Awal

15 1 0
                                    

"Berawal dari kisah kecil, yang membawa bahagia"

Mentari pagi telah tampak menggantikan tugas bulan.
Saat ini sedang weekend, dimana kesempatan itu di manfaat kan keluarga kecil ini untuk quality time bersama-sama, salah satunya dengan holiday.

Jauh hari sebelum berlibur, mereka sudah menentukan tempat mana saja yang harus mereka kunjungi.
Dan salah satu request tempat dari sang putri kecil mereka adalah Zoo.
Yap, princess kecil mereka adalah pecinta binatang.
Segala macam binatang dia tau, dan setengah dari jenis populasi binatang tersebut dia ingin memeliharanya.
Hmmm namanya juga anak-anak, biarkan dia dengan dunia fantasynya.

Bundanya berpikir, "apa kah anak ku besarnya akan menjadi seorang dokter hewan?" . khayalan itu justru berbanding terbalik dengan sang ayah, justru ayahnya berpikir, "apakah anak ku akan menjadi peternak hewan? Peternak sapi? Ayam? Kambing? Atau lebih ekstrim lagi kali ya, hm buaya misalnya? " wkwk ada ada saja ya pikiran seorang ayah.

Kembali ke Tkp wkwk.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, mereka pun sampai di kebun binatang tujuan Sang putri.

"Ayooo bunda ayah, cepeeet" katanya sambil menarik baju ayahnya.

"Iya iyaa sayang nya ayah" Ucapnya mengusap kepala putri kecilnya.

Sambil menunggu sang bunda membeli tiket, si kecil berlari lari riang sambil melihat-lihat ikan yang ada di luar kebun binatang . karena tubuhnya yang mungil, larinya begitu cepat, dan ketika dia tidak bisa menghandle badannya sendiri, dan akhirnya ...

BRUUUUGGGGHHHH#@$&@#&#&@!!!!

Seterah beberapa menit, bundanya kembali dengan membawa tiga tiket.

"Loh ayah, adek mana?" tanya bundanya khawatir.

"Hah iya? Gimana tadi sayang" jawab ayahnya terkejut karena sedari tadi serius memainkan ponselnya.

"Aduhh ayah, kok ceroboh sih, anaknya loh mana?" ujarnya dengan nada khawatir.

"Astaghfirullah, adeeek" teriak ayahnya ketika melihat putrinya terjatuh.

Saat sedang berlari ke arah putri kecilnya, ada seorang anak laki-laki yang mungkin 3 tahun lebih tua dari sang anak mendekatinya sambil membatunya berdiri, dan membersihkan pasir-pasir yang menempel pada pakaian nya.

"Adik kecil tidak apa-apa kan?" Tanya nya dengan suara khas anak-anak.

"Hiksss hikkssss, kaki ku beldalahh" ucapnya dengan tangis sesenggukan .

"Cup cup cuup, sudah ya jangan nangis adik kecil, nanti kalau kamu nangis mata kamu ga indah lagi" Katanya sambil menenangkan.

Dari kejauhan ayah dan bunda dari anak cewek tersebut tertawa gemas melihat kelakuan anak cowok tersebut, dengan usianya yang masih belia iya sudah memperlihat kan bagaimana menjadi sosok kakak yang baik.

"Nama ku Bumi, Bumi Jauzan Abraham. Umur aku 7 tahun, nama kamu siapa adik kecil?" Ucapnya memperkenal kan diri .

Masih dengan sesenggukan dia menjawab pertanyaan dari bumi.
"Hikss hiks na nama kuu, Langit. Kalau nama langit lebih panjaaaaang lagi, Langit Mikay hm mikaya aduh apa ya, mikayyai ah bukan itu " Ucap dengan gemas, saking seriusnya memikir kan nama nya sendiri, dia sampai lupa rasa sakit yang ada di lututnya.

Bumi Dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang