Italic = Flashback
Jika memang harus berakhir, maka kita akhiri sampai disini. Aku...aku tak sanggup jika setiap harinya harus menahan rasa sesak didada ini. Ini terlalu menyakitkan untukku, ini terlalu berat untuk lelaki sepertiku. Air mata ini kembali turun. Kenangan-kenangan tentangmu kembali berputar layaknya putaran film diotakku. Ingatan dimana pertama kali kita bertemu. Kau yang menyapaku saat aku sedang berteduh dibawah hujan yang tiba-tiba mengguyur kota di malam hari yang sepi.
.
.
.
"Hai, kau tidak membawa payung ya ?" Pertanyaan konyol pria disebelahku membuatku berdecak sebal. Apa dia tidak bisa melihat ? Kalau aku punya paying tak mungkin aku berteduh saat ini !
"Ahhh, maaf. Aku hanya ingin menyapamu tapi bingung harus bertanya apa" Ucap pria itu sembari menggaruk tengkuknya canggung.
Dia terdiam, aku juga ikut terdiam. Hujan seperti tidak ingin berhenti dengan cepat. Dan aku membenci ini, ini dingin sangat dingin. Badanku mulai menggigil, hidungku memerah. Disaat itulah kehangatan asing datang padaku.
"Pakailah, kau lebih membutuhkannya" Ujarnya dengan senyum manis. Ia menyampirkan sebuah syal dileherku. Aku hanya mampu menggumamkan kata terimakasih padanya. Namun ini tetap dingin, aku menggosokkan kedua tanganku berusaha membuatnya hangat. Dan berhasil, tanganku sedikit hangat, namun kehangatan ini berasal dari tangan kekar dan lembut pria itu yang membungkus kedua tanganku dengan sempurna.
Ia tersenyum kembali. "Merasa lebih baik ?" tanyanya kembali
Aku ingin mengangguk tapi sumpah demi apapun aku kedinginan, aku membutuhkan sesuatu yang hangat saat ini juga. Aku mendapatkannya. Aku mendapatkan kehangatan dari tubuhnya yang memeluk diriku erat berusaha membuat diriku hangat dan nyaman.
"Maaf" gumamnya. "Aku tak tega melihatmu kedinginan, setelah ini kau boleh mencaciku tapi setelah badanmu menjadi lebih hangat" lanjutnya pelan
Aku heran dengan diriku, seharusnya aku mendorong tubuh lelaki ini dari tubuhku, namun yang kulakukan justru sebaliknya. Aku memeluknya semakin erat dan rasa nyaman itu membuatku tenang. Dan mulai saat itu aku mengenalnya sebagai seorang yang penting dan berharga dalam hidupku.
.
.
.
Air mataku turun untuk yang kesekian kali, ketika kilatan-kilatan kenangan tentangmu menari indah diotakku. Ku beranikan diri terus berjalan dari tempaku terpaku sedari tadi. Café tempat kita pertama kali bertemu 5 tahun lalu. Berjalan pelan kearah toko kue, tempat pertama kita bertemu kembali. Kau menyapaku dengan senyuman hangatmu.
.
.
.
"Hai ! Kita bertemu kembali" sapamu, aku mendongakan kepalaku untuk melihatmu. Senyum indahmu terukir dengan anggun dibibirmu.
"Oh, hai ! Kau sedang-- ?" tanyaku pelan, kau terkekeh kecil, lalu duduk didepanku, kursi yang selama ini selalu kosong jika aku disini.
"Aku hanya ingin makan beberapa kue dan secangkir kopi" jawabmu pelan. Aku mengangguk mengerti, lalu kembali tenggelam dalam lautan kertas tugas yang tiada habisnya.
"Mau kubantu ?" tawarmu
"Memang kau bisa ?" tanyaku
Kau mengangguk. "Apa itu pelajaran Kim seongsaengnim ?" tanyamu, aku mengangguk lalu meniup poniku lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita [Neo Culture Technology]✔
Fanfiction"Mau yang lebih panas gak?" - Mark ke Donghyuck [Mati Lampu] Kumpulan cerita sekali jalan(?), cast random sesuai vibe alur cerita di kepalaku😂 BxB (+GS) AU WARN : Ada beberapa yang merupakan FF Remake