melakukan semuanya dengan maksimal agar apapun yang terjadi kelak tidak terjadi penyesalan.


Nafisha pov.

Hari ini aku dan mas adit akan kembali ke Bandung sebelum itu pastinya aku melakukan perpisahan dulu dengan semua keluarga, karena sudah kembali ke rumah masing-masing jadi kita memutuskan untuk kembali malam hari saja, pagi harinya kita manfaatkan untuk mengunjungi rumah kerabat ku.  Pertama pastinya aku kerumah nenekku dari pihak bunda.

" Seng pinter nduk, dadio wong wedok seng manut,  ojo ngelawan,  nek ono masalah diomongno apik apik " (Yang pintar nduk, jadilah perempuan yang patuh, jangan ngelawan, kalo ada masalah diomongin baik baik) kata nenekku, nenekku ini sifatnya beda dengan nenek dari pihak ayah, kalo nenek dari pihak ayah yang memang adem alus, kalo nenek dari pihak bunda logatnya lebih kasar karena memang asli orang tuban jadi jawanya lebih kasar ya walaupun nggak sekasar daerah *rek* ya.

"Nggih mak" (Iya mak)  aku sudah terbiasa memanggilnya mak, karena sepupuku juga manggilnya mak jadi kita sebagai adik hanya ikut apa kata kakak saja.

"Bude, mbak, fisha balik rumiyin,  mbenjeng liburan mriki malih " (Bude, mbak, fisha pulang dulu, besok kalo liburan kesini lagi) .

"Sering sering dolano tuban nduk, ojo nganti lali, ayah bundamu wes jarang rene moso awakmu yo ngunu " (Sering sering main ke tuban nduk, jangan sampe lupa, ayah bundamu sudah jarang kesini, masa kamu juga begitu) .

"InsyaAllah mboten bude, mesakne mbah uti kaleh mbah kung mboten wonten rencange,  mengken gantian kalih bang hafiz, kaleh putrane tante nida, nggih mpun ajenge lanjut tenggene bude hida" (InsyaAllah nggak bude, kasian nenek dan kakek ndak ada temennya, nanti gantian sama bang hafiz sama anaknya tante nida juga, ya udah pamit dulu,mau lanjut ke rumahnya bude hida).

Aku bergantian mencium tangan mak dan Bapak,  serta keluarga yang lain dirumah ini. Dan melanjutkan perjalanan yang lumayan jauh dari rumah untuk sampai ke rumah bude hida.

Bude hida ini sepupu jauhnya bunda, jadi buyutku punya saudara tiri, nah saudara tirinya ini kakeknya bude hida. Sebetulnya umur bunda dan bude hida hanya terpaut 10 hari tetapi bude hida yang dulunya mondok tanpa sekolah, dan perpindah pondok yang ada sekolahnya jadi membuatnya tertinggal kelas 3 tahun, jadi bunda sudah lulus SMK bude hida baru masuk SMA. Bude hida memang saudara jauh bunda tapi sudah dianggap adik oleh bunda jadi wajib main kesini.

Tak terasa perjalanan panjang sudah kita lewati, kita sudah mau masuk gang ke rumah buyutku.

"Bisa masuk nggak mas?  " Tanya ku pada mas Adit,  yahh panggilan kami sudah berubah, karena dia yang meminta jadi apa salahnya aku mengabulkan.

"Bisa, lebih lebar ini dari pada gang dijakarta yang perumahan deket deket kali gitu cuma bisa dimasukin motor itu aja nggak bisa simpangan " Jawabnya.

"Tambah sip wae wong iki, seng ditakokno opo njawape opo "( tambah sip saja orang ini, yang di tanyakan apa jawabannya apa)Gerutuku  pelan.

" Saya faham loh sha, udah kursus dihafiz,  nggak baik ngumpat suami kaya gitu "

"Iya iya maaf suami ku "

Mobil kita sudah terparkir dilahan kosong belakang rumah bude hida kami berjalan bersama memasuki rumah bude hida.

"Assalamu'alaikum bude " Ucapku dari luar.

"Waalaikumsalam ponakan kesayangan, masuk masuk,  tadi bundamu sudah nelfon bilang kamu mau kesini,  tak kirain ndak jadi wong ditunggu ndak datang datang ".

" Ngapunten bude, dekwau tenggene mak riyen, langsung mriki " (Maaf bude,  tadi kerumah mak dulu, terus kesini)  kataku penuh penyesalan.

" Yo wes ora opo opo,  wes ditunggoni mas mbakmu karo buyutmu " (Yaudah nggak papa, sudah ditunggu mas mbakmu sama buyut mu).

"Nggih bude"

Rasanya kasian juga, melihat mas Aditya disini, dia tidak tahu apa yang kita bicarakan hanya sesekali menanggapi kalau ditanya dan sesekali tersenyum saat kita semua tersenyum.

Begitulah susahnya menikah dengan seseorang yang berbeda daerah, pasti diawal kita merasa kesusahan berbicara dan memahami pembicaraan , tapi kita juga bisa membuat perbedaan kita menjadi indah, misal mempelajari budaya daerah pasangan kita, jadi aku bersyukur disini,  aku yang Jawa asli mendapatkan dia yang Sunda dan betawi.

Tiba tiba adik bude hida membuka pembicaraan baru mengenang masa kecil kita, kak Huda namanya, dia berbeda 8 tahun dariku, karena beda hanya sedikit dengan anaknya bude hida jadi kita manggilnya kak, bukan om.

"Wes nikah wae sha,  perasaan mbiyen isek cilik nangisan, ligek mlebu omah wae wes nangis " (Sudah nikah aja sha, perasaan dulu masih kecil, nangisan, baru masuk rumah aja udah nangis).  Katanya mengenang masa kecil kita. Ya walaupun kita beda lumayan jauh tapi dia sering mengajakku bermain, atau mencari ikan untuk mengalihkan aku yang menangis supaya cepat berhenti.

"Haha..  Lha yo kak hud, rasane yo ligek sediluk tapi kok aku wes gede, lha sampean kapan nikah, wes keselip aku loh " (Lha ya kak hud, rasanya baru sebentar, tapi kok aku udah besar.  Lha kamu kapan nikah?  Udah keselip aku loh) . Kataku sedikit bercanda.

Tiba tiba ada telfon masuk ke telepon mas adit dia pamit mengangkat telfon terlebih dahulu. 

"Sha aku angkat telfon dulu dari rumah sakit, kayaknya udah disuruh balik deh kan aku nggak minta cuti jadi dikiranya aku dijakarta " Katanya.

"Ya udah diangkat itu, kasian orangnya nunggu "

"Yaudah aku kedepan dulu ya"

Pembicaraan kami mengenang masa kecil Sangat menyenangkan, entah kenapa aku suka dengan topik ini, tiba tiba dia membahas hal yang lain.

" Awakmu bahagia sha, nikah karo Adit?  "( kamu bahagia sha, nikah sama Adit?).Tanyanya padaku.

"Bahagia bahagia wae kak hud, lha nyapo ga bahagia, mas Adit apik ngganteng mapan, opo maneh seng dipertimbangno ayah, wong kriteria mantu idaman wes ono neng dekne kabeh " (Bahagia bahagia saja kak hud,  mas adit, baik ganteng mapan, apa lagi yang dipertimbangkan ayah, kriteria menantu idaman ayah udah ada di dia semua).

"Aku sayang awakmu sha " (Aku sayang kamu sha).

"Ha?  Oponan toh kak hud ojo guyon, aku yo ngerti lek sampean sayang aku mergo adikmu " (Ha?  Apapaan sih kak hud,  jangan bercanda, aku ngerti kalo kamu sayang aku, karena aku adikmu) .

"Yo wes lah Sha, lek awakmu ga percoyo, awakmu yo wes bahagia, mugo mugo bahagia selawase, dungakno aku nang cepet nikah mben iso nglalekne awakmu,  wes tak enteni muleh teko bandung kok muleh gawe nikah " (Ya udah lah Sha, kalo kamu nggak percaya, kamu juga udah bahagia, semoga bahagia selamanya, doain aku cepet nikah biar bisa ngelupain kamu, tak tunggu pulang dari bandung kok pulangnya buat nikah) .  Ucapnya dengan senyuman yang dipaksakan.

" Mbuh kak hud, aku mengarep sek nyusul mas adit " (Entah kak hud,  aku ke depan dulu nyusul mas adit). 

Tak terasa air mataku menetes bayangkan saja dia yang kau anggap kakak, yang mengayomi, yang pertama menghapus air mata saat aku berantem kalo main kesini, yang menghibur saat aku nggak betah disini, tiba tiba menyatakan perasaan.  Semoga tidak ada hubungan yang rusak setelah ini.

*******
Assalamu'alaikum semuanya, maaf  atas keterlambatan update, terimakasih sudah mau membaca. 

Aku update juga cuma dikit, aku pengen ngenalin Bahasa daerah disini, biar kita tahu betapa indahnya Indonesia ini.

Kalo boleh tahu kalian dari daerah  mana aja nih, kemarin aku dapat kenalan baru salah satu dari kalian, dan itu yang buat mood nulisku balik lagi. 

Mungkin aku juga bakal hiatus nanti entah bulan apa karena buat persiapan UN dan tes kerja.

Selamat menikmati, sampai jumpa di next part.  Tetep jadiin alquran sebagai bacaan utama ya gaesss.

Assalamu'alaikum 🤗

assalamu'alaikum pak dokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang